goodreads |
Judul Asli: Taken at The Flood
Penulis: Agatha Christie (1948)
Alih bahasa: Ny. Suwarni A.S.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: cetakan ketujuh, 2008
Paperback, 348 hlm
“Yang ingin kukatakan adalah, orang memang begitu – tidak 100% jahat atau 100% baik,” – hlm. 53 –
Sebuah keluarga besar dengan sang kakak yang kaya raya, selalu memanjakan keluarganya. Gordon Cloade menyuruh adik-adiknya melakukan riset, walaupun tak menguntungkan. Ia memodali usaha keponakannya, walaupun belum tentu berhasil. Ia menyuruh mereka tak usah berhemat, karena ia akan memberikan berapapun yang mereka minta. Keluarga itu jadi bergantung pada sang kakak. Bahkan dalam surat wasiatnya pun, harta kekayaannya akan dibagi rata kepada seluruh anggota keluarganya. Sampai pada suatu saat, ia memutuskan untuk menikah.
Tentu saja surat wasiatnya menjadi tidak berlaku. Tapi sebelum sempat membuat surat wasiat baru, terjadi kemalangan. Rumahnya rubuh karena serangan udara. Dari keseluruhan orang yang tinggal di dalamnya, yang masih hidup hanya istri barunya, Rosaleen dan kakak si istri, David Hunter. Kekayaan Gordon Cloade otomatis jatuh ke tangan Rosaleen. Padahal, seluruh keluarganya masih mengharapkan bantuan keuangan dari Gordon. Kematiannya yang sangat tiba-tiba membuat keluarganya tidak sempat bersiap-siap dengan keadaan keuangan mereka di masa depan, tanpa Gordon. Terlebih lagi, mereka juga belum mengenal Rosaleen.
Satu-persatu keluarga Gordon mengalami kesulitan keuangan dan mengharapkan bantuan Rosaleen. Tapi kakak Rosaleen, David Hunter dengan sombongnya menjelek-jelekkan keluarga Gordon yang boros, padahal toh, itu juga bukan uangnya. Keluarga Cloade baru bisa menerima jatah harta Gordon jika Rosaleen meninggal. Di tengah kemelut kesulitan keuangan itu, terjadilah tragedi kematian seseorang. Tapi bukan Rosaleen korbannya…
Tentu saja surat wasiatnya menjadi tidak berlaku. Tapi sebelum sempat membuat surat wasiat baru, terjadi kemalangan. Rumahnya rubuh karena serangan udara. Dari keseluruhan orang yang tinggal di dalamnya, yang masih hidup hanya istri barunya, Rosaleen dan kakak si istri, David Hunter. Kekayaan Gordon Cloade otomatis jatuh ke tangan Rosaleen. Padahal, seluruh keluarganya masih mengharapkan bantuan keuangan dari Gordon. Kematiannya yang sangat tiba-tiba membuat keluarganya tidak sempat bersiap-siap dengan keadaan keuangan mereka di masa depan, tanpa Gordon. Terlebih lagi, mereka juga belum mengenal Rosaleen.
Satu-persatu keluarga Gordon mengalami kesulitan keuangan dan mengharapkan bantuan Rosaleen. Tapi kakak Rosaleen, David Hunter dengan sombongnya menjelek-jelekkan keluarga Gordon yang boros, padahal toh, itu juga bukan uangnya. Keluarga Cloade baru bisa menerima jatah harta Gordon jika Rosaleen meninggal. Di tengah kemelut kesulitan keuangan itu, terjadilah tragedi kematian seseorang. Tapi bukan Rosaleen korbannya…
Ulasan:
Cerita ini sangat panjang. Aku sampai tidak bisa menemukan permasalahan intinya. Setting waktunya meloncat-loncat. Awalnya cerita menyorot pada Hercule Poirot yang kedatangan klien yang begitu ditemuinya, ia berkata:
“M. Poirot,” katanya, “saya mendatangi Anda atas
petunjuk roh halus.” – hlm. 17 –
Pasti batin Poirot: Yang bener aje. Hihihihi… Orang itu bertanya apakah Poirot dapat menemukan orang yang hilang. Tapi karena Poirot tahu kasusnya tak menarik dan orang itu tak berduit, ia menolaknya. Emangnya Poirot mau dimanfaatkan cuma-cuma dengan misteri picisan? Poin pertama yang kutangkap, orang hilang. Kemudian wuss… setting-nya pindah menyorot kehidupan keluarga Cloade satu-persatu secara lebih dekat setelah ditinggalkan oleh Gordon.
HarperCollins |
Masing-masing keluarga punya masalah yang berbeda-beda, tapi sebetulnya hanya satu sumbernya, uang. Sepeninggal Gordon, tak ada yang membayarkan cek-cek perbaikan rumah mereka, tak ada yang memberi uang saku, karena memang Gordon malah menyuruh mereka untuk tidak usah berhemat. Karena itulah mereka pailit. Poin kedua, uang. Harta Gordon bisa kembali ke keluarganya jika Rosaleen meninggal. Jadi, uang atau warisan bisa jadi motif kejahatan.
Kemudian, seseorang di desa ditemukan tewas. Orang asing. Bukan Rosaleen. Padahal dialah yang menjadi sasaran empuk. Nah, apa hubungannya kematian orang asing ini dengan keluarga Cloade yang sedang pailit? Ini baru permulaan.
Hercule Poirot baru beraksi ketika ada orang yang mendatanginya, memintanya mencari informasi tentang identitas orang. Karena orang itu berasal dari desa tempat orang aneh pertama muncul, dan karena di desa itu ada berita kematian yang aneh, dan karena orang yang datang itu kelihatan jujur menurut penilaian Poirot, ia menerimanya. Poin ketiga, melacak identitas orang. Bedanya dengan poin pertama yaitu, poin pertama identitasnya diketahui, tapi orangnya tidak ada, sedangkan yang ketiga yaitu orangnya ada, tapi identitasnya tidak diketahui.
Masalahnya sebetulnya dimana? Mungkin judulnya bisa memberikan petunjuk, tapi sayangnya sampai selesai baca pun, aku sama sekali nggak kepikiran dengan judulnya. Karena sudut pandang penceritaannya terpencar-pencar, cerita ini jadi sulit diikuti. Apalagi dengan setting waktu yang melompat-lompat. Tapi begitu mulai baca, susah berhenti karena penasaran dengan maksud ceritanya, kita mau dibawa kemana? Awalnya banyak bagian yang membingungkan. Tapi ketika satu-persatu misteri terkuak, ujung-ujungnya ya, ber-‘ooohhh’ ria.
Agatha Christie tak pernah lupa memberikan twist mengejutkan di akhir kasus, yang bikin nggak jadi kecewa. Yang membuatku heran adalah cara penulis tetap konsisten walaupun ceritanya terpencar-pencar, tapi akhirnya mengerucut di satu ujung *applause*. Hebatnya lagi, alurnya nggak ketebak. Di akhir kisah paling-paling komentar yang keluar adalah: oooh, ternyataaa…
Mau mencoba menikmati misteri yang berbelit-belit? Silahkan dicoba. Masih banyak kisah Poirot yang lebih bagus sih, tapi itu kan tergantung selera. Judulnya itu lho, dan sinopsis di belakang bukunya bikin penasaran. Hehehee…
About the Author:
Agatha Mary Clarissa Miller was born in Torquay, Devon, England, U.K., as the youngest of three. The Millers had two other children: Margaret Frary Miller (1879–1950), called Madge, who was eleven years Agatha's senior, and Louis Montant Miller (1880–1929), called Monty, ten years older than Agatha.
Agatha Christie also wrote romance novels under the pseudonym Mary Westmacott, and was occasionally published under the name Agatha Christie Mallowan.
To honour her many literary works, she was appointed Commander of the Order of the British Empire in the 1956 New Year Honours. The next year, she became the President of the Detection Club. In the 1971 New Year Honours she was promoted Dame Commander of the Order of the British Empire, three years after her husband had been knighted for his archaeological work in 1968.
http://us.macmillan.com/author/agatha
Agatha Christie |
Agatha Christie also wrote romance novels under the pseudonym Mary Westmacott, and was occasionally published under the name Agatha Christie Mallowan.
To honour her many literary works, she was appointed Commander of the Order of the British Empire in the 1956 New Year Honours. The next year, she became the President of the Detection Club. In the 1971 New Year Honours she was promoted Dame Commander of the Order of the British Empire, three years after her husband had been knighted for his archaeological work in 1968.
http://us.macmillan.com/author/agatha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar