[Book Review] Tiga Belas Kasus oleh Agatha Christie

Judul: Tiga Belas Kasus
Judul Asli: The Thirteen Problems
Penulis: Agatha Christie (1932)
Alih Bahasa: Julanda Tantani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012

Selamat bergabung dengan Klub Selasa Malam

Miss Marple, wanita tua sederhana yang tampak rapuh kembali beraksi menunjukkan bahwa ia tak sesederhana kelihatannya. Akalnya setajam pisau dan bahkan masih mampu memecahkan kasus walaupun hanya berupa cerita. Pada hari Selasa malam, keponakan Miss Marple mengunjungi bibinya itu dan mengundang beberapa temannya. Setelah makan malam, mereka mulai berbincang dan kemudian perbincangan mereka mulai mengarah pada misteri-misteri yang tak terpecahkan untuk diulas kembali. Kisah dalam buku ini terbagi menjadi tiga belas cerita pendek penuh teka-teki.

Klub Selasa Malam
Sir Henry Clithering, pensiunan komisaris Scotland Yard memulai ceritanya. Sebuah keluarga terdiri dari 3 orang, suami, istri, dan seorang teman bayaran, makan malam udang kalengan. Ketiganya jatuh sakit setelah makan, dan setelah dokter dipanggil, dua orang kembali sehat, tapi seorang meninggal. Kasus pembuka yang sederhana tapi membingungkan. Kebanyakan menebak kalau itu akbiat keracunan, tapi ternyata Miss Marple mampu menganalisis kebenaran kasus itu.
"Kehidupan sendiri adalah misteri yang tak terpecahkan." - Mr. Petherick -

Rumah Pemujaan Astarte
Dr. Pender, seorang pendeta mulai berkisah tentang suatu misteri. Ia pernah diundang pada suatu acara makan malam bersama beberapa teman yang menempati rumah barunya. Rumah itu digosipkan penuh dengan tahayul dan hantu. Tapi ada sebuah hutan kecil yang mengerikan di dekat rumah dan ternyata di tengah-tengahnya ada sebuah kuil kuno tempat pemujaan kaum Astarte. Salah seorang tamu mengusulkan untuk membuat pesta kostum dan bermain-main di dekat kuil itu. Tiba-tiba saja salah seorang tamu seperti kerasukan. Semua orang dicekam kengerian, dan seseorang terjatuh. Ketika tamu yang kerasukan kembali sadar, orang yang terjatuh ditolong berdiri, tapi tenyata ia sudah tak bernyawa. Kisah ini paling mengerikan menurutku, dan yang paling kuingat. Lagi-lagi Miss Marple yang mampu memecahkan misteri itu tanpa melibatkan tahayul.
"Aku tetap menganggap ada pengaruh jahat di hutan kecil itu." - Dr. Pender -

Batangan-Batangan Emas
Raymond West, keponakan Miss Marple yang seorang penulis mendapat gilirannya bercerita. Ada sebuah kapal karam karena badai yang mengangkut batangan-batangan emas. Setelah badai berhenti, evakuasi dilakukan, tapi tidak ditemukan batangan-batangan emas yang dimaksud, alias hilang. Orang-orang tak percaya desas-desus itu, tapi Raymond bertemu seorang Inspektur yang menceritakan hal itu adalah benar dan ia menjadi tertarik. Emas itu benar-benar ada, tapi kemana hilangnya? Miss Marple lagi-lagi yang mengetahui kebenarannya. Kisah ini tidak terlalu membuatku tertarik karena misterinya, tapi karena lucu.
"Sesungguhnya, fakta kecil itulah yang membuatku sadar." - Miss Marple -

Noda Darah di Trotoar
Joyce Lempiere, seorang seniwati menceritakan kisah liburannya yang mengerikan. Ia pergi ke sebuah desa nelayan yang indah untuk melukis, tapi ternyata desa yang indah pun memiliki sebuah kisah seram, kutukan charabanc. Apabila ada orang yang melihat noda darah di trotoar putih itu, artinya akan ada kematian dalam waktu dua puluh empat jam. Selain Joyce, ada tiga orang lagi yang menginap di sebuah penginapan di desa itu, suami-istri, dan seorang wanita dengan dandanan sangat menor. Suatu hari, mereka bertiga pergi berenang, tapi wanita menor tidak kembali. Joyce yang sedang melukis sambil mendengarkan cerita nelayan tentang perang berdarah melihat noda-noda darah di trotoar. Nelayan itu lalu menceritakan tentang kutukan charabanc. Ternyata, keesokan harinya ditemukan mayat wanita terdampar di pantai. Kisah ini juga termasuk mengerikan setelah Rumah Pemujaan Astarte. Miss Marple jugalah yang dapat memecahkan misterinya.
"Kutukan charabanc, kan? Tak peduli betapa sempitnya jalan-jalan yang ada, pokoknya tak ada desa indah yang aman." - Raymond West -

Motif vs Kesempatan
Mr. Petherick, seorang pengacara menceritakan sebuah kisah aneh. Seorang klien yang tua dan sakit-sakitan sedang tergila-gila dengan upacara pemanggilan arwah. Ia sangat menyayangi cucunya yang sudah meninggal, dan karena seorang cenayang, ia dapat melihat arwah cucunya. Ketika merasa waktunya akan tiba, pria tua itu memanggil Mr. Petherick untuk membuat surat wasiat baru dan akan mewariskan sejumlah besar kekayaannya pada wanita cenayang itu. Setelah meninggal, Mr. Petherick membuka surat wasiatnya tapi ternyata yang ada dalam amplop di lemari besinya adalah selembar kertas putih kosong. Tentu yang berlaku adalah surat wasiatnya yang lama. Tapi, bagaimana hal itu bisa terjadi? Miss Marple mengemukakan pendapatnya yang brilian seperti biasa. Cerita biasa kalau menurutku, tapi triknya menarik.
"Tapi bagaimanapun, itu adalah tipuan Mr. Petherick. Khas pengacara." - Miss Marple -

Cap Jempol Santo Petrus
Sekarang giliran Miss Marple untuk bercerita. Salah seorang keponakannya menikah dengan seorang pria kaya. Suatu hari, suaminya meninggal dan diketahui keracunan jamur. Orang-orang bergosip kalau istrinyalah yang meracuni suaminya. Miss Marple tak bisa tinggal diam. Ia mengumpulkan fakta-fakta. Ternyata pria itu menggumamkan hal aneh ketika sekarat dan kedua pembantu yang mendengarnya merasa mendengar sesuatu tentang ikan. Apa hubungannya dengan cap jempol Santo Petrus? Baca sendiri deh. Kisah ini paling asyik dan menarik, walau tidak terlalu mengerikan seperti Rumah Pemujaan Astarte.
"Setiap orang sebenarnya sangat mirip satu sama lain. Sungguh. Tapi untungnya, mungkin, mereka tidak menyadarinya." - Miss Marple -

Bunga Geranium Biru
Kisah ini dimulai Mr. Bantry tapi dalam situasi yang berbeda. Ia dan istrinya mengundang Sir Henry Clithering, Dr. Lloyd, Jane Helier, dan Miss Marple untuk makan malam dan perbincangan menjurus lagi ke arah misteri-misteri yang tak terpecahkan. Ia menceritakan kenalannya, suami-istri. Si istri sakit-sakitan dan harus ditemani perawat dan gemar hal ramal-meramal. Suatu hari, saat sedang diramal, ia diperingatkan bahwa bunga berwarna tertentu mengandung bahaya. Keesokan harinya, bunga mawar di kertas dinding yang tadinya berwarna merah menjadi berwarna biru. Si istri histeris, walaupun orang-orang rumah tak percaya. Keesokan paginya lagi, bunga hollyhock merah berubah menjadi biru. Orang-orang rumah menjadi bingung, setengah percaya dan setengah tidak. Hari berikutnya, si istri ditemukan meninggal dan bunga geranium merah muda di kertas dinding dekat ranjangnya berwarna biru. Kisah ini cukup seram dan triknya juga menarik. Miss Marple unjuk gigi lagi.
"Rasanya seperti anda berada di sana, Miss Marple." - Sir Henry Clithering -

Teman Pendamping
Kisah ini diceritakan oleh Dr. Lloyd. Ia sedang berlibur dan di sebuah penginapan ia bertemu dengan dua orang wanita. Salah satunya wanita kaya dan satunya teman pendampingnya. Mereka selalu bersama-sama. Ketika sedang berkendara dengan mobil menyusuri pantai, ia melihat ada kerumunan orang. Seseorang menjelaskan ada dua wanita yang berenang dan salah satunya tenggelam. Merasa tenaganya dibutuhkan, dokter itu turun tangan. Sayangnya, wanita itu tewas. Wanita satunya yang diduga wanita yang kaya bersedih, karena teman pendamping itu tak punya keluarga dekat. Tapi, dokter itu mengetahui sesuatu yang tidak beres, sayangnya tak ada bukti. Miss Marple juga mengetahuinya dari ceritanya. Kisahnya cukup menarik, tapi tidak seram.
"Aku hanya ingin menekankan bahwa semua wanita tua tampak mirip satu sama lain." - Miss Marple -

Empat Tersangka
Sir Henry Clithering mendapat gilirannya untuk bercerita lagi dalam kesempatan yang berbeda dengan yang pertama. Ia menceritakan tentang kisah sederhana, tapi dampaknya dapat merugikan orang yang tak bersalah. Seorang pria tua jatuh dari tangga dan meninggal. Sesederhana itu. Tapi kasus itu bukan kecelakaan. Ada empat tersangka dalam rumah itu, dan hanya ada satu pelakunya. Tapi jika pelakunya tidak segera ditemukan, maka ketiga orang lainnya akan terus dicurigai padahal mereka tidak bersalah. Kisah ini menarik sekaligus membingungkan karena walapun sederhana, pemecahannya rumit. Tapi Miss Marple sekali lagi membuatnya sederhana dan menunjuk pelaku yang bersalah untuk membebaskan orang yang tak bersalah dari kecurigaan.
"Tapi tahukah Anda, sebenarnya rasa bersalah itu tidak begitu penting -- yang penting justru rasa tak bersalah. Hal itulah yang tak pernah disadari orang-orang." - Sir Henry Clithering -

Tragedi Hari Natal
Miss Marple diberi kesempatan untuk menceritakan kisahnya. Saat itu ia sedang menginap di sebuah penginapan yang penuh dengan wanita yang gemar bergunjing. Tapi juga ada orang-orang tua kenalan Miss Marple sehingga ia bisa mengobrol dan merajut bersama. Pasangan suami-istri ada yang menginap juga dan Miss Marple memiliki firasat bahwa si suami bermaksud membunuh si istri. Ia berusaha untuk mencegahnya dan tidak memberi kesempatan sedikit pun pada si suami. Ia memperingatkan si istri tapi si istri hanya menganggapnya bergurau. Sayangnya usahanya tak berhasil. Si istri tewas di malam natal. Miss Marple yang mengetahui sesuatu ikut menyelidiki. Kisah misteri yang cerdik dan menegangkan.
"Aku teringat ibuku tercinta, yang selalu mengajarkan padaku bahwa seorang wanita sejati harus bisa mengandalikan dirinya di depan umum, apa pun yang terjadi." - Miss Marple -

Daun-Daun Pembawa Kematian
Giliran Mrs. Bantry untuk berkisah. Sebuah keluarga sedang makan malam, bebek panggang yang dibumbui daun-daun bumbu yang ditanam di kebun. Tapi ternyata tanaman itu ditanam di dekat tanaman beracun. Seorang pria tua dalam keluarga itu menderita lemah jantung. Karena daun bumbu itu tercampur daun beracun, semua orang sakit, tapi hanya satu yang meninggal. Keponakan si pria tua yang masih muda dan cantik, diduga keracunan digitalis, daun foxglove beracun yang dapat menyerang jantung. Apakah ini kecelakaan, atau pembunuhan salah sasaran? Miss Marple memecahkan kasus ini lagi dengan brilian. Kasus yang membingungkan, cukup menarik juga.
"Asumsi, adalah hal berbahaya." - Sir Henry Clithering -

Perampokan di Rumah Peristirahatan
Jane Helier, seorang artis teater menceritakan kisahnya dengan terbata-bata. Ada dua kejadian yang beruhubungan dengan seorang pria penulis naskah drama. Pria itu menulis naskah drama dan seorang artis tertarik untuk menemuinya. Pria itu tak curiga, tapi setelah meminum minumannya, ia tergeletak di jalan dengan saku kosong. Ia melapor polisi dan Jane Helier dipanggil, tapi ternyata pria itu bilang orang yang ditemuinya bukan Jane. Tapi pria itu ditahan karena ada perampokan di sebuah rumah yang dikunjunginya sebelumnya. Rumah itu milik seorang artis terkenal, bukan Jane dan bukan artis yang ditemuinya tadi. Rumah itu dirampok. Kisah ini berbeli-belit karena Jane tidak terlalu bagus bercerita. Tapi tak ada yang bisa memecahkannya, bahkan Miss Marple. Tapi ternyata Jane sendiri tak tahu pemecahannya. Agak licik memang, dan aku juga tidak terlalu suka kisah ini.
"Jangan membiarkan diri berada di bawah kekuasaan wanita lain, meskipun kaupikir saat itu dia adalah temanmu." - Miss Marple -

Mati Tenggelam
Kasus ini adalah kasus yang benar terjadi. Sir Henry Clithering sedang menginap di rumah keluarga Bantry di St. Mary Mead ketika suatu pagi Miss Marple mendatanginya. Ia bermaksud meminta bantuan Sir Henry untuk menyelidiki kejadian di St. Mary Mead agar seorang yang tak bersalah tidak dituduh. Sir Henry menyanggupi. Kasus ini melibatkan seorang gadis desa yang akan kawin lari dengan pemuda kota. Tapi ternyata mayatnya ditemukan terapung di sungai. Si pemuda menjadi tertuduh, tapi belum ada bukti kuat. Ada seorang pemuda desa yang menyukai gadis itu dan ia juga menjadi tertuduh walaupun belum ada bukti. Siapakah pelakunya? Miss Marple tahu, tapi ia butuh bantuan Sir Henry untuk mencari bukti.
"Cara kerja yang agak aneh. Aku belum pernah melakukannya. Tapi aku akan mempertaruhkan kepercayaanku -- pada Anda, Miss Marple." - Sir Henry Clithering -

About the Author:
Agatha Christie

Agatha Mary Clarissa Miller was born in Torquay, Devon, England, U.K., as the youngest of three. The Millers had two other children: Margaret Frary Miller (1879–1950), called Madge, who was eleven years Agatha's senior, and Louis Montant Miller (1880–1929), called Monty, ten years older than Agatha.

Agatha Christie also wrote romance novels under the pseudonym Mary Westmacott, and was occasionally published under the name Agatha Christie Mallowan.

To honour her many literary works, she was appointed Commander of the Order of the British Empire in the 1956 New Year Honours. The next year, she became the President of the Detection Club. In the 1971 New Year Honours she was promoted Dame Commander of the Order of the British Empire, three years after her husband had been knighted for his archaeological work in 1968.

http://us.macmillan.com/author/agatha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar