[Book Review] The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared by Jonas Jonasson

The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and DisappearedThe 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared by Jonas Jonasson
Alih bahasa: Marcalais Fransisca
Penerbit: Bentang Pustaka (2014)
My rating: 3 of 5 stars
Paperback, Edisi Bahasa Indonesia, 508 hlm.

Blurb:

Allan Karlsson hanya punya waktu satu jam sebelum pesta ulang tahunnya yang keseratus dimulai. Wali Kota akan hadir. Pers akan meliput. Seluruh penghuni Rumah Lansia juga ikut merayakannya. Namun ternyata, justru yang berulangtahunlah yang tidak berniat datang ke pesta itu.

Melompat lewat jendela kamarnya, Allan memutuskan untuk kabur. Dimulailah sebuah perjalanan luar biasa yang penuh dengan kegilaan. Siapa sangka, petualangannya itu menjadi pintu yang akan mengungkap kehidupan Allan sebelumnya. Sebuah kehidupan di mana—tanpa terduga—Allan memainkan peran kunci di balik berbagai peristiwa penting pada abad kedua puluh. Membantu menciptakan bom atom, berteman dengan Presiden Amerika dan tiran Rusia, bahkan membuat pemimpin komunis Tiongkok berutang budi padanya! Siapa, sih, Allan sebenarnya?

Review:

Hufft… aku menyelesaikan buku ini dalam satu tahun. Lama amat ya? Aku mulai baca buku ini November 2015 di kereta api dalam perjalanan ke Bandung. Setelah sampai di rumah, aku nggak meneruskannya. Tapi setiap kali bepergian, aku selalu membawanya dalam tas, entah dibaca atau tidak. Dan sering kali buku ini kubaca kalau bepergian. Tidak pernah kalau di rumah. Di dalam kereta api, pesawat, di ruang tunggu, pokoknya kalau pas aku nggak di rumah. Buku ini kuselesaikan bulan November 2016 ketika menunggui adik yang sakit di rumah sakit. Tapi baru sempat di-review sekarang.

Kenapa aku hanya membaca buku ini ketika tidak di rumah? Sebetulnya tidak ada alasan khusus. Hanya malas saja rasanya. Feeling-nya nggak dapet. Dan terkadang aku merasa bosan membacanya di rumah. Mungkin karena pace-nya agak lambat. Kalau pas bepergian dan hanya membaca buku ini sebagai bahan bacaan, mau tidak mau aku membacanya kalau pas bosan. Dengan begitu, aku bisa menyelesaikannya.

Buku ini bercerita tentang seorang kakek tua yang berusia 100 tahun bernama Allan. Pas ulang tahunnya yang ke-100 sedang dirayakan di panti jompo, si mbah Allan ini malah kabur dari tempat itu. Lalu mbah Allan memulai petualangannya di umurnya yang ke-100 ini. Sebetulnya mbah Allan sudah sering bertualang ketika muda. Keliling dunia malah. Dan petualangannya sungguh diliputi keberuntungan. Aku heran Allan bisa lolos dari maut berulang kali, dan masih bisa merayakan ulang tahunnya yang ke-100. Walaupun Allan malah kabur.

Bagian petualangan si mbah Allan ini dibagi menjadi dua: ketika Allan muda, dan ketika Allan yang sudah jadi mbah-mbah ini kabur. Aku lebih menyukai bagian petualangan si Allan muda, karena lebih berwarna-warni. Bagaimana Allan ternyata dulu perakit bom. Bagaimana Allan mengambil peran dalam perang dunia dua. Aneh, absurd, tapi lucu. Berulang kali aku menahan tawa ketika sampai di bagian lucu, karena kalau sampai ngikik sendirian di kereta bisa dikira gila sama penumpang lain.

Ada juga bagian ‘miris’nya yang bikin meringis atau senyum ironis. Juga bagian menegangkan, misalnya bagaimana kalau Allan ditembak mati, dan sebagainya. Tapi itu tidak mungkin, karena kalau begitu maka Allan tidak bisa sampai berumur 100 tahun. Dan juga bagian unbelieveable, yang bikin aku bertanya-tanya: apa iya hal semacam ini memang ada dalam sejarah. Absurd, tapi penulisnya benar-benar meriset sejarah dengan baik, karena tahun-tahun yang disebutkan memang benar ada kejadiannya dalam sejarah.

Ketika mendekati akhir, cerita masa lalu Allan kemudian bertemu dengan kisah Allan ketika berumur 100 tahun. Mengerti maksudku kan, ketika kubilang kalau aku lebih dapet feel-nya kalau buku ini dibaca ketika bepergian? Karena Allan juga sedang bepergian, dalam perjalanan dan petualangan. Seperti yang sedang kualami ketika aku membaca kisahnya. Petualangan absurd mbah Allan ini membuat perjalananku lebih berwarna. Dalam perjalanan kita tidak tahu apa yang akan kita temui di tengah-tengahnya, dan apakah perjalanan itu bisa mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik ketika tiba di tempat tujuan.

Oiya, ini buku kedua yang ku-review dari kado arisan BBI Joglosemar entah tahun kapan, lupa. Tahun 2014 kayaknya. #ngumpet


View all my reviews

About the author

After a long career as a journalist, media consultant and television producer, Jonas Jonasson decided to start a new life. He wrote a manuscript, he sold all his possessions in Sweden and moved to a small town by Lake Lugano in Switzerland, only a few meters from the Italian border.

The manuscript became a novel. The novel became a phenomenon in Sweden, and now it is about to reach the rest of the world.

Jonas Jonasson


Born
in Växjö, Sweden 
July 06, 1961

Website

Genre

Tidak ada komentar:

Posting Komentar