[Book Review] The Street Lawyer oleh John Grisham

The Street Lawyer The Street Lawyer by John Grisham
Alih bahasa: Widya Kirana, Diniarty Pandia
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2006)
My rating: 3 of 5 stars
Paperback, Edisi Bahasa Indonesia, 479 hlm.

Blurb:

Perjalanan karier Michael lancar. Kedudukannya terus meningkat di Drake dan Sweeney, biro hukum raksasa di Washington, D.C., yang mempunyai delapan ratus pengacara. Gajinya tinggi dan semakin bagus; tiga tahun lagi ia akan menjadi partner.

Ia bintang yang sedang menanjak, tak pernah menyia-nyiakan waktu, tak pernah istirahat, tak pernah beramal pada pengemis. Tak ada waktu untuk hati nurani. Namun seorang gelandangan tiba-tiba menyerangnya, mengejutkannya. Michael selamat; si penyerang tewas. Siapakah orang itu?

Michael menyelidiki, ternyata gelandangan itu veteran yang sakit jiwa dan bertahun-tahun keluar masuk penjara. Michael menyelidiki lebih jauh, dan menemukan rahasia kotor yang melibatkan biro itu. Kariernya melenceng; ia terempas dari kedudukannya. Michael mengundurkan diri dari biro itu dengan berkas yang amat sangat rahasia di tangannya. Ia turun ke jalanan, dan menjadi pengacara para gelandangan, pengacara jalanan. Dan pencuri.

Review:

Aku baca ulang buku ini beberapa kali karena susah di-review. Setiap kali baca, kesannya berbeda. Awalnya aku merasa buku ini penuh harapan, karena penulisnya termasuk salah satu penulis jempolan dalam bidang kriminalitas dan hukum. Tapi ini adalah karya pertama yang kubaca dengan target pembaca dewasa. Karya penulis yang pertama kubaca adalah Theodore Boone: Kid Lawyer yang menurutku oke.

Pertama kali baca, buku ini oke. Aku mulai bisa memahami bentuk tulisan Pak Grisham ini. Detail dan hati-hati, terutama jika menyangkut bab hukum. Penguasaannya dalam bidang hukum luar biasa, nggak perlu ditanya lagi, dan penjelasannya masih mudah dicerna orang awam. Tapi cerita di sini kok rasanya terlalu biasa. Atau aku yang berharap ketinggian? Mungkin aku berharap ada lebih banyak aksi seperti adegan pengadilan dalam film.

Walaupun begitu, buku ini masih menarik. Beliau menyoroti kehidupan kaum menengah ke bawah untuk diceritakan masalah hukumnya. Dan banyak kritik lainnya tentang 'hukum bisa dibeli' oleh orang-orang yang memang berduit. Hitam-putih permasalahannya jelas sekali, jadi konfliknya bisa ditebak dengan mudah.

Penyelesaiannya yang agak 'tricky'. Karakter utamanya malah terjebak dalam area abu-abu, yang membuatnya sulit berpihak pada 'putih'. Yah, ia melakukan hal yang nekat (nyaris menyerempet 'hitam') dalam mendapatkan bukti penting.

Secara keseluruhan, alur cerita cukup cepat, tapi rasanya datar. Aksinya ya begitu-begitu saja. Tapi sebagai pengenalan, okelah. Aku jadi tahu macam-macam profesi dalam bidang hukum, seperti pengacara jalanan ini. Karakter favoritku adalah Mordecai Green yang anti-mainstream. Selain itu, setelah selesai membaca buku ini, rasanya jadi kena dilema. Misalnya karena ada deskripsi begini di halaman 22:

"... Hanya Rafter yang memandang ke meja, membayangkan pikiran kami semua ketika kami lewat di depan orang-orang seperti Mister di D.C.: Kalau aku memberimu uang receh, kau akan
1) kabur ke toko minuman keras
2) minta lebih banyak lagi
3) tetap mengemis di trotoar..."


Karena itulah, niat berderma bisa bikin jadi dilema. Sekarang kan ada himbauan agar memberikan derma melalui lembaga resmi. Tapi tetap saja rasanya gimanaaa gitu...

View all my reviews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar