The Martian - Si Penghuni Mars by Andy Weir
Translator: Rosemary Kesauly
Format: 528 pages, Paperback
Published: December 31, 2015 by Gramedia Pustaka Utama
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆
Aku sudah mengetahui adanya buku ini dan sepertinya aku sudah memilikinya sebelum filmnya tayang. Tapi akhirnya aku menonton dulu filmnya sebelum membacanya karena sudah tidak sabar. Filmnya sangat bagus. Keren, seru, dan mengharukan. Mark Watney adalah seorang botanis, bukan ahli fisika, seperti yang biasanya adalah latar belakang kebanyakan film dan karakter astronot. Botanis adalah latar belakang yang mirip denganku. Jadi aku merasa ada kedekatan dengan karakternya.
Ketika membaca bukunya, aku lebih merasakan lagi karakter sebenarnya dari Mark Watney yang sering asbun. Hal itulah yang membuat lucu. Tapi semangat juangnya untuk bertahan hidup sangat luar biasa. Aku jadi merasa, sepertinya Mark punya golongan darah O. Aku lupa dia menyebutkan di buku atau tidak, tapi sepertinya tidak. Walaupun tentu saja ada saat-saat yang membuat mental jatuh ketika menemui kegagalan, terutama ketika Hab meledak. Pada saat itu juga kecepatan bacaku menurun karena ikut sedih dan cemas.
Oiya, buku ini kubaca pada saat aku berada dalam karantina. Buku ini kubawa pada saat aku berangkat untuk PhD di Jepang. Buku ini mulai kubaca saat di pesawat, saat di ruang tunggu, dan pada saat karantina di negara tujuan karena pandemi Covid-19. Pada saat karantina selama 14 hari itu, aku sudah 80-90% menyelesaikan buku ini. Masih ingat juga saat itu aku sampai pada usaha Mark untuk kembali ke Hermes (karena ia tidak punya pilihan lain setelah Hab meledak) dan Hermes akan menjemputnya. Aku terserang perasaan melankolis tiba-tiba, kalau aku menyelesaikan buku ini, aku tidak akan punya buku berbahasa Indonesia lain yang akan menemaniku di saat-saat suntuk aku PhD. Karena itulah aku berhenti membaca. Di tengah-tengah aku PhD, ada perasaan aku ingin membaca dan menyelesaikan buku ini, tapi aku merasa takut kehilangan fokus ke PhD-ku. Sungguh saat-saat kelam yang tidak menyenangkan.
Sekarang aku sudah menyelesaikannya. Sangat memuaskan, tapi juga membuat berbagai perasaan lama muncul kembali. Masih teringat masa-masa awal PhD yang diwarnai dengan karantina. Masa-masa terberat ketika aku pengin melarikan diri ke bacaan lain selain paper dan artikel penelitian terkait PhD tapi takut memulai lagi. Akhirnya lama sekali tertunda sampai baru menyelesaikannya setelah 9 bulan aku menyelesaikan PhD.
Dengan banyaknya istilah saintifik di bukunya, aku jadi penasaran bagaimana buku ini dalam bahasa aslinya, yaitu Inggris. Sepanjang membaca terjemahan Bahasa Indonesia-nya, aku membayangkan istilah-istilahnya dalam Bahasa Inggris untuk mengetahui maknanya. Saat ini aku jadi kesulitan memahami bacaan sains dalam Bahasa Indonesia karena aku memahaminya dalam Bahasa Inggris. Mungkin suatu saat aku akan membaca versi aslinya, entah dalam versi e-book atau audiobook. Oiya, buku ini juga menyebutkan karya Agatha Christie yang berjudul Evil Under the Sun yang sudah kubaca juga. Mark menduga pelakunya adalah Linda Marshall. Kasih tahu nggak ya? Hahaha...
Mark Watney menghabiskan waktu sekitar 500-an Sol atau setara dengan 600-an hari misi Bumi. Aku menghabiskan masa studi PhD-ku sekitar 1275 hari, tapi aku sudah memulainya sejak setahun sebelumnya, jadi total 1640 hari. Tapi aku menyelesaikan buku ini dalam 1551 hari. Dengan berbagai rasa nostalgia, melankolis, dan manis. Sepertinya "gila" dan "saintis" hanya beda tipis. Buku ini juga membuatku teringat sewaktu aku bercerita di mobil aku menonton film tentang orang yang bisa hidup di Mars dengan menanam kentang, bapakku langsung memotong: itu kan khayalan, dan aku langsung terdiam. Aku nggak tau perasaan apa itu, tapi kadang hal ini bikin sedih. Buku ini adalah semua itu. Aku juga jadi membayangkan kalau Mark Watney belum mandi selama 600-an hari atau hampir 2 tahun. Itu sama seperti tidak mandi mulai dari awal ambil studi master sampai wisuda, kalau selesai tepat waktu.
Awards: Goodreads Choice Award, Winner for Readers' Favorite Science Fiction (2014), Nominee for Readers' Favorite Debut Goodreads Author (2014)
View all my reviews
Born: The United States
Website: http://www.galactanet.com
Translator: Rosemary Kesauly
Format: 528 pages, Paperback
Published: December 31, 2015 by Gramedia Pustaka Utama
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆
Blurb:
Enam hari yang lalu, astronaut Mark Watney menjadi salah satu orang pertama yang menjejakkan kaki di Mars. Sekarang dia yakin akan menjadi yang pertama mati di sana.
Mark ditinggalkan di Mars oleh rekan-rekannya, yang mengira dia tewas ketika terjadi badai pasir. Sekarang dia sendirian, tak punya sarana untuk mengirim sinyal ke Bumi, dan persediaan makanannya sudah pasti akan habis lama sebelum tim penyelamat bisa datang.
Tapi Mark belum mau menyerah. Berbekal keterampilan teknis dan kreativitasnya—plus rasa humor yang terbukti menjadi sumber kekuatan terbesarnya—dia memulai misi untuk bertahan hidup, menanam kentang untuk dimakan, dan bahkan menyusun rencana edan untuk menghubungi NASA di Bumi.
Rintangan demi rintangan berhasil diatasinya, dan Mark mulai yakin dia bisa keluar dari Mars hidup-hidup—tetapi planet ini ternyata menyimpan banyak kejutan untuknya.
Review:
Buku ini membuatku merasakan berbagai macam perasaan.Aku sudah mengetahui adanya buku ini dan sepertinya aku sudah memilikinya sebelum filmnya tayang. Tapi akhirnya aku menonton dulu filmnya sebelum membacanya karena sudah tidak sabar. Filmnya sangat bagus. Keren, seru, dan mengharukan. Mark Watney adalah seorang botanis, bukan ahli fisika, seperti yang biasanya adalah latar belakang kebanyakan film dan karakter astronot. Botanis adalah latar belakang yang mirip denganku. Jadi aku merasa ada kedekatan dengan karakternya.
Ketika membaca bukunya, aku lebih merasakan lagi karakter sebenarnya dari Mark Watney yang sering asbun. Hal itulah yang membuat lucu. Tapi semangat juangnya untuk bertahan hidup sangat luar biasa. Aku jadi merasa, sepertinya Mark punya golongan darah O. Aku lupa dia menyebutkan di buku atau tidak, tapi sepertinya tidak. Walaupun tentu saja ada saat-saat yang membuat mental jatuh ketika menemui kegagalan, terutama ketika Hab meledak. Pada saat itu juga kecepatan bacaku menurun karena ikut sedih dan cemas.
Oiya, buku ini kubaca pada saat aku berada dalam karantina. Buku ini kubawa pada saat aku berangkat untuk PhD di Jepang. Buku ini mulai kubaca saat di pesawat, saat di ruang tunggu, dan pada saat karantina di negara tujuan karena pandemi Covid-19. Pada saat karantina selama 14 hari itu, aku sudah 80-90% menyelesaikan buku ini. Masih ingat juga saat itu aku sampai pada usaha Mark untuk kembali ke Hermes (karena ia tidak punya pilihan lain setelah Hab meledak) dan Hermes akan menjemputnya. Aku terserang perasaan melankolis tiba-tiba, kalau aku menyelesaikan buku ini, aku tidak akan punya buku berbahasa Indonesia lain yang akan menemaniku di saat-saat suntuk aku PhD. Karena itulah aku berhenti membaca. Di tengah-tengah aku PhD, ada perasaan aku ingin membaca dan menyelesaikan buku ini, tapi aku merasa takut kehilangan fokus ke PhD-ku. Sungguh saat-saat kelam yang tidak menyenangkan.
Sekarang aku sudah menyelesaikannya. Sangat memuaskan, tapi juga membuat berbagai perasaan lama muncul kembali. Masih teringat masa-masa awal PhD yang diwarnai dengan karantina. Masa-masa terberat ketika aku pengin melarikan diri ke bacaan lain selain paper dan artikel penelitian terkait PhD tapi takut memulai lagi. Akhirnya lama sekali tertunda sampai baru menyelesaikannya setelah 9 bulan aku menyelesaikan PhD.
Dengan banyaknya istilah saintifik di bukunya, aku jadi penasaran bagaimana buku ini dalam bahasa aslinya, yaitu Inggris. Sepanjang membaca terjemahan Bahasa Indonesia-nya, aku membayangkan istilah-istilahnya dalam Bahasa Inggris untuk mengetahui maknanya. Saat ini aku jadi kesulitan memahami bacaan sains dalam Bahasa Indonesia karena aku memahaminya dalam Bahasa Inggris. Mungkin suatu saat aku akan membaca versi aslinya, entah dalam versi e-book atau audiobook. Oiya, buku ini juga menyebutkan karya Agatha Christie yang berjudul Evil Under the Sun yang sudah kubaca juga. Mark menduga pelakunya adalah Linda Marshall. Kasih tahu nggak ya? Hahaha...
Mark Watney menghabiskan waktu sekitar 500-an Sol atau setara dengan 600-an hari misi Bumi. Aku menghabiskan masa studi PhD-ku sekitar 1275 hari, tapi aku sudah memulainya sejak setahun sebelumnya, jadi total 1640 hari. Tapi aku menyelesaikan buku ini dalam 1551 hari. Dengan berbagai rasa nostalgia, melankolis, dan manis. Sepertinya "gila" dan "saintis" hanya beda tipis. Buku ini juga membuatku teringat sewaktu aku bercerita di mobil aku menonton film tentang orang yang bisa hidup di Mars dengan menanam kentang, bapakku langsung memotong: itu kan khayalan, dan aku langsung terdiam. Aku nggak tau perasaan apa itu, tapi kadang hal ini bikin sedih. Buku ini adalah semua itu. Aku juga jadi membayangkan kalau Mark Watney belum mandi selama 600-an hari atau hampir 2 tahun. Itu sama seperti tidak mandi mulai dari awal ambil studi master sampai wisuda, kalau selesai tepat waktu.
Awards: Goodreads Choice Award, Winner for Readers' Favorite Science Fiction (2014), Nominee for Readers' Favorite Debut Goodreads Author (2014)
View all my reviews
About the Author:
Andy Weir built a career as a software engineer until the success of his first published novel, THE MARTIAN, allowed him to live out his dream of writing fulltime. He is a lifelong space nerd and a devoted hobbyist of subjects such as relativistic physics, orbital mechanics, and the history of manned spaceflight. He also mixes a mean cocktail. He lives in California. Andy’s next book, ARTEMIS, is available now.Born: The United States
Website: http://www.galactanet.com