[Book Review] The London Eye Mystery by Siobhan Dowd

goodreads 
Judul: Misteri London Eye
Judul Asli: The London Eye Mystery
Penulis: Siobhan Dowd (2007)
Alih bahasa: Yoga Nandiwardhana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
Paperback, 256 hlm

“Aku punya otak aneh yang bekerja dengan sistem yang berbeda dengan orang lain, …”
– Ted Sparks, hlm. 9 –

Ted, seorang anak berusia dua belas tahun dianggap oleh sebagian besar orang ‘aneh’. Ia sulit membaca situasi, ia tidak bisa bercanda, ia tidak bisa berbohong, ia belajar membaca bahasa tubuh seperti belajar bahasa asing, dan ia menerima segala sesuatu secara harfiah. Tapi ia memiliki ketertarikan luar biasa terhadap cuaca, ia pandai membaca peta, dan ia memiliki ingatan yang kuat.

Suatu hari, Bibi Gloria bersama putranya Salim yang sebaya dengan Ted, datang ke kediaman keluarga Ted sebelum kemudian mereka berangkat ke New York. Bibi Gloria dan Salim ingin menginap beberapa hari sebelum pesawat mereka berangkat. Salim ingin bertamasya ke London Eye untuk mengisi waktu. Ted, kakaknya Kat, ibunya, Bibi Gloria, dan Salim pergi berjalan-jalan ke London Eye, hingga di akhir perjalanan wisata kecil mereka, terjadi sebuah tragedi. Salim masuk ke dalam London Eye, tapi ketika London Eye telah memenuhi putarannya, mereka tidak menemukan Salim.

Kemanakah Salim? Apa yang terjadi padanya? Kat dan Ted merasa bersalah karena membiarkan Salim naik London Eye dengan tiket yang diberi oleh orang asing dan mereka berusaha untuk menyelidiki kemana Salim menghilang.

What I think about this book:

Tahu apa ramuan yang membuat buku ini memiliki misteri yang sedap? Misteri orang hilang. Di London Eye, di ketinggian empat ratus kaki. Dengan tim penyelidik yang terdiri dari kakak beradik. Satu anak perempuan penggila mode, Kat. Satu anak laki-laki berkebutuhan khusus, Ted. Mereka menyusun teori-teori, mengujinya, berkeliling London untuk menemukan petunjuk-petunjuk. Tahu apa yang terjadi di anti klimaksnya? Twist, kejutan, yang menurutku, keren.

Di buku ini aku jadi tahu cara berpikir Ted, si anak berkebutuhan khusus. Walaupun sampai di akhir cerita pun penulis tidak memberi tahu apa sindrom yang dimiliki Ted, tapi berdasarkan penuturan Bibi Gloria, sedikit-banyak aku tahu apa nama sindromnya. Di era teknologi informasi ini, pasti mudah sekali mendapatkan hal yang ingin diketahui. Ketik saja kata sindrom dan Andy Warhol di mesin pencari dan kau akan menemukannya.

Buku ini ditulis dengan sudut pandang Ted sebagai orang pertama. Ia banyak mengaitkan segala sesuatunya dengan cuaca. Ia juga gemar menjabarkan arti kata-kata yang tidak ia mengerti dan juga kata kiasan. Anak macam Ted tidak bisa memahami kata-kata kiasan dan ungkapan yang artinya candaan. Ia juga tidak memahami kata atau adegan lucu yang membuat orang-orang tertawa, walaupun ia ikut tertawa karena itu membuatnya bisa memahami orang lain.
Sebetulnya tidak ada orang yang normal, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Seperti dalam misteri ini, London Eye berputar searah jarum jam atau berlawanan arah dalam waktu yang sama, tergantung dari mana kita melihatnya. Ted mengetahui apa yang membuatnya berbeda, ia tahu ia menderita sindrom yang membuatnya berbeda dari anak-anak biasanya. Ia menyukainya, tapi tidak menyukainya. Ia bisa melihat apa yang orang lain tidak lihat, tapi ia juga tidak melihat apa yang orang lain lihat. Karena itulah, ia sebagai otaknya, dan Kat dengan aksinya, bisa mengurai petunjuk-petunjuk yang tercecer.

