[Book Review] Tragedi Minamata oleh Harada Masazumi

Judul: Tragedi Minamata
Judul Asli: Minamata Byo
Oleh: Harada Masazumi (1972)
Alih bahasa: Ihsan Nasir, Hasriadi, Ni Nyoman Anna Marthanti
Editor: Nurhadi Simorok
Pemeriksa aksara: M. Aan Mansyur
Desain sampul: JR Wahyu H
Tata letak: M. Safrinal
Penerbit: Media Kajian Sulawesi (2005)
Edisi Bahasa Indonesia, Paperback, 332 hlm.

Masih ingat kasus pencemaran di Teluk Buyat tahun 2004? Waktu itu banyak orang mulai menyebut penyakit Minamata. Nama penyakit yang terjadi di Minamata, kota di bagian selatan Jepang itu muncul dan marak diperbincangkan di Indonesia. Penyakit ini mulai marak di Minamata, Jepang pata tahun 1950-an. Tanggal 1 Mei 1956 menandai penemuan resmi penyakit Minamata, dari laporan rumah sakit bahwa "terjadi epidemi suatu penyakit sistem saraf pusat yang belum diketahui".

Apa itu penyakit Minamata? Apa penyebabnya? Bagaimana bisa muncul penyakit seperti itu? Buku ini menceritakan secara urut mengenai kemunculan penyakit itu, gejala, serta tindakan yang diambil pihak-pihak pada saat itu dalam menghadapi penyakit Minamata. Tidak hanya dari segi akademis dan gejala klinis kedokteran yang diungkap di sini, mengingat buku ini ditulis oleh seorang dokter, tapi juga kondisi sosial masyarakat dan pasien yang terjadi saat itu.

Buku ini ditulis oleh seorang dokter yang mendalami neuropsikiatri dan menggeluti penyakit ini untuk mencari jalan keluar pemecahan masalahnya. Pada akhirnya diperlukan dukungan dari banyak pihak dalam mengatasi penyakit Minamata ini. Buku ini berisi catatan analisis dan perjalanan dokter tersebut ketika menyelidiki penyakit ini, lengkap dengan ilustrasi gambar, peta, dan tabel yang menunjukkan fakta-fakta.

Semakin saya berkenalan dengan penyakit Minamata, semakin saya merasa bahwa penyakit ini adalah penyakit yang mengerikan. Penyakit ini bisa menyerang siapapun, termasuk bayi yang baru lahir karena penyebab penyakit ini adalah pencemaran lingkungan, terutama pencemaran logam berat, yaitu merkuri metil. Di Minamata, terdapat pabrik yang memproduksi asetaldehid dan membuang limbahnya ke laut. Alhasil, banyak masyarakat yang tinggal di sekitar daerah itu yang berprofesi sebagai nelayan mulai mengalami gejala penyakit aneh, seperti gangguan koordinasi anggota badan karena masalah saraf. Hewan di daerah Minamata seperti kucing bisa menari seperti gila dan mati menceburkan diri ke laut. Seperti itulah gambaran mengerikan penyakit Minamata ketika pertama kali dikenal.

Para ahli mulai meneliti bahwa gejala yang dialami para pasien di Minamata mirip seperti sindrom Hunter-Russel, yaitu sindrom penyakit gangguan saraf yang diakibatkan oleh keracunan merkuri organik. Konsentrasi merkuri organik yang sangat tinggi ditemukan pada ikan, kerang-kerangan, dan rambut para pasien. Karena pasien umumnya adalah nelayan, mereka menderita penyakit Minamata karena memakan ikan yang tercemar.

Tapi kesulitan masih terus berlanjut. Masih terus ditemukan pasien bayi yang memiliki gejala sakit seperti penyakit minamata, walaupun banyak orang tidak mengakuinya karena bayi tidak makan ikan. Ternyata bayi-bayi tersebut menderita penyakit minamata karena ibu mereka makan ikan yang tercemar merkuri, walaupun para ibu tersebut bisa jadi belum menunjukkan gejala sakit. Kemudian muncul bahwa penyakit itu adalah penyakit minamata bawaan.

Banyak sekali kesulitan yang ditemui penulis ketika meneliti penyakit ini dan memeriksa pasien baik dari segi medis, akademis, maupun sosial. Butuh waktu bertahun-tahun sampai akhirnya penyakit ini ditemukan penyebabnya, serta diakui bahayanya pencemaran lingkungan terhadap kesehatan. Pada bagian akhir buku, penulis menambahkan satu bab ketika buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tahun 2004. Bab tersebut berisi ulasan kecil penulis tentang kasus pencemaran yang terjadi di Indonesia, dan bahwa masalah pencemaran lingkungan bukan masalah sepele. Penyakit ini muncul tahun 1950-an, buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1972 yang mengiringi perkembangan penyelidikan mengenai penyakit Minamata. Kemudian ternyata penyakit ini muncul lagi di tempat yang berkilo-kilo jauhnya dari lokasi pertama penyakit ini dinamai, di seberang samudera, di negara tetangga.

Polusi dan pencemaran adalah masalah serius yang harus diperhatikan oleh seluruh dunia. Jangan sampai sejarah kelam kembali berulang. Sudah cukup bahwa buku ini adalah saksi sejarah kelalaian manusia di masa lalu yang terlena dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Diharapkan pembaca buku ini dapat belajar dari kesalahan masa lalu agar kejadian mengerikan ini tidak terulang di masa depan.

Buku ini sekaligus menjadi buku nonfiksi yang kuselesaikan di tahun 2016.

2 komentar:

  1. Jadi penasaran sama bukunya, aku suka buku nonfiksi yg memberikan informasi yang agak aneh bagiku.
    Penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ini buku lama, udah lebih dari 10 tahun yang lalu, tapi masih bisa ngasih pelajaran berharga :D

      Hapus