All-American Girl: Pahlawan Amerika oleh Meg Cabot (All-American Girl #1)
Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Monica Dwi Chresnayani
Format: 328 hlm. Paperback diterbitkan 1 January 2004 oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Audiobook oleh Storytel, dinarasikan oleh Jheni Rinjo
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆
Sebetulnya aku udah pernah baca buku ini dulu entah smp kelas tiga atau sma. Dulu buku ini pinjem temen, karena waktu itu ortu cukup ketat tentang bacaan. Selain buku pelajaran atau buku yang mengandung edukasi, sebaiknya tidak dibaca pada waktu hari sekolah, kecuali hari libur. Makanya dulu buku pinjeman pun juga sembunyi-sembunyi bacanya. Entah di sekolah di waktu pulang sekolah sampai ekstrakurikuler, atau baca sembunyi-sembunyi di rumah. Untungnya dulu aku punya kamar sendiri, dan adikku nggak cepu, jadi aman-aman saja.
Kebetulan pas Fourth of July atau Hari Kemerdekaan Amerika Serikat, buku ini lewat di Storytel. Karena momennya tepat dan memang moodnya sedang ingin baca yang ringan-ringan, aku memutuskan untuk membacanya. Penulisnya, Meg Cabot, memang bukan termasuk penulis favoritku, tapi aku menyukai beberapa karyanya. Sejauh ini, aku sudah pernah membaca The Princess Diaries, Heather Wells series, dan The Guy Next Door. Buku ini salah satu yang kusukai, termasuk The Princess Diaries dan Heather Wells series. Namun tidak dengan The Guy Next Door, karena aku pusing membaca potongan pesan dan email yang dipakai untuk merangkai cerita, sehingga aku tidak menyelesaikannya. Rasanya seperti sedang membaca thread AU di Twitter. Mungkin gaya tulisan seperti itu memang bukan seleraku.
Sebetulnya, di antara karya Meg Cabot yang pernah kubaca, buku ini merupakan favoritku. Walaupun sudah lama sekali semenjak terakhir aku membacanya, aku masih ingat beberapa adegan yang menurutku ikonik. Seperti misalnya, Sam yang harus menggambar telur putih tanpa diberi pensil warna putih oleh guru les gambarnya, Sam yang menyembunyikan makanan yang tidak disukainya dalam serbet, dan rambut merah Sam yang sering menjadi sasaran burung peliharaan guru les gambarnya. Eh, jadi kebanyakan berpusat pada Sam, ya. Yaa gimana lagi, kan Sam adalah tokoh utamanya, dan sudut pandang ceritanya adalah akuan. Otomatis segala hal jadi berpusat pada Sam.
Cerita yang ditulis oleh Meg Cabot yang sudah kubaca memiliki ciri khas tokoh utama perempuan, sudut pandang akuan, dan sifat tokoh utamanya memiliki isi pikiran yang cukup 'ramai'. Pada awalnya, aku selalu merasa si tokoh utamanya lebay, tapi hal itu tertutup oleh sifat blak-blakan pikirannya. Aku yang lebih menyukai sudut padang orang ketiga dan penggambaran cerita yang lebih objektif, jadi tidak terlalu merasa terganggu karena sifat tokohnya cukup manusiawi, walaupun kadang tidak rasional.
Buku ini menggambarkan Sam yang pada awalnya cukup menyebalkan, agak pick-me dan self-centered. Nggak mau dibilang culun, maunya dibilang nyeni, naksir pacar kakaknya (!) yang menurutku agak membuatnya jadi red-flag, padahal pacar kakaknya tuh ya nggak oke-oke amat. Malah cenderung egois, dan saking sukanya, Sam yang polos mengamini semua kata pacar kakaknya. Untungnya, Sam berpikiran cukup terbuka dan mau mengakui klo salah, jadi aku cukup menyukainya. Beberapa selebriti yang disebutkan dalam buku ini cukup terkenal, seperti Gwen Stefani personil band No Doubt, dan David Boreanaz yang waktu masa remajanya jadi vampir di serial TV (aku sih kenalnya waktu dewasanya, jadi agen FBI partner si antropolog-forensik Dr. Brennan di serial TV Bones).
Buku ini dulu kubaca sekali duduk, sama seperti audiobooknya yang kubaca sekarang. Lumayan bisa menyegarkan otak dengan celetukan sarkastik dan snarky Sam, kejadian yang jadi lebih kocak karena digambarkan secara hiperbola, serta isi pikiran Sam yang 'ramai' yang sering meluber ke mana-mana. Konfliknya juga nggak receh, walaupun khas remaja. Dan yang memuaskan adalah penyelesaian konfliknya tidak terburu-buru dan tidak terasa klise. Untungnya aku membaca ulang lewat audiobook, jadi ada kesan yang cukup baru, dan aku juga bisa mengingat kembali penyebab konflik, karena sejujurnya, aku lupa kejadiannya.
Intinya, ringan dan lucu.
Oiya, dari semua edisi yang ada (ngintip di Goodreads), aku paling suka cover edisi terjemahan Bahasa Indonesia!
View all my reviews
She is now the author of nearly fifty books for both adults and teens, selling fifteen million copies worldwide, many of which have been #1 New York Times bestsellers, most notably The Princess Diaries series, which is currently being published in over 38 countries, and was made into two hit movies by Disney. In addition, Meg wrote the Mediator and 1-800-Where-R-You? series (on which the television series, Missing, was based), two All-American Girl books, Teen Idol, Avalon High, How to Be Popular, Pants on Fire, Jinx, a series of novels written entirely in email format (Boy Next Door, Boy Meets Girl, and Every Boy's Got One), a mystery series (Size 12 Is Not Fat/ Size 14 Is Not Fat Either/Big Boned), and a chick-lit series called Queen of Babble.
Meg is now writing a new children's series called Allie Finkle's Rules for Girls. Her new paranormal series, Abandon, debuts in Summer of 2011.
Meg currently divides her time between Key West, Indiana, and New York City with a primary cat (one-eyed Henrietta), various back-up cats, and her husband, who doesn't know he married a fire horse. Please don't tell him.
Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Monica Dwi Chresnayani
Format: 328 hlm. Paperback diterbitkan 1 January 2004 oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Audiobook oleh Storytel, dinarasikan oleh Jheni Rinjo
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆
Blurb:
Sepuluh Alasan Samantha Madison dalam Masalah Besar:
10. Kakak perempuannya adalah gadis paling populer di sekolah
9. Adik perempuannya adalah seorang jenius bersertifikat
8. Dia jatuh cinta dengan pacar kakak perempuannya
7. Dia tertangkap menjual potret selebriti di sekolah
6. Dan sekarang dia dipaksa mengikuti kelas seni
5. Dia baru saja menyelamatkan presiden Amerika Serikat dari percobaan pembunuhan
4. Jadi seluruh dunia menganggap dia adalah pahlawan
3. Meskipun Sam tahu dia jauh, jauh dari menjadi pahlawan
2. Dan sekarang dia telah ditunjuk sebagai duta remaja untuk PBB
Dan alasan nomor satu hidup Sam berakhir?
1. Anak presiden mungkin saja jatuh cinta padanya
Review:
US edition |
Kebetulan pas Fourth of July atau Hari Kemerdekaan Amerika Serikat, buku ini lewat di Storytel. Karena momennya tepat dan memang moodnya sedang ingin baca yang ringan-ringan, aku memutuskan untuk membacanya. Penulisnya, Meg Cabot, memang bukan termasuk penulis favoritku, tapi aku menyukai beberapa karyanya. Sejauh ini, aku sudah pernah membaca The Princess Diaries, Heather Wells series, dan The Guy Next Door. Buku ini salah satu yang kusukai, termasuk The Princess Diaries dan Heather Wells series. Namun tidak dengan The Guy Next Door, karena aku pusing membaca potongan pesan dan email yang dipakai untuk merangkai cerita, sehingga aku tidak menyelesaikannya. Rasanya seperti sedang membaca thread AU di Twitter. Mungkin gaya tulisan seperti itu memang bukan seleraku.
Sebetulnya, di antara karya Meg Cabot yang pernah kubaca, buku ini merupakan favoritku. Walaupun sudah lama sekali semenjak terakhir aku membacanya, aku masih ingat beberapa adegan yang menurutku ikonik. Seperti misalnya, Sam yang harus menggambar telur putih tanpa diberi pensil warna putih oleh guru les gambarnya, Sam yang menyembunyikan makanan yang tidak disukainya dalam serbet, dan rambut merah Sam yang sering menjadi sasaran burung peliharaan guru les gambarnya. Eh, jadi kebanyakan berpusat pada Sam, ya. Yaa gimana lagi, kan Sam adalah tokoh utamanya, dan sudut pandang ceritanya adalah akuan. Otomatis segala hal jadi berpusat pada Sam.
Cerita yang ditulis oleh Meg Cabot yang sudah kubaca memiliki ciri khas tokoh utama perempuan, sudut pandang akuan, dan sifat tokoh utamanya memiliki isi pikiran yang cukup 'ramai'. Pada awalnya, aku selalu merasa si tokoh utamanya lebay, tapi hal itu tertutup oleh sifat blak-blakan pikirannya. Aku yang lebih menyukai sudut padang orang ketiga dan penggambaran cerita yang lebih objektif, jadi tidak terlalu merasa terganggu karena sifat tokohnya cukup manusiawi, walaupun kadang tidak rasional.
Buku ini menggambarkan Sam yang pada awalnya cukup menyebalkan, agak pick-me dan self-centered. Nggak mau dibilang culun, maunya dibilang nyeni, naksir pacar kakaknya (!) yang menurutku agak membuatnya jadi red-flag, padahal pacar kakaknya tuh ya nggak oke-oke amat. Malah cenderung egois, dan saking sukanya, Sam yang polos mengamini semua kata pacar kakaknya. Untungnya, Sam berpikiran cukup terbuka dan mau mengakui klo salah, jadi aku cukup menyukainya. Beberapa selebriti yang disebutkan dalam buku ini cukup terkenal, seperti Gwen Stefani personil band No Doubt, dan David Boreanaz yang waktu masa remajanya jadi vampir di serial TV (aku sih kenalnya waktu dewasanya, jadi agen FBI partner si antropolog-forensik Dr. Brennan di serial TV Bones).
Buku ini dulu kubaca sekali duduk, sama seperti audiobooknya yang kubaca sekarang. Lumayan bisa menyegarkan otak dengan celetukan sarkastik dan snarky Sam, kejadian yang jadi lebih kocak karena digambarkan secara hiperbola, serta isi pikiran Sam yang 'ramai' yang sering meluber ke mana-mana. Konfliknya juga nggak receh, walaupun khas remaja. Dan yang memuaskan adalah penyelesaian konfliknya tidak terburu-buru dan tidak terasa klise. Untungnya aku membaca ulang lewat audiobook, jadi ada kesan yang cukup baru, dan aku juga bisa mengingat kembali penyebab konflik, karena sejujurnya, aku lupa kejadiannya.
Intinya, ringan dan lucu.
Oiya, dari semua edisi yang ada (ngintip di Goodreads), aku paling suka cover edisi terjemahan Bahasa Indonesia!
View all my reviews
Tentang Penulis
Meg Cabot was born on February 1, 1967, during the Chinese astrological year of the Fire Horse, a notoriously unlucky sign. Fortunately she grew up in Bloomington, Indiana, where few people were aware of the stigma of being a fire horse -- at least until Meg became a teenager, when she flunked freshman Algebra twice, then decided to cut her own bangs. After six years as an undergrad at Indiana University, Meg moved to New York City (in the middle of a sanitation worker strike) to pursue a career as an illustrator, at which she failed miserably, forcing her to turn to her favorite hobby--writing novels--for emotional succor. She worked various jobs to pay the rent, including a decade-long stint as the assistant manager of a 700 bed freshmen dormitory at NYU, a position she still occasionally misses.She is now the author of nearly fifty books for both adults and teens, selling fifteen million copies worldwide, many of which have been #1 New York Times bestsellers, most notably The Princess Diaries series, which is currently being published in over 38 countries, and was made into two hit movies by Disney. In addition, Meg wrote the Mediator and 1-800-Where-R-You? series (on which the television series, Missing, was based), two All-American Girl books, Teen Idol, Avalon High, How to Be Popular, Pants on Fire, Jinx, a series of novels written entirely in email format (Boy Next Door, Boy Meets Girl, and Every Boy's Got One), a mystery series (Size 12 Is Not Fat/ Size 14 Is Not Fat Either/Big Boned), and a chick-lit series called Queen of Babble.
Meg is now writing a new children's series called Allie Finkle's Rules for Girls. Her new paranormal series, Abandon, debuts in Summer of 2011.
Meg currently divides her time between Key West, Indiana, and New York City with a primary cat (one-eyed Henrietta), various back-up cats, and her husband, who doesn't know he married a fire horse. Please don't tell him.