Tampilkan postingan dengan label Sherlock Holmes. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sherlock Holmes. Tampilkan semua postingan
The Last of August by Brittany Cavallaro
E-book, English edition, 317 pages
Published: February 14, 2017
My rating: 2 of 5 stars
★★☆☆☆
Kesel bin nggonduk dengan kelakuan tiga anak ini: Charlotte, Jamie, dan surprisingly, Milo. Bisa-bisanya Milo karakternya jadi rusak begitu. August dan Leander lumayan likeable, sayangnya porsi mereka yang digambarkan objektif sangat sedikit. Charlotte, Jamie, dan Milo jadi kentara sekali perannya sebagai anak yang dipaksa mengambil peran orang dewasa. Charlotte dan Jamie lumayan bisa dipahami. Tapi Milo? Kok bisa, sih??? Whyyyy???
Sudut pandang penceritaan orang pertama oleh Jamie yang di beberapa bagian digantikan oleh Charlotte membuat penggambaran cerita tidak bisa netral. Pasti ada keterlibatan penilaian subjektif dari Jamie dan Charlotte. Jamie, bisa dimaklumi, karena memang karakternya lebih ke perasaan dibandingkan Charlotte yang biasanya dingin dan perhitungan. Tapi Charlotte? Karakter Charlotte di sini sungguh berubah, menjadi sangat tidak jelas.
Dari segi penulisan, sudah berbeda dengan buku sebelumnya yang dimiripkan dengan penulisan Sir Arthur Conan Doyle. Dalam buku ini sepertinya penulis sudah menemukan gayanya sendiri. Awalnya rapi, saya suka. Saya juga sangat menantikan seperti apa menjadi Watson di rumah yang penuh dengan Holmes ketika Jamie gantian menghabiskan liburan di rumah Charlotte. Gaya khas penulisannya ala cerita young-adult, jadi penikmat cerita macam ini mungkin menyukainya. Tapi semakin menuju akhir, plotnya berantakan.
Misterinya nggak jelas. Metode pemecahannya apalagi. Charlotte yang plin-plan ditambah Jamie yang cemburuan membuat saya kesal dengan pertengkaran nggak penting mereka. Hanya August yang lumayan waras. Bahkan Milo yang biasanya berkepala dingin pun jadi ikut-ikutan bertingkah nggak masuk akal. Membaca buku ini membuat saya lebih menyukai jalan cerita pemecahan misteri di buku pertamanya. Lebih greget.
Saya hanya bisa memberikan nilai lebih untuk penggambaran interaksi antara Leander dan James, ayah Jamie, yang menunjukkan hubungan partnership yang hangat. Lalu, interaksi Milo dan Charlotte sewaktu di kediaman Milo juga lumayan menarik, melihat mereka berdua yang mengaku tidak saling menyukai tapi tergantung satu sama lain dan saling menggoda layaknya kakak-adik biasa (karena latar belakang mereka yang luar biasa membuat mereka tidak bisa hanya menjadi sekedar kakak-adik biasa).
Adegan waktu Charlotte sengaja menyenggol siku kakaknya sewaktu menyeruput kopi dan membuat kopinya tumpah mengenai kemeja membuat saya terbahak. Saya juga menyukai interaksi Charlotte dengan Shelby, adik Jamie, membuat Charlotte jadi terlihat tidak sedingin biasanya. Jamie pada awalnya sangat manis. Tapi setelah bertemu dengan August, dia berubah menjadi sangat menyebalkan. Ia sengaja bersikeras untuk tidak menyukai August, padahal dia tahu sendiri August sangat menyenangkan.
Saya menyayangkan ide cerita yang keren ini jadi berantakan karena penulisan plotnya tidak rapi. Plot twist-nya suka tiba-tiba muncul entah dari mana, tanpa ada pertanda apa pun. Logika bolongnya tidak terjelaskan. Atau sengaja ditutup dengan adegan ekstrim yang tiba-tiba. Sewaktu membalik halaman dan tidak ada penjelasan di baliknya, saya merasa sangat kesal. Jadi, 2★ aja.
View all my reviews
E-book, English edition, 317 pages
Published: February 14, 2017
My rating: 2 of 5 stars
★★☆☆☆
Blurb:
Watson and Holmes: A match made in disaster.
Jamie Watson and Charlotte Holmes are looking for a winter-break reprieve after a fall semester that almost got them killed. But Charlotte isn’t the only Holmes with secrets, and the mood at her family’s Sussex estate is palpably tense. On top of everything else, Holmes and Watson could be becoming more than friends—but still, the darkness in Charlotte’s past is a wall between them.
A distraction arises soon enough, because Charlotte’s beloved uncle Leander goes missing from the estate—after being oddly private about his latest assignment in a German art forgery ring. The game is afoot once again, and Charlotte is single-minded in her pursuit.
Their first stop? Berlin. Their first contact? August Moriarty (formerly Charlotte’s obsession, currently believed by most to be dead), whose powerful family has been ripping off famous paintings for the last hundred years. But as they follow the gritty underground scene in Berlin to glittering art houses in Prague, Holmes and Watson begin to realize that this is a much more complicated case than a disappearance. Much more dangerous, too.
What they learn might change everything they know about their families, themselves, and each other
Trigger warning: violence, self-harm, toxic relationship.
Peringatan: kekerasan, menyakiti diri sendiri, hubungan beracun.
Ulasan:
Luar biasa bingung dengan jalan cerita dan maunya si penulis ini apa. Plot twist, plot twist, plot twist, lalu tiba-tiba antiklimaks. Rasanya ingin banting hape tapi kok eman-eman. Akhirnya cuma bisa tergagap-gagap nggak jelas karena mau berkata kasar pun nggak tega.Kesel bin nggonduk dengan kelakuan tiga anak ini: Charlotte, Jamie, dan surprisingly, Milo. Bisa-bisanya Milo karakternya jadi rusak begitu. August dan Leander lumayan likeable, sayangnya porsi mereka yang digambarkan objektif sangat sedikit. Charlotte, Jamie, dan Milo jadi kentara sekali perannya sebagai anak yang dipaksa mengambil peran orang dewasa. Charlotte dan Jamie lumayan bisa dipahami. Tapi Milo? Kok bisa, sih??? Whyyyy???
Sudut pandang penceritaan orang pertama oleh Jamie yang di beberapa bagian digantikan oleh Charlotte membuat penggambaran cerita tidak bisa netral. Pasti ada keterlibatan penilaian subjektif dari Jamie dan Charlotte. Jamie, bisa dimaklumi, karena memang karakternya lebih ke perasaan dibandingkan Charlotte yang biasanya dingin dan perhitungan. Tapi Charlotte? Karakter Charlotte di sini sungguh berubah, menjadi sangat tidak jelas.
Dari segi penulisan, sudah berbeda dengan buku sebelumnya yang dimiripkan dengan penulisan Sir Arthur Conan Doyle. Dalam buku ini sepertinya penulis sudah menemukan gayanya sendiri. Awalnya rapi, saya suka. Saya juga sangat menantikan seperti apa menjadi Watson di rumah yang penuh dengan Holmes ketika Jamie gantian menghabiskan liburan di rumah Charlotte. Gaya khas penulisannya ala cerita young-adult, jadi penikmat cerita macam ini mungkin menyukainya. Tapi semakin menuju akhir, plotnya berantakan.
Misterinya nggak jelas. Metode pemecahannya apalagi. Charlotte yang plin-plan ditambah Jamie yang cemburuan membuat saya kesal dengan pertengkaran nggak penting mereka. Hanya August yang lumayan waras. Bahkan Milo yang biasanya berkepala dingin pun jadi ikut-ikutan bertingkah nggak masuk akal. Membaca buku ini membuat saya lebih menyukai jalan cerita pemecahan misteri di buku pertamanya. Lebih greget.
Saya hanya bisa memberikan nilai lebih untuk penggambaran interaksi antara Leander dan James, ayah Jamie, yang menunjukkan hubungan partnership yang hangat. Lalu, interaksi Milo dan Charlotte sewaktu di kediaman Milo juga lumayan menarik, melihat mereka berdua yang mengaku tidak saling menyukai tapi tergantung satu sama lain dan saling menggoda layaknya kakak-adik biasa (karena latar belakang mereka yang luar biasa membuat mereka tidak bisa hanya menjadi sekedar kakak-adik biasa).
Adegan waktu Charlotte sengaja menyenggol siku kakaknya sewaktu menyeruput kopi dan membuat kopinya tumpah mengenai kemeja membuat saya terbahak. Saya juga menyukai interaksi Charlotte dengan Shelby, adik Jamie, membuat Charlotte jadi terlihat tidak sedingin biasanya. Jamie pada awalnya sangat manis. Tapi setelah bertemu dengan August, dia berubah menjadi sangat menyebalkan. Ia sengaja bersikeras untuk tidak menyukai August, padahal dia tahu sendiri August sangat menyenangkan.
Saya menyayangkan ide cerita yang keren ini jadi berantakan karena penulisan plotnya tidak rapi. Plot twist-nya suka tiba-tiba muncul entah dari mana, tanpa ada pertanda apa pun. Logika bolongnya tidak terjelaskan. Atau sengaja ditutup dengan adegan ekstrim yang tiba-tiba. Sewaktu membalik halaman dan tidak ada penjelasan di baliknya, saya merasa sangat kesal. Jadi, 2★ aja.
View all my reviews
Tentang penulis:
Brittany Cavallaro is a poet, fiction writer, and old school Sherlockian. She is the New York Times bestselling author of the Charlotte Holmes novels from HarperCollins/Katherine Tegen Books, including A STUDY IN CHARLOTTE, THE LAST OF AUGUST, and THE CASE FOR JAMIE (forthcoming in March 2018). She's also the author of the poetry collection GIRL-KING (University of Akron) and is the recipient of a National Endowment for the Arts fellowship. She earned her BA in literature from Middlebury College and her MFA in poetry from the University of Wisconsin-Madison. She lives in Michigan with her husband, cat, dog, and collection of deerstalker caps.
A Study in Charlotte (Charlotte Holmes #1) by Brittany Cavallaro
Published: 2016
E-book, English edition, 321 pages
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆
Published: 2016
E-book, English edition, 321 pages
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆
Blurb:
The last thing Jamie Watson wants is a rugby scholarship to Sherringford, a Connecticut prep school just an hour away from his estranged father. But that’s not the only complication: Sherringford is also home to Charlotte Holmes, the famous detective’s great-great-great-granddaughter, who has inherited not only Sherlock’s genius but also his volatile temperament. From everything Jamie has heard about Charlotte, it seems safer to admire her from afar.
From the moment they meet, there’s a tense energy between them, and they seem more destined to be rivals than anything else. But when a Sherringford student dies under suspicious circumstances, ripped straight from the most terrifying of the Sherlock Holmes stories, Jamie can no longer afford to keep his distance. Jamie and Charlotte are being framed for murder, and only Charlotte can clear their names. But danger is mounting and nowhere is safe—and the only people they can trust are each other.
Trigger warning: drugs, sexual assault.
Peringatan: obat-obatan terlarang, kekerasan seksual.
Review:
Cerita tentang Holmes dan Watson ada banyak sekali yang beredar dan diceritakan dalam berbagai versi. Versi yang ini sangat khas young-adult. Dan modern. Tentang keturunan mereka yang masih muda, yaitu Holmes dan Watson versi anak sekolahan. Bedanya, Holmes di sini perempuan.taken from here |
Judul Asli: Memoirs of Sherlock Holmes
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle (1893)
Alih bahasa: Daisy Dianasari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 1992
Paperback, 408 hlm
Blurb:
Bersama Watson, Holmes menyelidiki kasus-kasus pelik seperti lenyapnya Silver Blaze - kuda pacuan yang dijagokan dalam Kejuaraan Piala Wessex-, dan misteri kematian Kolonel Barclay dari Kesatuan Royal Mallows yang diduga dibunuh oleh istrinya sendiri.
Dan mengenang masa lalu di depan perapian pada musim dingin, Holmes menuturkan kepada Watson kasus-kasus yang pernah ditanganinya sewaktu dia masih meniti karier. Rahasia di balik meledaknya Kapal Gloria Scott dan harta terpendam yang terkandung dalam Ritual Keluarga Musgrave adalah dua di antaranya.
Sebelas cuplikan dari perjuangan Sherlock Holmes memerangi kejahatan digelar dalam memoar ini, diakhiri dengan duel antara detektif kondang itu dengan Profesor Moriarty - Napoleon-nya dunia kejahatan - di Air Terjun Reichenbach.
Bersama Watson, Holmes menyelidiki kasus-kasus pelik seperti lenyapnya Silver Blaze - kuda pacuan yang dijagokan dalam Kejuaraan Piala Wessex-, dan misteri kematian Kolonel Barclay dari Kesatuan Royal Mallows yang diduga dibunuh oleh istrinya sendiri.
Dan mengenang masa lalu di depan perapian pada musim dingin, Holmes menuturkan kepada Watson kasus-kasus yang pernah ditanganinya sewaktu dia masih meniti karier. Rahasia di balik meledaknya Kapal Gloria Scott dan harta terpendam yang terkandung dalam Ritual Keluarga Musgrave adalah dua di antaranya.
Sebelas cuplikan dari perjuangan Sherlock Holmes memerangi kejahatan digelar dalam memoar ini, diakhiri dengan duel antara detektif kondang itu dengan Profesor Moriarty - Napoleon-nya dunia kejahatan - di Air Terjun Reichenbach.
Judul: Lembah Ketakutan
Judul Asli: The Valley of Fear
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle
Alih bahasa: B. Sendra Tanuwidjaja
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2002
Paperback, 304 hlm
Sinopsis:
Judul Asli: The Valley of Fear
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle
Alih bahasa: B. Sendra Tanuwidjaja
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2002
Paperback, 304 hlm
“Tapi mata rantai yang lemah akan melemahkan seluruh rantai,” – Dr. Watson
Sinopsis:
Suatu pagi Sherlock Holmes menerima pesan dalam bentuk kode yang menginformasikan ancaman pembunuhan terhadap John Douglas di Manor House. Sayangnya Sherlock Holmes terlambat. Pada saat ia berhasil memecahkan kode itu, sudah terjadi pembunuhan terhadap John Douglas.
Sherlock Holmes dan Watson kemudian pergi ke lokasi kejadian di Sussex untuk menyelidiki pembunuhan tersebut. Penyelidikan mereka berhasil menyingkap rahasia besar di balik pembunuhan itu, dengan motif yang bermula di Amerika. Meskipun tidak punya cara untuk membuktikannya, Sherlock yakin Profesor Moriarty terlibat dalam hal ini, karena cuma Moriaty yang tertantang untuk menghabisi seseorang yang berkali-kali lolos dari maut.
Sherlock Holmes dan Watson kemudian pergi ke lokasi kejadian di Sussex untuk menyelidiki pembunuhan tersebut. Penyelidikan mereka berhasil menyingkap rahasia besar di balik pembunuhan itu, dengan motif yang bermula di Amerika. Meskipun tidak punya cara untuk membuktikannya, Sherlock yakin Profesor Moriarty terlibat dalam hal ini, karena cuma Moriaty yang tertantang untuk menghabisi seseorang yang berkali-kali lolos dari maut.
Title: The House of Silk: A Sherlock Holmes Novel
Author: Anthony Horowitz
Edition Language: English
Paperback, 337 pages
Published November 2011 by Mulholland Books / Little, Brown and Company
(first published January 1st 2011)
Paperback, 337 pages
Published November 2011 by Mulholland Books / Little, Brown and Company
(first published January 1st 2011)
“I think my reputation will look after itself," Holmes said. "If they hang me, Watson, I shall leave it to you to persuade your readers that the whole thing was a misunderstanding.” (page 166)
London, 1890. Edmund Carstairs is being menaced by a wanted criminal who seems to have followed him all the way from America. His home is robbed and his family is threatened. And then, the first murder takes place.
Judul Asli: The Sign of Four
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa: Sendra B. Tanuwidjaja
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2002
Paperback, 216 hlm
Paperback, 216 hlm
ISBN: 9796866641
"Apa gunanya memiliki kemampuan, Dokter, kalau tak ada tempat untuk melampiaskannya?"
- Sherlock Holmes - hlm.19
Judul Asli: The Hound of Baskervilles
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa: B. Sendra Tanuwidjaja
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2003
"Tapi aku melihat lebih dari itu," katanya, "karena Hugo Baskerville melewatiku dengan kuda hitamnya, dan di belakangnya menyusul seekor anjing hitam bagai dari neraka."
- kesaksian seorang penggembala di tanah rawa -
Sebuah kasus datang kepada Sherlock Holmes dari seorang klien yang tanpa sengaja meninggalkan tongkat berjalannya alih-alih kartu nama ketika menunggu Holmes di kediamannya selama satu jam. Ketika sedang beradu analisis dengan Watson tentang pemilik tongkat itu, sang klien datang kembali pada suatu pagi dan menceritakan persoalan yang aneh. Sherlock Holmes yang menggemari kasus yang tak biasa antusias untuk mendengarkan ceritanya.
Judul: Penelusuran Benang Merah
Judul Asli: A Study in Scarlet
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa: B. Sendra Tanuwidjaja
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2001
"Objek yang paling tepat dalam studi kemanusiaan adalah manusia itu sendiri"
- kata-kata orang bijak yang dikutip oleh Watson -
John Watson, seorang dokter tentara yang baru kembali dari Afghanistan sedang mencari tempat tinggal di London. Ia berharap dapat berbagi tempat tinggal dengan seseorang karena biaya sewa di London cukup mahal. Ia menemui temannya Stamford dan beruntungnya Stamford memiliki kenalan yang juga sedang mencari kawan untuk berbagi tempat tinggal, Sherlock Holmes.
Sekarang tanggal 30. Ada meme pas buat tanggal 30 sekarang, yaitu Scene on Three yang host-nya adalah Bacaan Bzee. Kalau pengen tahu, klik button ini:
Ada scene dari bacaan yang menurutku leaves a remark (sampai sekarang masih inget walaupun baca bukunya udah lama).. check this out:
My First "Scene on Three"
Ada scene dari bacaan yang menurutku leaves a remark (sampai sekarang masih inget walaupun baca bukunya udah lama).. check this out:
Judul: The Boy Sherlock Holmes: Death in The Air
Penulis: Shane Peacock (2009)
Penerjemah: Maria Lubis
Penerbit: Qanita
Tahun: 2012
Seri ke-2 dari The Boy Sherlock Holmes
Genre: Misteri-Anak, Petualangan
Saat mengembuskan napas terakhir, Rose Holmes telah berkata kepada Sherlock bahwa begitu banyak yang harus dia lakukan dalam hidupnya.
Seperti apa rasanya melihat seseorang tewas tepat di hadapanmu? Sherlock Holmes akan segera mengetahuinya. Ia melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan. Polisi telah meminta para penonton untuk menjaga jarak dari aksi pertunjukan amphiteater, tetapi anak itu tidak dapat menahan godaan untuk bisa melihat lebih jelas. Dia menyelinap keluar dari kerumunan yang sangat padat, melewati polisi, dan berjalan pelan-pelan di lantai berlapis papan itu. Semua orang menengadah. Dia bergerak ke tempat terbuka, kedua matanya membelalak kaget melihat manusia-manusia yang terbang. Namun, tiba-tiba manusia sirkus yang terbang itu jatuh dan ia akan segera kehilangan nyawanya. Orang itu jatuh di dekat Sherlock, namun ternyata orang itu masih bernapas ketika menghantam lantai kayu yang keras. Sherlock mendekatkan kepalanya di dekat mulut laki-laki itu yang berusaha mengatakan sesuatu, dan ia mendengarnya bergumam dengan suara tersengal: "Bungkam...aku."
Penulis: Shane Peacock (2007)
Penerjemah: Maria Lubis
Penerbit: Qanita
Tahun: 2011
Seri ke-1 dari The Boy Sherlock Holmes
Genre: Misteri-Anak, Petualangan
"Aku pernah membaca bahwa mereka (burung gagak) adalah pertanda kejahatan," kata Sherlock. "Manusia yang melakukan kejahatan," Wilber menjawab dengan penuh keyakinan, "bukan burung-burung."
Seorang perempuan terbunuh dengan keji di Whitechapel, London. Pembunuhan itu terjadi secepat kilat, dengan suatu tikaman brutal, tidak adil, dan biadab. Tidak ada saksi mata di tempat kejadian kecuali burung gagak. Seorang pemuda yang oleh kepolisian dijadikan tersangka pembunuhan telah ditangkap. Namun, seorang bocah miskin yang menyaksikan penangkapan si tersangka mengamati kejadian tersebut dengan seksama dan tanpa sengaja mata mereka bertemu. Bocah itu, Sherlock Holmes, melihat bahwa mata si tersangka bercucuran air mata dan ia berteriak, "Bukan aku pelakunya!"
Seri The Boy Sherlock Holmes (Shane Peacock)
1. The Boy Sherlock Holmes: Eye of The Crow
2. The Boy Sherlock Holmes: Death In The Air
3. The Boy Sherlock Holmes: Vanishing Girl
4. The Boy Sherlock Holmes: The Secret Fiend *)
5. The Boy Sherlock Holmes: The Dragon Turn *)
6. Becoming Holmes: The Boy Sherlock Holmes, His Final Case *)
*) belum terbit dalam Bahasa Indonesia
*bold*) sudah dibaca \(^_^)/
*link*) sudah di-review
Penulis: Shane Peacock (2009)
Bahasa Indonesia
Penerjemah: Maria Lubis
Penerbit: Noura Books
Tahun: 2012
Seri ke-3 dari The Boy Sherlock Holmes
Genre: Misteri-Anak, Petualangan
"Seseorang harus mengejar sesuatu karena alasan-alasan yang tepat."
- Sigerson Trismegistus Bell -
Sherlock Holmes muda gagal mendapatkan pengakuan atas kemampuannya memecahkan kasus untuk yang kedua kalinya. Ia bertekad untuk mendapatkan pengakuan tersebut dengan mencari kesempatan lain. Kali ini, ia menghadapi kasus menghilangnya seorang gadis bangsawan. Hal yang membuat kepolisian bingung dengan kasus ini adalah tidak adanya petunjuk sedikitpun yang dapat menjadi pegangan. Setelah empat bulan lamanya, barulah ada kontak dari si penculik yang mengajukan uang tebusan yang sangat besar sebagai ganti dikembalikannya gadis itu kepada keluarganya, hanya dalam waktu tiga hari. Sherlock Holmes yang menghadiri pembacaan surat ancaman dari penculik itu oleh kepolisian memperoleh satu petunjuk sebagai titik tolak penyelidikannya, yaitu sebuah watermark.
About Me
Hani Mahdiyanti
Scientist in Training | Book Blogger
More of me here | Privacy policy | Ratings | My site
Translate
Diberdayakan oleh Blogger.