[Book Review] Walking After You oleh Windry Ramadhina

Walking After YouWalking After You by Windry Ramadhina
My rating: 3 of 5 stars
Penerbit: Gagas Media (2014)
Paperback, Edisi Bahasa Indonesia, 320 hlm.

Blurb:
Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.

Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.

An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.

Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.

Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.

Review:
Ini memang bukan tipe novel yang sering Hani baca. Tapi Hani sedang ingin menjelajahi macam-macam genre, jadi Hani ingin mencobanya. Sebetulnya novel ini langsung selesai dibaca dalam sehari, tapi baru kali ini Hani sempat me-review.

Awal membacanya Hani sudah menganggap novel ini menarik. Bahasanya baku, tapi kalimat-kalimat dan pilihan katanya bagus dan deskripsinya jelas, jadi enak dibaca. Tapi ketika tiba pada deskripsi Julian, Hani jadi ragu. Cowok cantik pemarah dan perfeksionis? Ih, mendingan kabur jauh-jauh. Tapi An, si tokoh utama yang juga jadi narator sudut pandang pertamanya, tidak menyerah begitu saja. Dia harus berhasil di toko kue Afternoon Tea demi misinya.

Cerita kemudian bergulir seperti kisah sehari-hari sampai lelaki masa lalu An muncul. Cerita jadi runyam. Pace-nya meningkat menuju konflik. Ketika konflik menghangat, Hani baper maksimal. Bukan hanya karena peristiwanya, tapi juga karena kalimat-kalimat yang diucapkan tokoh. Penulis pandai membuat kalimat indah yang quotable. Selain kalimat indah, resep-resep makanan enak di dalamnya membuat perut lapar. Souffle, macaroon, parfait, hmm.. siapa yang nggak kepingin coba? Tapi kue-kue semacam itu mahal sih, jadi Hani cuma bisa membayangkannya saja.

Kalau tentang karakter, Hani nggak terlalu suka dengan karakter An yang kekanak-kanakan dan galau. Julian juga agak kekanakan, tapi perfeksionisme-nya lumayan. Arlet terlalu sempurna seperti malaikat yang membuat Hani sangsi dan curiga kalau ada orang semacam itu. Karakter yang menurut Hani normal adalah Galuh, dewasa dan bertanggung jawab, tapi bisa bercanda juga.

Sesekali baca cerita baper boleh juga, nih. Apalagi kalau ada cemilan manisnya. Duh, lapar...

Hani membaca cerita ini setelah membaca cerita yang menegangkan. Lumayan bisa membuat ketegangan mencair dengan manisnya isi cerita...

View all my reviews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar