[Book Review] After Office Hours: Kisah-Kisah Mencekam Selepas Jam Kerja

After Office Hours: Kisah-Kisah Mencekam Selepas Jam Kerja After Office Hours: Kisah-Kisah Mencekam Selepas Jam Kerja
by Jia Effendie, Moemoe Rizal, Prisca Primasari, Guntur Alam, Eve Shi
My rating: 4 of 5 stars
Published June 7th 2016 by Pastel Books
E-book (iPusnas), 164 pages

Blurb:

Aku mendengar bisik-bisik dari ruang keuangan. Tidak jelas mereka membicarakan apa. Lega karena ternyata masih ada karyawan yang bekerja di lantai ini, aku bermaksud menyapa. Namun, pintu ruangan terkunci.

Tunggu… itu nyanyian. Dan ketika kuintip ke dalam dari balik jendela kaca, seseorang sedang menari di atas salah satu meja. Memunggungiku. Perempuan dengan tangan bergerak lentik seperti penari Bali. Sesekali dia melompat ke setiap meja sambil mendecakkan, “Cah… cah… cah…” Lalu, kepalanya meliuk-liuk cantik, dan rambut panjangnya berayun. Beberapa saat kemudian, dia menoleh...
_________________________

Setelah semua lampu dan komputer dimatikan, semua karyawan pulang, kantor menjadi lebih senyap daripada pekuburan. Tapi tak jarang satu-dua orang memberanikan diri bekerja lembur, menutup telinga dari suara-suara tanpa wujud, mengabaikan bayangan putih yang melintas di sudut mata. Mungkin kau pun pernah mengalaminya.


Ulasan:

Dasar saya memang masokis. Padahal saya hampir setiap hari lembur, pernah juga 'dikerjain' di lab pas hari sudah gelap. Masih saja membaca kisah seram. Habis, kisah seram memang seperti sambal, sih. Pedas, tapi nagih.

Buku ini berisi kisah-kisah yang sangat menyeramkan. Terutama cerita keempat. Totalnya ada lima cerita. Masing-masing bercerita tentang kisah seram yang terjadi setelah jam kerja.
Kisah pertama dibumbui oleh pengaruh gangguan psikologis. Tapi eksekusinya tetap menyeramkan. Terutama plot twist-nya.

Kisah kedua bisa ditebak alurnya, dan lebih bersifat imajinatif karena dibalut dengan latar sihir kegelapan. Ceritanya tentang sebuah toko boneka. Sejak dulu, saya tidak terlalu menyukai boneka terutama yang menyerupai manusia. Ibu saya dulu pernah punya boneka bayi yang ukurannya sama dengan bayi berusia 10 bulan sungguhan. Sebelum dibuang, bentuknya masih utuh, hanya mata kacanya yang hilang satu. Katanya dulu boneka semacam itu adalah mainan yang paling tren pada jamannya, dan harganya pun mahal. Hih, kalau saya malah nangis ketakutan kalau dibelikan boneka macam begitu.

Kisah ketiga dibumbui misteri whodunit yang menegangkan. Saya berharap kejahatan akan terbongkar karena ulah hantu, tapi eksekusi akhirnya ternyata dibuat khas cerita hantu urban legend.

Kisah keempat adalah kisah terpanjang dan terseram di antara semuanya. Penggambaran makhluk-makhluknya seperti sungguhan. Intinya, benar-benar seram.
Kisah kelima tidak terlalu menakutkan, tetapi malah justru membuat sedih. Penggambaran hantunya juga tidak terlalu menyeramkan. Hal yang menarik adalah interaksi antara si tokoh manusia dengan para hantu ini yang tidak biasa.

Bagi penikmat adrenalin dan senang ditakut-takuti, coba baca buku ini malam hari sendirian kalau berani. Saya melakukannya.

View all my reviews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar