Rahasia Ayu (JanganDiklik #1) by
Lexie Xu
Audiobook oleh Storytel
Lexie Xu adalah penulis kisah-kisah bergenre misteri dan thriller. Seorang
Sherlockian, penggemar sutradara J.J Abrams, dan fanatik sama angka 47.
Saat ini Lexie tinggal di Bandung bersama anak laki-lakinya, Alexis
Maxwell.
Ingin tahu lebih banyak soal Lexie?
Silakan kunjungi website-nya: www.lexiexu.com
Audiobook oleh Storytel
Narator: Amalia Dewi
My rating:
3 of 5 stars
Blurb:
Ayu Rembulan menjadi saksi kematian Leoni, teman sekelasnya yang bunuh diri tahun lalu. Pada hari ulang tahun kematian Leoni, Ayu menerima SMS aneh yang membuat sebuah aplikasi misterius bernama JanganDiklik terpasang di ponselnya. Melalui aplikasi itu, Ayu menemukan catatan harian Leoni yang menceritakan hari-hari terakhirnya sebelum meninggal.
Sejak itu, kecelakaan demi kecelakaan tragis menghantui teman-teman yang dulu mencelakai Leoni. Orang-orang lain mengira semua itu kebetulan, tetapi Ayu tahu hantu Leoni-lah yang sedang membalaskan dendamnya. Tak seorang pun percaya padanya, kecuali Rex, cowok jahat yang sudah menindas dan mempermalukan Ayu selama setahun ini. Bersama-sama mereka berusaha menyelamatkan teman-teman mereka… juga diri mereka sendiri.
Trigger warning!
ruthless and vicious bullying, toxic friendship
Peringatan!
perisakan yang sangat parah dan kejam, pertemanan beracun
Review:
Aku dengerin buku ini sambil ngukur sampel. Ya, aku "membaca" versi audiobook
dari aplikasi
Storytel. Aplikasi ini sungguh memudahkanku dalam membaca fiksi lagi. Koleksinya juga
lumayan banyak terutama buku-buku yang berbahasa Indonesia.
Biasanya ketika aku sedang mengukur sampel, aku mendengarkan podcast agar tidak mengantuk. Sayangnya kopi saja tidak cukup untuk mencegah kantuk, dan aku hanya bisa meminum satu cangkir kopi per hari agar tidak menimbulkan masalah pencernaan. Podcast yang kudengarkan biasanya bertema misteri seperti Crime Junkie dan Cold Cases atau horor seperti Do You See What I See dan The Something Scary. Tapi belakangan ini aku kehabisan episode yang bisa kudengarkan dan umumnya podcast di-update secara mingguan. Untuk Do You See What I See sebetulnya masih banyak episode yang belum kudengarkan, tapi akhir-akhir ini penceritaannya agak membosankan jadi bikin ngantuk. Untungnya ada kawan yang merekomendasikan audiobook via Storytel dan aku langsung mencobanya. Ternyata sangat memuaskan. Aku bisa "membaca" cerita horor agar tidak mengantuk ketika mengukur sampel.
Buku ini kupilih setelah aku mendengarkan Omen, karena masuk di rekomendasi dari penulis yang sama dan merupakan karya yang agak lebih baru. Penggambaran hantunya menyeramkan jadi kesan horornya dapet. Aku jadi semakin bersemangat mengukur sampel karena kantuk jadi berkurang... hahahaa.. Naratornya membawakan cerita ini dengan bagus. Suaranya yang feminin sangat ekspresif jadi sangat mudah membayangkan jalan ceritanya.
Biasanya ketika aku sedang mengukur sampel, aku mendengarkan podcast agar tidak mengantuk. Sayangnya kopi saja tidak cukup untuk mencegah kantuk, dan aku hanya bisa meminum satu cangkir kopi per hari agar tidak menimbulkan masalah pencernaan. Podcast yang kudengarkan biasanya bertema misteri seperti Crime Junkie dan Cold Cases atau horor seperti Do You See What I See dan The Something Scary. Tapi belakangan ini aku kehabisan episode yang bisa kudengarkan dan umumnya podcast di-update secara mingguan. Untuk Do You See What I See sebetulnya masih banyak episode yang belum kudengarkan, tapi akhir-akhir ini penceritaannya agak membosankan jadi bikin ngantuk. Untungnya ada kawan yang merekomendasikan audiobook via Storytel dan aku langsung mencobanya. Ternyata sangat memuaskan. Aku bisa "membaca" cerita horor agar tidak mengantuk ketika mengukur sampel.
Buku ini kupilih setelah aku mendengarkan Omen, karena masuk di rekomendasi dari penulis yang sama dan merupakan karya yang agak lebih baru. Penggambaran hantunya menyeramkan jadi kesan horornya dapet. Aku jadi semakin bersemangat mengukur sampel karena kantuk jadi berkurang... hahahaa.. Naratornya membawakan cerita ini dengan bagus. Suaranya yang feminin sangat ekspresif jadi sangat mudah membayangkan jalan ceritanya.
Setelah "membaca"-dengar buku ini, aku jadi berpikir, apakah penggambaran
hantu dengan kondisi mengenaskan seperti ketika waktu meninggalnya yang tidak
wajar adalah khas Indonesia? Soalnya kalau diingat-ingat lagi tentang
penggambaran hantu buku terjemahan seperti Seri
Lockwood & Co., rasanya tidak sekumuh hantu ini. Hantu dari buku terjemahan lebih berkesan
sedih.
Oiya, di beberapa situasi, hantu ini ternyata tidak hanya menakut-nakuti dengan modal tampang saja, tapi benar-benar meneror. Para pecandu adrenalin mungkin menyukainya. Kupikir ya, karena arwah penasaran atau yuurei biasanya pendendam, mereka tidak bisa berpikir dan hanya bertujuan untuk membalas dendam, serta artikulasinya tidak jelas. Hantu di sini ternyata benar-benar mendendam sampai bisa meng-gaslighting para karakter yang diterornya! Aku jadi bingung apakah harus sedih, ngeri, atau geli ketika menyadarinya.
Penilaianku terhadap buku ini agak berkurang karena sepertinya aku menemukan plot hole. Jadi ketika Ayu berniat menghubungi Rex, ia menyadari kalau ia tidak memiliki nomornya. Tapi seingatku, Rex mencoba untuk mengakses link JanganDiklik yang dikirimkan melalui sms ke Ayu di smartphone milik Rex sendiri. Apakah ia mengetik ulang link tersebut? Sepertinya tidak mungkin karena aneh sekali. Lebih mungkin kalau Ayu yang mem-forward sms tersebut ke nomor Rex agar ia bisa langsung klik saja link tersebut. Itu artinya Ayu punya nomor Rex, kan? Semoga aku tidak salah dengar, ya.
Mengenai karakternya, untung saja tidak terlalu banyak sumpah-serapah. Soalnya penulisannya berdasarkan sudut pandang orang pertama, walaupun berganti-ganti karakter. Aku heran apakah anak remaja sekarang sering sekali menyumpah-serapah, ya? Walaupun dalam hati, narasi sudut pandang orang pertama pasti akan ditulis juga, kan. Kalau tidak terlalu sering, sih, tidak apa-apa. Tapi kalau terlalu banyak rasanya risih.
Dari dua buku karya Lexie Xu yang kubaca ini, aku menemukan kalau tokoh utama yang diangkat kebetulan dua-duanya perempuan. Karakter keduanya berbeda, tapi ada satu hal yang mirip yaitu bahwa mereka terus-menerus denial kalau salah satu teman di circle mereka menyukai mereka. Terutama Ayu, yang mempunyai self-esteem yang rendah sampai mudah sekali termakan gaslighting si hantu! Pukpuk Ayu. Kemudian, Rex ini juga perlu memperbaiki skill komunikasinya yang buruk. Sepertinya anak remaja memang senang bermain kode, ya. Aku jadi merasa kasihan sama mereka yang membuat orang lain menebak-nebak dan ngambek kalau kodenya ditanggapi dengan keliru. Yah, namanya juga remaja. Yang di luar dugaan adalah Levan yang lumayan lucu. Padahal lagi tegang-tegangnya, bisa komentar di luar dugaan.. iri sama keuwuan orang ya? Kasihan juga ini karakter.. hehehee...
Secara keseluruhan, cerita ini bagus, seram, dan ngerinya terasa. Penggambaran betapa tersiksanya korban perundungan juga diluar dugaan sangat mengerikan. Endingnya bisa ditebak, tapi untunglah tidak menggantung. Biasanya setelah ditakut-takuti, cerita horor sering menyiksa pembacanya dengan akhir yang menggantung, tapi untunglah di buku ini tidak. Tolonglah, kalau cerita sudah seram, jangan siksa kami, para pembaca, dengan akhir yang bikin penasaran! (Pesanku untuk pencipta kisah horor lain)
Oiya, di beberapa situasi, hantu ini ternyata tidak hanya menakut-nakuti dengan modal tampang saja, tapi benar-benar meneror. Para pecandu adrenalin mungkin menyukainya. Kupikir ya, karena arwah penasaran atau yuurei biasanya pendendam, mereka tidak bisa berpikir dan hanya bertujuan untuk membalas dendam, serta artikulasinya tidak jelas. Hantu di sini ternyata benar-benar mendendam sampai bisa meng-gaslighting para karakter yang diterornya! Aku jadi bingung apakah harus sedih, ngeri, atau geli ketika menyadarinya.
Penilaianku terhadap buku ini agak berkurang karena sepertinya aku menemukan plot hole. Jadi ketika Ayu berniat menghubungi Rex, ia menyadari kalau ia tidak memiliki nomornya. Tapi seingatku, Rex mencoba untuk mengakses link JanganDiklik yang dikirimkan melalui sms ke Ayu di smartphone milik Rex sendiri. Apakah ia mengetik ulang link tersebut? Sepertinya tidak mungkin karena aneh sekali. Lebih mungkin kalau Ayu yang mem-forward sms tersebut ke nomor Rex agar ia bisa langsung klik saja link tersebut. Itu artinya Ayu punya nomor Rex, kan? Semoga aku tidak salah dengar, ya.
Mengenai karakternya, untung saja tidak terlalu banyak sumpah-serapah. Soalnya penulisannya berdasarkan sudut pandang orang pertama, walaupun berganti-ganti karakter. Aku heran apakah anak remaja sekarang sering sekali menyumpah-serapah, ya? Walaupun dalam hati, narasi sudut pandang orang pertama pasti akan ditulis juga, kan. Kalau tidak terlalu sering, sih, tidak apa-apa. Tapi kalau terlalu banyak rasanya risih.
Dari dua buku karya Lexie Xu yang kubaca ini, aku menemukan kalau tokoh utama yang diangkat kebetulan dua-duanya perempuan. Karakter keduanya berbeda, tapi ada satu hal yang mirip yaitu bahwa mereka terus-menerus denial kalau salah satu teman di circle mereka menyukai mereka. Terutama Ayu, yang mempunyai self-esteem yang rendah sampai mudah sekali termakan gaslighting si hantu! Pukpuk Ayu. Kemudian, Rex ini juga perlu memperbaiki skill komunikasinya yang buruk. Sepertinya anak remaja memang senang bermain kode, ya. Aku jadi merasa kasihan sama mereka yang membuat orang lain menebak-nebak dan ngambek kalau kodenya ditanggapi dengan keliru. Yah, namanya juga remaja. Yang di luar dugaan adalah Levan yang lumayan lucu. Padahal lagi tegang-tegangnya, bisa komentar di luar dugaan.. iri sama keuwuan orang ya? Kasihan juga ini karakter.. hehehee...
Secara keseluruhan, cerita ini bagus, seram, dan ngerinya terasa. Penggambaran betapa tersiksanya korban perundungan juga diluar dugaan sangat mengerikan. Endingnya bisa ditebak, tapi untunglah tidak menggantung. Biasanya setelah ditakut-takuti, cerita horor sering menyiksa pembacanya dengan akhir yang menggantung, tapi untunglah di buku ini tidak. Tolonglah, kalau cerita sudah seram, jangan siksa kami, para pembaca, dengan akhir yang bikin penasaran! (Pesanku untuk pencipta kisah horor lain)
Tentang Penulis:
Ingin tahu lebih banyak soal Lexie?
Silakan kunjungi website-nya: www.lexiexu.com