[Book Review] Catching Fire by Suzanne Collins

Gramedia Pustaka Utama 
Judul: Catching Fire (Tersulut)
Penulis: Suzanne Collins (2009)
Alih bahasa: Hetih Rusli
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
Paperback, 424 hlm

Haymitch: “Katniss, saat kau di arena…”
Katniss: “Apa?”
Haymitch: “Kau ingat saja siapa musuhmu.”
-p.282-

Blurb:

Api pemberontakan sudah tersulut. Dan Capitol ingin membalas dendam

Katniss Everdeen berhasil keluar sebagai pemenang Hunger Games bersama Peeta Mellark. Tapi kemenangan itu menyulut kemarahan Capitol. Kemenangan Katniss ternyata membangkitkan semangat pemberontakan di beberapa distrik untuk menentang kekuasaan Presiden Snow yang kejam.

Presiden Snow mengancam Katniss untuk meredakan kegelisahan penduduk distrik dalam Tur Kemenangan-nya. Satu-satunya cara untuk meredakan kegelisahan penduduk adalah membuktikan bahwa dia dan Peeta saling mencintai tanpa ada keraguan sedikit pun. Jika gagal, keluarga dan semua orang yang disayangi Katniss menjadi taruhannya…

Ulasan:

Aku belum membaca The Hunger Games dan ujug-ujug membaca Catching Fire. Tapi sebelumnya aku sudah menonton film The Hunger Games dan Catching Fire. Mungkin dalam review ini akan sedikit membandingkan Catching Fire antara versi film dengan bukunya.

Sepertinya ini adalah novel bergenre dystopia pertama yang kubaca. Ketika keadilan menjadi minoritas dan kekuasaan di tampuk kepemimpinan yang tertinggi disalahgunakan dengan menyengsarakan rakyat. Dan permainan saling membunuh antar manusia dijadikan hiburan masyarakat berduit. Pengalaman pertamaku menonton film dan membaca buku bergenre ini sangat menarik dan berkesan. Kisah ini mengajarkanku untuk membuka mata, hati, dan pikiran tentang politik. Selama ini, banyak orang yang kukenal menganggap politik itu berbahaya, jadi sebaiknya jangan disentuh, dan memperingatkanku agar tidak usah dekat-dekat. Tapi ternyata, dalam hidup kita tak bisa lepas dari politik. Sebagai orang awam yang masih belajar, aku sedikit-sedikit mulai kepo dan menganggap politik adalah ilmu tentang kekuasaan. Tidak jauh beda dengan yang diungkapkan oleh guru kewarganegaraan esema ku: “Politik itu seni. Seni tentang mendapatkan dan mengelola kekuasaan.” Kalimat pertama pernyataan itu membuatku kaget sekaligus geli, sampai-sampai aku masih mengingatnya sampai sekarang.

Jadi, walaupun tidak secara langsung, belajar politik itu penting karena menyangkut hak-hak orang banyak. Setidaknya kalau kita tahu, kita bisa mengingatkan politikus apabila mereka melenceng. Untungnya Indonesia adalah negara demokrasi, jadi pengetahuan sederhana tentang politik menjadi penting karena suara rakyat adalah kekuasaan tertinggi. Bagi diri sendiri, pengetahuan politik sederhana setidaknya dapat menjadikan diri waspada terhadap penipuan politik.

Apakah tema cerita ini berat? Malah sebaliknya, penceritaannya cukup mudah dipahami. Sudut pandang cerita yang digunakan adalah orang pertama, yaitu Katniss, jadi cerita ini lebih banyak berpusat pada apa yang dilihat, dialami, dan dirasakan Katniss. Kalau Katniss bingung, aku juga ikut bingung, kalau Katniss marah, rasanya juga ingin marah. Katniss ini bandel, nggak suka ngikutin aturan, dan pribadinya meledak-ledak. Tapi karena dikekang oleh aturan Capitol dan ancaman terhadap keluarga dan teman-temannya, mau tak mau ia harus menurut. Tak jarang ia frustasi, karena dirinya ingin menolak tapi tidak mampu. Jadi kesan emosi yang ditangkap di cerita ini kebanyakan adalah kemarahan.

Di cerita ini juga ada Games, tapi ketegangannya tidak terlalu terasa karena aku sudah tahu sebelumnya dari filmnya. Tapi Games di film terasa lebih panjang, padahal tidak ada adegan yang ditambah-tambah. Justru bagian Games adalah yang paling lengkap dalam film. Bagian sebelum Games hanya sedikit yang dimasukkan. Proporsi cerita antara versi novel dan filmnya berbeda. Ketika membaca bagian awalnya, rasanya tidak sabar karena merasa ‘kok bagian Games-nya nggak muncul-muncul?’ dan ternyata hanya muncul di sepertiga akhir bagian. Jadi kalau sudah menonton film-nya, feel shock-nya Katniss sewaktu diumumkan menjadi peserta lagi dalam Quarter Quell dalam buku jadi tidak terlalu terasa. Tapi menurutku scene pengumuman Quarter Quell itu termasuk scene kejutan yang penggambarannya lumayan keren.

Ending-nya sukses bikin penasaran. Bener-bener bikin kebelet baca Mockingjay. Karena cerita di sini mengambang. Memang sengaja dibuat begitu. Patut jadi pelajaran nih, kalau mau bikin buku yang lanjutannya pengen dibaca khalayak, bikinlah ending yang bikin gatel dan kalau nggak diobati buku lanjutannya bisa fatal (wkwkwk…)

Karena THG: Catching Fire yang kupunya versi cover film, jadi kepingin koleksi serinya dalam cover film juga. Tapi, nungguin cover film-nya Mockingjay keluar, hmmm... pinjam temen dulu deh buat baca, trus beli yang cover film buat koleksi (wkwkwk... penyakit kronis penimbun, nih!).

Karakternya kebanyakan aku sudah kenal. Katnis, tokoh utama, girl on fire, jago panahan, bandel. Peeta, kekasih pura-pura Katniss, jago lukis, jago bikin roti, sweet. Tapi aku malah suka sama Johanna Mason, karena kenekatan dan keblak-blakannya. Ni cewek strong entah karena dia nggak punya rasa takut atau terlalu cuek, tapi kemarahannya dan makian-makiannya mewakili suara para peserta yang sependapat tapi tertahan dalam diam. 

Peeta Mellark (Josh Hutcherson) 


Ada adegan yang mengingatkanku pada sebuah lagu. Tepatnya sih, lagu itu menggambarkan Peeta di adegan ini:

"Mari kita mulai dari sesuatu yang lebih sederhana. Bukankah aneh bila aku tahu kau rela mengorbankan hidupmu untuk menyelamatkanku… tapi aku tak tahu apa warna favoritmu?” tanya Peeta.
Senyum terbentuk di bibirku. “Hijau. Kau?”
“Oranye,” jawab Peeta.
“Oranye? Seperti warna rambut Effie?” tanyaku.
“Tidak secerah itu,” katanya. “Lebih seperti… matahari terbenam.”
-p.64-

Sekarang, lirik lagu yang menurutku menggambarkan Peeta dan adegan di atas:

From my youngest years
Till this moment here
I’ve never seen
Such a lovely queen
From the skies above
To the deepest love
I’ve never felt
Crazy like this before

taken from here


Paint my love
You should paint my love
It’s the picture of a thousand sunsets
It’s the freedom of a thousand doves
Baby, you should paint my love
Been around the world
Then I met you girl
It’s like coming home
To a place I’ve known
Since you came into my life
The days before all fade to black and white
Since you came into my life
Everything has change

See? Kata kuncinya adalah ‘paint’ dan ‘sunset’. Itu adalah lagu yang dinyanyikan oleh MLTR (Michael Learns to Rock) yang berjudul Paint My Love. Ketika dengar lagu ini jadi inget Peeta dan Hunger Games, dan lagu ini serasa jadi themesong-nya Peeta pas baca adegan Peeta di buku seri ini. #teamPeeta


Tentang Penulis:

Suzanne Collins (goodreads)

Sejak tahun 1991, Suzanne Collins telah sibuk menulis untuk televisi anak-anak. Dia telah bekerja pada staf beberapa acara Nickelodeon, termasuk hit nominasi Emmy Clarissa Explains It All dan The Mystery Files of Shelby Woo. Untuk pemirsa prasekolah, ia menulis beberapa cerita untuk nominasi Emmy Little Bear dan Oswald. Dia juga co-menulis kritis diakui Rankin / Bass Christmas Special, Santa, Baby! Baru-baru ini dia adalah Kepala Penulis untuk Scholastic Entertainment’s Clifford’s Puppy Days.

Ketika bekerja pada sebuah acara anak-anak Kids WB Show yaitu Generation O! ia bertemu penulis anak-anak James Proimos, yang membujuknya mencoba buku anak-anak.

Berpikir satu hari tentang Alice in Wonderland, ia terkesan oleh bagaimana pastoral pengaturan harus tampak anak-anak yang, seperti dirinya sendiri, tinggal di lingkungan perkotaan. Di New York City, Anda lebih mungkin untuk jatuh ke bawah lubang dari lubang kelinci dan, jika Anda melakukannya, Anda tidak akan menemukan pesta teh. Apa yang Anda temukan ...? Nah, itulah kisah Gregor yang Overlander, buku pertama dalam seri lima bagian, The Underland Chronicles. Suzanne juga memiliki buku bergambar berima diilustrasikan oleh Mike Lester berjudul When Charlie McButton Lost Power.

Dia saat ini tinggal di Connecticut bersama keluarganya dan sepasang kucing liar mereka yang diadopsi dari halaman belakang mereka.

Buku-buku dia yang paling sukses dalam mata remaja adalah The Hunger Games, Catching Fire and Mockingjay. Buku-buku ini telah memenangkan beberapa penghargaan, termasuk GA Peach Award.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar