[Book Review] Harry Potter dan Batu Bertuah oleh J.K. Rowling

Judul: Harry Potter dan Batu Bertuah (Harry Potter #1)
Judul Asli: Harry Potter and The Philosopher’s Stone
Penulis: J.K. Rowling (1997)
Penerjemah: Listiana Srisanti (2000)
E-library, Edisi Bahasa Indonesia, 384 hlm.

Blurb:
HARRY POTTER belum pernah jadi bintang tim Quidditch, mencetak angka sambil terbang tinggi naik sapu. Dia tak tahu mantra sama sekali, belum pernah membantu menetaskan naga ataupun memakai Jubah Gaib yang bisa membuatnya tidak kelihatan.

Selama ini dia hidup menderita bersama paman dan bibinya, serta Dudley, anak mereka yang gendut dan manja. Kamar Harry adalah lemari sempit di bawah tangga loteng, dan selama sebelas tahun, belum pernah sekali pun dia merayakan ulang tahun.

Tetapi semua itu berubah dengan datangnya surat misterius yang dibawa oleh burung hantu. Surat yang mengundangnya datang ke tempat luar biasa, tempat yang tak terlupakan bagi Harry--dan siapa saja yang membaca kisahnya. Karena di tempat itu dia tak hanya menemukan teman, olahraga udara, dan sihir dalam segala hal, dari pelajaran sampai makanan, melainkan juga takdirnya untuk menjadi penyihir besar... kalau Harry berhasil selamat berhadapan dengan musuh bebuyutannya.

Review:
Selama sepuluh tahun, Harry Potter selalu menderita hidup bersama Keluarga Dursley. Pamannya, Vernon, dan bibinya, Petunia menyuruhnya tinggal di lemari bawah tangga dan memberinya pakaian bekas Dudley, sepupunya. Bocah berkacamata dengan bekas luka sambaran kilat di dahinya ini juga sering di-bully oleh Dudley yang gemuk dan manja.

Beberapa hari sebelum hari ulang tahun Harry yang ke sebelas, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ia mendapat surat untuk pertama kalinya. Ke mana pun keluarga Dursley membawanya pergi, surat itu selalu mengikuti. Tepat di malam ulang tahunnya, ketika keluarga Dursley menyembunyikannya di pondok tua tepi pantai, seseorang bertubuh besar dengan rambut gondrong dan jenggot awut-awutan datang mencarinya. Orang separuh raksasa itu bernama Hagrid dan ia memberi tahu Harry bahwa Harry adalah penyihir. Hagrid membawa surat Harry yang sama sekali belum sempat Harry baca, yang berisi bahwa Harry diterima di sekolah sihir terkenal di Inggris, Hogwarts. Sejak saat itu, Harry menemukan tempat yang bisa dianggapnya rumah.


Di dunia penyihir ternyata Harry sangat terkenal karena ia bertahan hidup dari serangan penyihir jahat yang menewaskan kedua orang tuanya. Walaupun masih banyak yang belum dipahaminya, Harry belajar sihir sedikit demi sedikit. Ia juga mendapatkan beberapa teman akrab, tapi ternyata ia juga memiliki musuh.  Kepala sekolah Hogwarts adalah salah satu penyihir terkuat dan terhebat di Inggris. Namun demikian, Harry masih saja tidak merasa aman di Hogwarts, karena penyihir jahat yang membunuh orang tuanya berkeliaran di sana. Apa yang akan terjadi pada Harry? Mengapa penyihir jahat yang namanya-tak-boleh-disebut menginginkan batu bertuah?

Pertama kali aku membaca kisah ini adalah tahun 2001, dalam versi terjemahan bahasa Indonesia-nya dan saat itu aku masih (mau naik) kelas tiga esde. Buku ini juga adalah novel pertama yang kubaca pada umur 9 tahun. Banyak banget yang ‘gumun’ denger pengakuan ini, tapi aku sebenarnya biasa saja. Soalnya waktu itu aku nggak tahu kalau ternyata Harry Potter sangat populer. Aku mendapatkan buku ini berupa hadiah ulang tahun ke-9 dan aku membacanya tanpa ada prasangka apa pun. Waktu itu aku terkagum-kagum dengan dunia sihir yang dibangun penulis. Semua detail ada penjelasannya. Penyihir pun perlu sekolah juga ternyata biar nggak salah mantra atau salah bahan sewaktu meracik ramuan. Dan aku suka mantra-mantranya, karena spesifik ada tujuannya, nggak cuma sekedar sim salabim jadi apa pa pa pa… hehehehee…

Ini kedua kali aku membacanya, dan 15 tahun sudah berlalu sejak saat pertama itu *uhuk ciee* (oh ya ampun, Hani udah tua nih >.<). Kali ini aku membacanya dalam format e-book di aplikasi Bookmate versi bahasa Indonesia, karena buku fisiknya hilang! Huhuhuu, sedih banget, soalnya aku baru sadar buku itu ilang waktu esempe, dan dicari nggak pernah ketemu. Sekarang jadi kepingin koleksi, karena adik-adikku juga kepingin tahu Harry Potter itu apa, tapi… nabung dulu nih… entah kapan bisa koleksinya… *sigh*. Versi terjemahannya, kuakui juga sangat luar biasa. Kenikmatan bacanya nggak berkurang walaupun istilah-istilah yang berhubungan dengan sihir juga diterjemahkan.

Walaupun aku sudah tahu gambaran besarnya seperti apa, aku masih bisa terkejut dengan detail-detail ceritanya karena banyak yang sudah lupa. Kalimat pertamanya saja langsung membuatku terjerat! (tsaah, bahasanya :P). Sangat membangkitkan rasa penasaran sebelum selesai membacanya. Dunia fantasi sihir ini nggak biasa karena berdampingan dengan dunia modern manusia biasa. Banyak istilah khusus penyihir yang bahkan Harry pun tidak tahu, jadi bayak sekali deskripsi yang membantu. Sebagai orang terkenal, Harry tidak sombong, yah mungkin sebagian besar adalah karena ketidaktahuan. Lalu Ron, siapa sih yang nggak suka Ron? Aku langsung suka begitu penulis memperkenalkan Ron, bocah berambut merah yang agak menyedihkan tapi humor sarkas-nya ngena banget. Harry-Ron cepet banget jadi teman karena senasib (jadi objek lungsuran barang sodaranya).

Karakter lain yang diperkenalkan ada banyak banget! Jadi kalau nggak pengen cepet lupa memang harus dibaca pelan-pelan dan diingat-ingat. Dialognya mengalir dan banyak lucunya, serta humor sarkastis dan ironisnya seringkali bikin cekikikan di saat-saat yang tepat. Adegan favoritku adalah waktu Harry dan Ron dengan nekat menghadapi troll untuk menolong Hermione. Padahal mereka nggak suka sama Hermione, dan hampir teman-teman sekelas mereka nggak ada yang suka karena sifatnya yang ‘sok baik’ dan ‘sok unggul’. Menegangkan, tapi setelahnya bikin ngakak! Dan setelah kejadian itu, mereka bertiga nggak bisa dipisahkan.

Buku pertama Harry ini sebenarnya kurang cocok untuk anak 9 tahun, karena ada indikasi kekerasan dan sifat-sifat yang nggak baik seperti berburuk sangka. Sebaiknya sih umur 13 tahun ke atas kali ya? Aku memang terlalu cepat dewasa… hahaha. Padahal, dalam kosa kata pun, aku menemui kesulitan ketika pertama kali membacanya karena ada beberapa kata yang jarang dipakai dalam pergaulan dan aku tidak tahu artinya, seperti kata ‘bertuah’. Sebetulnya cerita ini diakhiri tanpa indikasi akan adanya sekuel, tapi kalau masih ada petualangan Harry selanjutnya, kenapa tidak? Selesai membaca buku ini pun, rasanya masih belum ingin berpisah dari dunia sihir Harry…

Harry: "Kalau begitu keluarkan api!"
Hermione: "Tapi di sini tak ada kayu!"
Ron: "Kau gila apa?! Kau ini penyihir atau bukan?!"



---
Master post BBI Holiday klik di sini.
PosBar BBI 2016 Juli: BBI Holiday
Sudah nggak libur, tapi baca buku tetep jalan, dalam format e-book :D
FSFD-RC Juli 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar