[Book Review] The Scorch Trials oleh James Dashner

Judul: The Scorch Trials
Penulis: James Dashner (2010)
Alih bahasa: Meidyana Arrisandi
Penerbit: Mizan Fantasi (2012)
Paperback, 511 hlm.
Pinjem Wardah (https://melukisbianglala.wordpress.com/)

Blurb:
Selama ini Thomas keliru. Ada dua Maze. Namun, berkebalikan dengan Maze yang dihuninya, Maze lain didiami oleh sekelompok anak perempuan, yang dikenal sebagai Grup B. Bahkan, Teresa yang disangkanya hilang, ternyata justru bergabung di sana. Kini Grup B menantinya dengan tugas khusus: membunuh Thomas! Namun, bukan kematian yang membuatnya jerih, melainkan pengkhianatan Teresa, gadis yang diam-diam dicintainya.

Sementara itu, jumlah para Glader berangsur berkurang. Keadaan di luar Maze lebih mengerikan dari yang mereka duga. Bola baja yang muncul tiba-tiba dari kegelapan, badai gurun pasir yang merajam habis hingga ke tulang, hingga gerombolan Crank haus darah, semakin menciutkan hati mereka. Namun, mereka terus melangkah maju, demi menemukan jawaban dari misteri selama ini, demi menemukan jalan pulang menuju rumah dan keluarga.

Semua kesulitan dan kengerian di Maze, barulah awal dari serangkaian proses kejam dan mendebarkan. Berlanjut di Scorch, percobaan baru mengadang mereka. Untuk bisa lolos, kali ini mereka tak boleh sekadar bermodal nekat. Diperlukan kecerdikan dan ketajaman insting karena musuh-musuh mereka tersembunyi rapat di balik dinding ilusi.

Komentar:
Review ini bisa jadi mengandung spoiler buku sebelumnya.

Setelah digantung parah oleh The Maze Runner, aku diberi sedikit pencerahan di sekuelnya. Thomas dan para glader lainnya sudah merasa cukup aman setelah keluar dari Maze. Tapi ternyata penyelamatan yang mereka dapatkan hanya sebuah kedok. Mereka dipaksa untuk menjalani tes kedua, yaitu Scorch. Teresa digantikan oleh Aris, seorang cowok dari Grup B dan bergabung dengan kelompok Thomas dan kawan-kawan. Mereka sudah tahu kalau mereka dites, tapi mereka tak punya pilihan lain selain melakukannya, karena ada konsekuensi yang dapat berujung kematian jika tidak melakukannya.

Tes kedua ini berlipat kali lebih berbahaya daripada Maze. Satu per satu para glader mati dengan cepat. Belum lagi ada Grup B yang tak diketahui merupakan kawan atau musuh. Ketegangan juga jadi makin berlipat. Tak ada yang tahu apa yang menunggu mereka di depan, dan apakah mereka akan sampai ke garis akhir?

Aku merasa beruntung belum menonton filmnya jadi aku tak berekspektasi macam-macam. Aku hanya berharap mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari seri pertamanya. Menurutku buku ini nggak mengecewakan. Beberapa pertanyaanku terjawab. Aku dapat menyelesaikan buku ini dalam semalam, walaupun tebalnya segambreng.

Di tiap halamannya aku merasa tegang dan ingin tahu apa ‘siksaan’ yang akan mereka dapatkan dan bagaimana mereka mengatasinya. Deskripsinya lebih ‘gory’ atau mungkin imajinasiku saja yang terlalu aktif. Aku nggak bisa berhenti membacanya sampai halaman terakhir. Walaupun begitu, aku nggak merasa kalau alurnya fast-paced. Semuanya diceritakan dengan detail, lancar, dan runtut.

Sekuel ini juga lebih enak dibaca karena dialognya lebih banyak daripada seri pertamanya. Terjemahannya sangat baik. Bagian yang paling menegangkan menurutku adalah waktu perundingan Thomas dan Jorge, karena menurutku Thomas bukan perunding yang baik sih. Hehee... Eh, emangnya siapa Jorge? Yah, kalian tahu di mana bisa menemukan jawabannya.

Settingnya mengingatkanku pada Memoria oleh Pricila Stevani, novel lokal bergenre scifi-romance. Tapi versi The Scorch Trials lebih ekstrim. Dengan cuaca luar biasa panas dan dalam kondisi tanpa senjata, para glader adalah sasaran empuk bagi makhluk penghuni Scorch. Minus-nya menurutku adalah romance-nya yang ‘meh’ dan terkesan dipaksakan. Tapi bisa jadi otak para glader sudah dimanipulasi, jadi hal yang aneh pun bisa terjadi. Untungnya romance bukanlah bagian utamanya.

Ada tambahan banyak karakter baru, tapi karakter lama juga makin berkembang. Thomas mulai cukup likeable dan Newt juga tambah bijak, tapi aku masih tetep suka Minho yang blak-blakan dan makin mirip tentara. Interaksi Thomas – Newt – Minho semakin kental dan membuatku dekat dengan ketiga karakter ini. Padahal untuk cerita dengan banyak siksaan macam ini, aku cenderung menjaga jarak dengan para karakternya. Tapi di sini penulisnya bisa membuatku merasa natural untuk dekat dan mengetahui apa yang para karakternya rasakan. Aku tahu kalau seiring dengan berjalannya cerita para karakter itu mengalami hal yang nggak kuinginkan, aku bakal merasa terpukul. But I just can’t help it. Their interactions are just that likeable.

Seperti buku sebelumnya, The Scorch Trials juga meninggalkan pertanyaan walaupun tidak sebanyak The Maze Runner. Untuk itu, aku harus lanjut baca The Death Cure.

Reading Challenge:
http://bibliough.blogspot.co.id/2016/01/fsfd-reading-challenge.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar