[Book Review] Scarlet oleh Marissa Meyer

Goodreads
Judul: Scarlet (The Lunar Chronicles #2)
Penulis: Marissa Meyer (2013)
Penerjemah: Dewi Sunarni
Penyunting: Selsa Chintya
Proofreader: Titish A.K
Desain Sampul: @hanheebin
Penerbit: Spring (2016)
Paperback, Edisi Bahasa Indonesia, 444 hlm.

Blurb:
Nenek Scarlet Benoit menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencari sang nenek dan menganggap Michelle Benoit melarikan diri atau bunuh diri.
Marah dengan perlakuan kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang menghilangnya sang nenek.
Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan neneknya sampai sang nenek harus menghilang?

Di belahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari Levana?

Review:
“Gadis itu tidak tahu bahwa serigala adalah binatang yang licik, dan gadis itu tidak takut padanya.”

Scarlet kesal karena neneknya sudah hilang berhari-hari dan tak ada yang peduli karena banyak orang menganggap neneknya gila. Ketika sedang bingung atas hilangnya sang nenek, ayah Scarlet yang telah lama meninggalkannya kembali ke rumah pertanian mereka di Rieux, Perancis, dalam keadaan kacau. Ayahnya mengaku diculik oleh sekelompok orang dengan tato huruf dan angka. Dia percaya penculiknya menginginkan neneknya karena rahasia yang dipegangnya.

Scarlet tahu seseorang dengan tato seperti yang digambarkan ayahnya, seorang petarung jalanan bernama Wolf. Ia melihat itu sebagai petunjuk untuk menemukan neneknya. Walaupun masih ragu apakah Wolf bisa dipercaya atau tidak, Scarlet tidak bisa melewatkan petunjuk dan kesempatan ini begitu saja. Ia memutuskan untuk bergerak sendiri mencari neneknya bersama Wolf, si petarung jalanan bermata indah itu.

Sementara itu, Cinder juga punya masalahnya sendiri, di antaranya adalah menyelamatkan bumi dari pengaruh Ratu Bulan yang keji, Levana, sekaligus menyelamatkan Pangeran Kai yang ditaksirnya. Di tambah lagi, rahasia yang meliputi masa lalunya dan takdir yang sudah menunggunya, mengusik pikirannya. Cinder memerlukan konfirmasi, jadi dia melacak kebenaran masa lalunya sambil berpikir cara terbaik untuk menyelamatkan bumi. Ada hubungan apa antara Cinder dan Scarlet?

Setelah buku sebelumnya mengambil ide fairytale Cinderella, buku kedua dari seri The Lunar Chronicles ini mengambil ide dari fairytale Red Riding Hood dalam balutan fantasi science-fiction dan mecha. Pasti banyak yang bisa menebak jalan ceritanya, karena fairytale tersebut cukup terkenal, tapi hal itu tidak menghilangkan keseruannya. Banyak modifikasi di dalamnya, tapi diceritakan dengan baik dan menarik.

Awal kisah Scarlet menyiratkan seperti tidak berhubungan dengan kisah Cinder, buku sebelumnya. Tapi nyatanya aku keliru, karena keduanya saling berhubungan erat. Karena itulah, sebaiknya buku seri ini dibaca secara berurutan. Setting-nya yang berpindah-pindah dengan cepat karena alurnya yang juga cepat, kadang terasa mengagetkan dan membacanya serasa seperti ‘terbanting-banting’. Tapi lama-kelamaan akan terbiasa, dan malah terkesan seperti melihat film action bertempo cepat.

Berbeda dengan Cinder yang banyak menjelaskan situasi, Scarlet menyajikan banyak aksi bak-bik-buk dan dar-der-dor sehingga tingkat keseruan dan ketegangannya melebihi Cinder. Karakter lama semakin berkembang, dan penambahan karakter baru awalnya agak membingungkan, tapi akhirnya bisa dilihat keterkaitannya di akhir cerita. Pengungkapan rahasia satu per satu membuat ketegangan semakin memuncak. Nggak sabar rasanya sampai di akhir cerita.

Karakter Scarlet diceritakan strong juga, seperti Cinder, tapi lebih ceroboh dan emosional. Wolf yang misterius diceritakan selalu gelisah, tapi strong dan badass. Walaupun tidak saling percaya satu sama lain, chemistry Scarlet dan Wolf sangat manis. Setahuku, fairytale Red Riding Hood tidak menyiratkan adanya romance, tapi di cerita ini diselipkan adanya romance. Hal itu sama sekali nggak mengganggu jalan cerita, malah menjadi tambahan yang fresh dan manis. Karena masih terbayang Sailor Moon, karakter Scarlet jadi seperti Sailor Mars dalam bayanganku, tapi kemiripan Wolf dengan Jadeite hanya di matanya saja.

Karakter favoritku malah justru Kapten Carswell Thorne, pencuri yang akhirnya jadi buronan, si tukang rayu yang slenge’an. Humornya itu lho, nggak nahan. Bikin cekikikan terus, padahal suasananya lagi tegang. Hahaha… sejak dari buku sebelumnya, favoritku malah tokoh-tokoh sampingan. Tapi masing-masing karakter mengambil bagian penting dan terus berkembang.

Versi terjemahannya sangat bagus. Istilah khususnya masih dipertahankan, dan untuk yang belum baca buku sebelumnya (disarankan sebaiknya baca buku sebelumnya dulu sih) ada keterangan di catatan kakinya, beserta istilah khusus baru yang muncul. Catatan itu sangat membantu, tapi bagi yang sudah terbiasa dengan istilah-istilahnya, jadi tidak terlalu diperhatikan. Sayangnya, petualangan Scarlet dan Cinder belum selesai, dan masih berlanjut ke buku ketiganya, Cress.

Kapten Carswell Thorne: “Tapi aku buronan yang dicari-cari, seperti Cinder. Mereka sadar aku hilang kan?”
Cinder: “Mungkin mereka bersyukur.”

***

This post is submitted to:
FSFD-RC 2016 @ Ough, My Books!

Dan PosBar BBI 2016 Juli #BBIHoliday. Master post klik di sini.
Posbar BBI Juli 2016 #BBIHoliday
Posisi wuenak baca buku pas liburan #2: Duduk bersandar pakai bantal leher

Tidak ada komentar:

Posting Komentar