Karena cerita ini dituturkan oleh Ted, terkadang aku merasa gregetan karena ketika Ted memerlukan bantuan, orang tuanya justru tidak mengacuhkannya. Karena kondisinya, ia sering tidak dianggap ketika situasi kacau. Keadaan memang kacau, karena Bibi Gloria yang panikan betul-betul meresahkan dan tidak banyak membantu ketika ditanyai polisi. Itu juga membuatku kesal. Padahal Ted sendiri pasrah dan memilih mengatakan hal-hal pada orang yang mau mendengarkan, padahal informasi yang disampaikannya penting. Sabar banget si Ted ini, padahal aku sendiri rasanya pengen mencak-mencak, karena hanyut ke penuturan Ted. Kalau Ted sudah merasa amarahnya betul-betul meluap, ia bisa tiba-tiba membanting barang. Tapi sebetulnya Kat juga melakukannya kalau sedang kesal.
Menarik sekali mengikuti jalan pikiran Ted, dan mudah untuk diikuti, tidak meloncat kesana-kemari. Ia suka menyamakan situasi dengan keadaan cuaca, yang menurutku kadang lucu karena pas banget perumpamaannya. Aku sendiri juga lemot kalau harus mencerna ungkapan yang dilontarkan orang. Orang-orang Inggris apalagi, yang suka melontarkan ungkapan dan kata-kata kiasan setiap saat. Karena itulah orang-orang Inggris seperti Ted jadi telihat ‘aneh’ di lingkungan orang Inggris biasa. Kalau aku yang bukan orang Inggris tentu akan dianggap maklum, hehehee… Padahal secara fisik ia tidak terlihat berbeda, walaupun tangannya sering kejang-kejang tak terkendali. Hanya cara berpikirnya saja yang mendetail.

Melalui cerita ini, banyak pesan yang disampaikan. Bagusnya sih, lewat kata-kata ini:

“Mengapa harus berusaha menjadi orang yang bukan dirimu?” – hlm. 35 –


Tentang Penulis:


Siobhan Dowd dulu tinggal bersama suaminya, Geoff, sebelum dengan tragis meninggal karena kanker pada Agustus 2007, dalam usia 47 tahun. Ia adalah penulis dan manusia yang luar biasa. Ia punya dua naskah yang belum diterbitkan saat meninggal, yang pertama adalah Bog Child. Semua royalti bukunya akan diberikan pada Siobhan Dowd Trust, badan amal yang didirikan beberapa saat sebelum ia meninggal untuk mendukung kesenangan membaca bagi anak-anak berkebutuhan khusus dalam bidang sosial.

Misteri London Eye memenangi penghargaan NASEN & TES Special Educational Needs Children’s Book tahun 2007. Buku pertama Siobhan Dowd, A Swift Pure Cry, memenangi penghargaan Brandford Boase dan Eilis Dillon dan masuk nominasi Carnegie Medal dan Booktrust Teenage Prize.


2 komentar:

  1. Uwaaa baguuus ya, saya jadi lebih mupeng pengin baca, dan kayaknya saya sedikit banyak bisa kebayang sindromnya Ted ini apa deh xD wah, baruu tahu saya kalau Ted nya ini ternyata memiliki kebutuhan khusus >< haha. Setuju kalau formula ((halah ikutan)) orang hilangnya, juga "penyelidikan" saudara-saling-melengkapi yang bikin menarik xD

    Terima kasih untuk reviewnya kak :D semoga bisa keturutan juga buat saya baca buku ini :3

    Khairisa R. P
    http://krprimawestri.blogspot.com

    BalasHapus