[Book Review] The Boy Sherlock Holmes: Vanishing Girl by Shane Peacock


Judul: The Boy Sherlock Holmes: Vanishing Girl
Penulis: Shane Peacock (2009)
Bahasa Indonesia
Penerjemah: Maria Lubis
Penerbit: Noura Books
Tahun: 2012
Seri ke-3 dari The Boy Sherlock Holmes
Genre: Misteri-Anak, Petualangan

"Seseorang harus mengejar sesuatu karena alasan-alasan yang tepat."
- Sigerson Trismegistus Bell -

Sherlock Holmes muda gagal mendapatkan pengakuan atas kemampuannya memecahkan kasus untuk yang kedua kalinya. Ia bertekad untuk mendapatkan pengakuan tersebut dengan mencari kesempatan lain. Kali ini, ia menghadapi kasus menghilangnya seorang gadis bangsawan. Hal yang membuat kepolisian bingung dengan kasus ini adalah tidak adanya petunjuk sedikitpun yang dapat menjadi pegangan. Setelah empat bulan lamanya, barulah ada kontak dari si penculik yang mengajukan uang tebusan yang sangat besar sebagai ganti dikembalikannya gadis itu kepada keluarganya, hanya dalam waktu tiga hari. Sherlock Holmes yang menghadiri pembacaan surat ancaman dari penculik itu oleh kepolisian memperoleh satu petunjuk sebagai titik tolak penyelidikannya, yaitu sebuah watermark.

Dari berbagai sumber, ia akhirnya mengetahui cara pembuatan kertas dan watermark, serta adanya watermark yang berbeda-beda yang dikeluarkan oleh perusahaan kertas yang berbeda. Watermark unik ini menuntunnya pada penemuan-penemuan yang mengejutkan, walaupun ia harus menempuh bahaya untuk menemukannya. Karena miskin dan tidak punya uang, ia seringkali mengandalkan kenekatan dalam penyelidikan. Namun sayangnya karena masih terbayang oleh kekecewaannya terhadap dua kasus sebelumnya, Holmes muda membuat kesalahan karena terburu-buru mengambil kesimpulan.

Mau tidak mau, Holmes harus kembali mencari peluang untuk memecahkan kasus ketika terjadi masalah lagi yang menimpa keluarga korban penculikan. Kasus yang berbeda, namun apakah kedua kasus itu berhubungan? Holmes berbuat nekat sekali lagi untuk menyelidikinya. Ia sampai harus berurusan dengan opium dalam rangka untuk menyelidiki kasus tersebut. Beberapa kali ia bersilang jalan dengan Irene Doyle, Malefactor, dan Lastrade Junior dalam penyelidikannya. Majikan dan mentornya, Sigerson Bell sangat membantu dalam penyelidikannya dan mendapatkan kepercayaan penuh darinya. Pada akhirnya, ia harus membuat keputusan, apakah tujuannya memecahkan kasus untuk mendapatkan pengakuan memang betul-betul perlu?

Dibandingkan dengan kedua seri sebelumnya, pada buku ini dijabarkan karakter Sherlock Holmes muda secara lebih mendalam, bagaimana pemikirannya, perasaannya, dan pertimbangan-pertimbangannya dalam mengambil keputusan. Di sini juga diceritakan bahwa Sherlock Holmes muda sudah lebih dewasa dan berkembang cara berpikirnya. Ia mulai memikirkan kembali kepentingannya memecahkan kasus. Pada buku sebelumnya, Holmes muda hanya memikirkan kepentingan dan kepuasannya sendiri ketika memecahkan kasus, yaitu membalas dendam atas kematian ibunya, membalas kesombongan polisi, dan mendapatkan ketenaran. Namun, dalam buku ini, Holmes mulai memikirkan baik-baik alasannya menyelidiki kasus, seperti yang selalu ditekankan oleh mentornya, Sigerson Bell: "Seseorang harus mengejar sesuatu karena alasan-alasan yang tepat."


Misteri yang diceritakan dalam buku ini sebetulnya sederhana, tapi ketika membaca rasanya gemes karena Holmes agak lamban menyelesaikannya. Maklum, Holmes yang diceritakan memang masih anak 13 tahun. Namun demikian, pengetahunan umum Holmes semakin berkembang, terutama tentang alkaloid, obat, dan racun berkat bimbingan mentornya, Sigerson Bell. Kontaknya pertama kali dengan opium mungkin merupakan sebab awal kenapa Holmes di masa dewasanya kecanduan opium dan Dr. Watson berusaha untuk menyembuhkannya. Bagian yang menonjol dalam kisah ini adalah petualangan Holmes dalam memecahkan misteri karena ia harus mengelilingi Inggris untuk memperoleh petunjuk. Petualangan ini kadang penuh bahaya dan karena Holmes adalah bocah miskin, sering penyelidikannya terhambat karena masalah uang.

Malefactor jelas akan menjadi musuhnya apabila selanjutnya ia menghalangi Holmes memecahkan misteri. Irene Doyle masih merupakan teka-teki, dan Holmes berpikir untuk lebih baik menghindarinya untuk menjamin keselamatannya. Di kisah ini juga Holmes mendapatkan dukungan yang tidak disangka-sangka, bukan dari pihak yang diharapkannya untuk membantu, tetapi sangat bermanfaat dalam usahanya untuk memecahkan misteri.

Dari segi cover untuk edisi bahasa Indonesia, warnanya bernuansa ungu! Ungu termasuk warna yang eye-catching dan kalem menggambarkan isi cerita yang lebih kelam dan karakter Holmes yang mulai lebih kalem dari seri yang sebelumnya. Tulisan warna emasnya juga eye-catching. Overall, cover untuk edisi terjemahan bahasa Indonesia lebih bagus. Really like it! Tapi personally lebih suka cover seri ke-2 sih (The Boy Sherlock Holmes: Death In The Air)... hehehee...

Seperti apa sepak terjang Holmes yang mulai beranjak dewasa dalam memecahkan misteri selanjutnya? Masih menunggu seri The Boy Sherlock Holmes selanjutnya untuk diterjemahkan... \(^_^)/

Seri The Boy Sherlock Holmes (Shane Peacock)
1. The Boy Sherlock Holmes: Eye of The Crow
2. The Boy Sherlock Holmes: Death In The Air
3. The Boy Sherlock Holmes: Vanishing Girl
4. The Boy Sherlock Holmes: The Secret Fiend (belum terbit dalam Bahasa Indonesia)
5. The Boy Sherlock Holmes: The Dragon Turn (belum terbit dalam Bahasa Indonesia)
6. Becoming Holmes: The Boy Sherlock Holmes, His Final Case (belum terbit dalam Bahasa Indonesia)

About the Author:


Shane Peacock

Shane Peacock lahir tahun 1957 di Thunder Bay, Ontario, dari empat bersaudara. Ia bersekolah di sebelah utara kota Kapuskasing sebelum kuliah, dimana ia belajar sejarah dan sastra Inggris. Selain menjadi seorang penulis biografi, jurnalis, dan penulis naskah, ia juga menulis enam novel dan tiga drama dan telah masuk nominasi dalam beberapa penghargaan, termasuk National Magazine Awards dan Arthur Ellis Award untuk crime fiction. Saat tidak menulis, Shane Peacock senang bemain hoki dengan ketiga anaknya dan menonton pertandingan sumo. Ia tinggal dekat Cobourg, Ontario.

Series:
Awards:
Arthur Ellis Award◊ Best Juvenile (2008): Eye of the Crow

Tidak ada komentar:

Posting Komentar