[Book Review] Harry Potter and the Cursed Child by John Tiffany, Jack Thorne & J.K. Rowling

Harry Potter and the Cursed Child - Parts One and Two (Harry Potter, #8)Harry Potter and the Cursed Child - Parts One and Two by John Tiffany, Jack Thorne & J.K. Rowling
Published: 2016
My rating: 4 of 5 stars
E-book, English Edition, 343 pages

Blurb:
It was always difficult being Harry Potter and it isn’t much easier now that he is an overworked employee of the Ministry of Magic, a husband and father of three school-age children.

While Harry grapples with a past that refuses to stay where it belongs, his youngest son Albus must struggle with the weight of a family legacy he never wanted. As past and present fuse ominously, both father and son learn the uncomfortable truth: sometimes, darkness comes from unexpected places.

Based on an original new story by J.K. Rowling, Jack Thorne and John Tiffany, a new play by Jack Thorne, Harry Potter and the Cursed Child is the eighth story in the Harry Potter series and the first official Harry Potter story to be presented on stage. The play will receive its world premiere in London’s West End on July 30, 2016.

Review:
A really great holiday read.

Sebetulnya aku mau membaca ulang seri Harry Potter berurutan dan akan diakhiri dengan buku ini. Tapi baru sampai buku ketiga, aku sudah nggak sabar untuk membaca buku ini. Kapan-kapan akan kubaca ulang lagi urut dari awal. Hahahaa... Baca Harry Potter nggak akan pernah membosankan.

Jadi, ini pertama kalinya aku menyelesaikan baca buku dengan format naskah drama. Aku pernah coba baca Hamlet dan jadinya pusing dengan bahasanya (karena aku baca bahasa aslinya), sehingga nggak selesai bacanya. Habis ini akan kucoba baca lagi. Membaca buku ini membuktikan kalau baca drama itu cukup menyenangkan juga.

Membaca naskah drama rasanya berbeda dengan membaca novel. Ada hal yang bisa banyak ditangkap ketika membaca novel yang nggak bisa dengan mudah ditangkap ketika membaca drama. Seperti deskripsi yang detail dalam novel yang lebih mudah dibayangkan, misalnya. Jadi, bagiku baca drama butuh imajinasi yang kuat. Untungnya aku sudah baca novel Harry Potter, jadi penggambarannya bisa dengan mudah dibayangkan.

Tapi ada enaknya juga baca naskah drama, yaitu lebih cepat selesai. Naskah drama fokus pada dialog karakternya dan biasanya semuanya langsung to the point. Baca naskahnya saja sudah merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan buatku, apalagi kalau nonton dramanya langsung, ya? Wah, pasti luar biasa rasanya.

Untuk ceritanya, lebih baik aku nggak usah banyak cakap. Silakan dinikmati sendiri. Yang jelas aku merasa puas dan terhibur setelah membacanya. Aku juga senang Slytherin punya porsi di sini, soalnya aku 'mantan' murid asrama Slytherin. Hahahaa... Memang awalnya aku masuk Slytherin, tapi ketika di tes lagi, aku masuk Gryffindor. #nggakpenting #abaikan

Kalau karakternya, masih jelas khas Harry Potter dan kawan-kawan, tapi sudah lebih berkembang dan terbangun. Yah, mereka sudah dewasa di cerita ini, dan sudah berkeluarga. Karakter baru adalah anak-anak mereka, yang juga terbangun dengan baik dalam dialog-dialognya.

Hal yang paling menonjol diangkat dalam drama ini adalah pesan moralnya. Banyak pesan moral yang terkandung sangat kuat di dalamnya. Benar-benar bikin kagum, hal semacam itu bisa tertangkap hanya dari dialog para karakternya. Persahabatan, pembuktian diri, kasih sayang, kekeluargaan, dan candaan. Bikin terharu, kagum, serius, atau cekikikan. Benar-benar khas Harry Potter.

I'm soooo jealous with Albus and Scorpius. They're so cute! Tapi karakter favoritku selalu adalah Ron Weasley. 'Bloody hell' never dies! Hahahaa...

View all my reviews


Tidak ada komentar:

Posting Komentar