Bambi: Kehidupan di Dalam Hutan oleh Felix Salten
Judul asli: Bambi. Eine Lebensgeschichte aus dem Walde (1923)
English edition translated by David Wyllie (Project Gutenberg, 2020)
Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Tanti Lesmana (Gramedia Pustaka Utama, 292 hlm., 2019)
Audiobook by Storytel, 5 hours (English version narrated by Jacob Daniels, edisi Bahasa Indonesia diceritakan oleh Jumali Jindra)
My rating: 5 of 5 stars
★★★★★
Versi Bahasa Inggris pun bisa dimengerti dengan jelas dan baik. Baru tahu juga kalau versi Bahasa Inggris pun ternyata terjemahan. Penulisnya sendiri berkebangsaan Austria. Walaupun begitu, masih kepingin dengerin versi Bahasa Indonesia biar lebih paham lagi. Tapi kayaknya bakalan siap-siap nangis deh 😢
Update setelah dengerin versi Bahasa Indonesia:
Pertama kali aku tahu tentang Bambi adalah dari film kartun yang diproduksi oleh Disney. Siapa sangka ternyata film ini diangkat dari buku klasik karangan penulis asal Austria dalam Bahasa Jerman yang kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dan menjadi populer. Aku mendengarkan audiobook buku ini dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dan keduanya sama-sama indah.
Buku ini menunjukkan bahwa fiksi pun didasari oleh fakta dan pengetahuan dasar yang membuatnya masuk akal. Seperti misalnya spesies rusa Bambi adalah roe deer (Capreolus capreolus) yang hidup di sebagian besar daratan Eropa. Kemudian ada rusa yang spesiesnya merupakan sepupu jauh roe deer, yaitu rusa elk (Cervus canadensis).
Aku sempat keliru mengira Bambi adalah rusa merah (Cervus elaphus) karena bulunya yang kemerahan, padahal bulu merah pada roe deer akan menggelap ketika beranjak dewasa, bintiknya menghilang, dan ketika semakin menua, akan menjadi agak kelabu. Ini diceritakan dalam buku sih, emang nggak nyimak dengan benar, nih. Tapi Bambi versi film Disney adalah rusa ekor putih atau white-tailed deer (Odocoileus virgianus). Hehehe... gomen ne... 🦌🦌
Hutan di iklim temperate juga digambarkan dengan baik dengan adanya pepohonan khas seperti ek/oak (Genus: Quercus, ada spesies ek asli Indonesia–disebut pohon kayu pasang, spesiesnya Quercus sundaica), sikamor/sycamore (Acer pseudoplatanis, sejenis pohon maple tapi bukan yang bergetah manis), dogwood (Cornus florida, hanamizuki dalam Bahasa Jepang), hazelnut (Corylus avellana, pohon kacang hazelnut Eropa), dan sebagainya. Aku sampai hampir bisa mencium bau segar hutan karena saking seringnya digambarkan dalam buku. Imajinasi yang sangat menyenangkan.
Tapi sayangnya kehidupan alam liar tidak selalu menyenangkan. Penulis juga menceritakan siklus hidup para makhluk hutan, bagaimana mereka makan, tidur, bertahan saat musim dingin, berinteraksi dengan makhluk hutan yang lain, musim kawin, hingga menghadapi ancaman yang mengerikan: manusia. Sebagai manusia yang membaca cerita ini, segala hal yang diceritakan merupakan bagian dari kehidupan alam liar, tapi bagi para makhluk hutan, terutama dari mata Bambi, kisah ini nyaris bergenre thriller. Film Bambi versi Disney bahkan tidak segelap ini. Tapi memang cerita buku ini awalnya ditujukan untuk pembaca dewasa, walaupun kemudian banyak adaptasinya yang mengubah banyak isinya karena ditujukan untuk anak-anak.
Hal yang berbeda dari film Bambi dan buku ini adalah dari ada/tidak adanya beberapa makhluk hutan yang diceritakan. Selain spesies rusa yang berbeda, dalam film diceritakan bahwa salah satu teman Bambi adalah seekor sigung (Mephitis mephitis). Spesies ini tidak ada di daratan Eropa, sehingga hal ini menunjukkan dengan jelas untuk siapa ceritanya disuguhkan. Selain itu, dalam buku diceritakan adanya saudara Faline, Gono si rusa jantan pemalu yang lemah, dan banyak karakter rusa lain yang tidak diceritakan dalam film. Dalam buku tidak diceritakan adanya Thumper si terwelu (kelinci liar, Lepus timidus), hanya ada seekor yang disebut dengan "Friend Hare" (Lepus europanus). Padahal dalam film, aku sangat menyukai Thumper.
Karakter yang paling kusukai adalah the elder atau the old prince atau si pangeran hutan yang berwibawa dan bijaksana. Awalnya aku tidak menyukainya, karena di mata Bambi kecil (sudut pandangnya orang ketiga, tapi center-nya adalah Bambi), rusa itu sangat besar dan galak. Tapi semakin beranjak dewasa, Bambi sangat mengaguminya.
Oiya, Bambi adalah rusa jantan, yang jika sudah dewasa disebut "stag". Anak rusa disebut dengan "fawn", sedangkan rusa jantan muda disebut "buck" atau "roebuck". Rusa betina disebut "doe". Mendengarkan versi Bahasa Inggris sekaligus Bahasa Indonesia membuatku belajar berbagai istilah baru. Seperti misalnya kawanan roe deer yang disebut "herd", namun rusa elk disebut "gang", dan berbeda dengan kawanan singa yang disebut "pride" (karena tetiba ingat Lion King).
Selain itu juga tanduk yang sebelumnya dalam Bahasa Inggris kuketahui sebagai "antler", dalam buku ini disebut dengan "crown" yang juga berarti mahkota dalam Bahasa Indonesia. Sebetulnya "crown" ini lebih mengacu pada ujung tanduk rusa dari 4 hingga 5 kali percabangan. Mendengar kata "crown" membuat titel pangeran hutan menjadi sangat sesuai disematkan pada rusa jantan bijaksana yang menjadi tetua.
Dalam versi Bahasa Inggris, aku keliru menganggap kalung pada leher salah satu rusa yang pernah tertangkap adalah penanda GPS. Tentu saja aku kaget, karena GPS ditemukan tahun 1973 sedangkan kisah ini ditulis tahun 1923 dan diterjemahkan dalam Bahasa Inggris tahun 1928. Kemudian aku mengira mungkin kalung itu diberi pemancar radio, mengingat ditemukannya radio pertama kali adalah di tahun 1890. Tapi setelah mendengarkan versi Bahasa Indonesia, ternyata itu hanya kalung dari rambut kuda dan bukan kalung penanda khusus dengan pemancar. Hahaha.. ternyata aku salah dengar.
Saat ini, penelitian dan monitoring pergerakan hewan liar salah satunya adalah menggunakan kalung dengan pemancar GPS. Walaupun kisah ini ditulis bertahun-tahun sebelum ditemukannya GPS, penulisnya berimajinasi menggambarkan anggapan rusa-rusa lain ketika salah satunya mengenakan kalung. Bagaimana si rusa sendiri kebingungan menjelaskannya, sedangkan rusa-rusa lain ada yang memuji keberanian, mengagumi, atau malah mencemooh dan mengasihani.
Para hewan sendiri juga mengalami bagaimana merespon keberadaan manusia, dengan reaksi yang berbeda-beda. Tentu secara alamiah, hewan liar takut pada manusia. Namun, hewan liar yang kemudian berinteraksi dekat dengan manusia, lama-lama akan menjadi jinak dan kehilangan naluri alamiahnya. Beberapa rusa di cerita ini heran dan bingung ketika salah satu dari mereka menunjukkan perilaku yang tidak seharusnya dilakukan pada kondisi tertentu.
Dari serial Netflix: Snowflake Mountain aku juga mengetahui kalau dari sisi manusia, "hunters can ethically hunt deers that's separated from the herd and susceptible to disease and bring disease to the herd, so the hunters hunt them to prevent the disease to spread". Nah, berburu itu juga ada etikanya ya. Begitu juga dengan membuka lahan dengan menebang pohon, tentu tidak bisa sembarangan. Mungkin rusa tua dan pesakitan telah mengetahui akhir hidupnya sehingga memisahkan diri dan bisa jadi berakhir di tangan pemburu. Mengingat penulisnya sendiri adalah pemburu, penggambaran detail kehidupan alam liar dalam buku ini diceritakan cukup adil dari sudut pandang si hewan.
Buku ini menggambarkan bahwa hukum alam yang berlaku mungkin terkesan ganas, kejam dan berbuah pilu, namun bisa terasa sangat puitis dan filosofis. Penulisnya juga sangat piawai menjelaskan kehidupan rusa liar dan perilakunya dengan bahasa yang cantik. Hal ini menunjukkan bahwa pengamatan dan penelitian mengenai perilaku roe deer sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1920-an dan mengingat relevansinya, masih berlanjut sampai sekarang.
View all my review
When his father went bankrupt, Felix had to quit school and begin working in an insurance agency. He also began submitting poems and book reviews to journals. He became part of the Young Vienna movement (Jung Wien) and soon received work as a full-time art and theater critic in the Vienna press. In 1901 he founded Vienna's first, short-lived literary cabaret. In 1900 he published his first collection of short stories. He was soon publishing, on an average, one book a year, of plays, short stories, novels, travel books, and essay collections. He also wrote for nearly all the major newspapers of Vienna. He wrote film scripts and librettos for operettas. In 1927 he became president of the Austrian P.E.N. club.
His most famous work is Bambi, which he wrote in 1923. It was translated into English in 1928 and became a Book-of-the-Month Club hit. In 1933, he sold the film rights to Sidney Franklin for $1,000, who later transferred the rights to the Walt Disney studios. Disney released its movie based on Bambi in 1942.
Life in Austria became perilous for a prominent Jew in the 1930s. Adolf Hitler had Salten's books banned in 1936. Two years later (1938), after Austria had become part of Germany, Salten moved to Zurich, Switzerland, where he lived until his death.
He was married to the actress Ottilie Metzl, and had two children: Paul and Anna-Katherina. He wrote another book based on the character Bambi, titled Bambi's Children: The Story of a Forest Family, 1939. His stories "Perri" and "The Hound of Florence" inspired the Disney films Perri and The Shaggy Dog.
Salten is considered to be the author of the erotic novel Josephine Mutzenbacher, the fictional autobiography of a Vienna prostitute, which was published in 1906.
It all started from a desire to share. In this case… good books, wonderful
stories. I was leafing through the pages of a book in a library when a little
girl at the farther end of the aisle spoke to her friend in her high little-girl
voice, “Look, look, such a pretty book. With pictures too.” They were both
sitting on the floor and they had this big picture book between them, their
hands eagerly pointed at one picture after another. The smaller girl said, “What
is it about?” And her friend shook her head, “It’s in English. If only we
understood English….” I knew then and there that I wanted to translate books.
Fictions. Story books. Eventhough along the way I did some translations of
nonfictions as well, fictions have always been my biggest passion.
Judul asli: Bambi. Eine Lebensgeschichte aus dem Walde (1923)
English edition translated by David Wyllie (Project Gutenberg, 2020)
Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Tanti Lesmana (Gramedia Pustaka Utama, 292 hlm., 2019)
Audiobook by Storytel, 5 hours (English version narrated by Jacob Daniels, edisi Bahasa Indonesia diceritakan oleh Jumali Jindra)
My rating: 5 of 5 stars
★★★★★
Blurb:
Kehidupan Bambi di dalam hutan berawal bahagia. Banyak teman bermain dan sepasang sepupu yang menemaninya––Gobo yang rapuh dan Faline yang cantik. Ayah Bambi, si jantan yang tampan, suka menjelajah hutan, namun tak pernah tinggal bersama Bambi dan induknya.
Kemudian musim dingin tiba, dan Bambi belajar bahwa hutan itu menyimpan banyak bahaya serta hal-hal yang tidak dia pahami. Selain itu ada “Dia”––Manusia. Dia datang ke hutan dengan senjata-senjata yang dapat melukai binatang.
Dia melakukan hal-hal yang jahat terhadap para penghuni hutan. Namun Dia tak bisa mencegah Bambi tumbuh dewasa menjadi rusa jantan yang tampan––Pangeran di Hutan itu.
English:
The Prince of the Forest
Bambi's life in the woods begins happily. There are forest animals to play with -- Friend Hare, the chattery squirrel, the noisy screech owl, and Bambi's twin cousins, frail Gobo and beautiful Faline. But winter comes, and Bambi learns that the woods hold danger -- and things he doesn't understand. The first snowfall makes food hard to find. Bambi's father, a handsome stag, roams the forest, but leaves Bambi and his mother alone.
Then there is Man. He comes to the forest with weapons that can wound an animal. He does terrible things to Gobo, to Bambi's mother, and even to Bambi. But He can't keep Bambi from growing into a handsome stag himself, and becoming...the Prince of the Forest.
Ulasan:
Tadinya mau dengerin yang versi Bahasa Indonesia karena awalnya nemu yang itu duluan. Tapi kemudian nemu yang versi Bahasa Inggris, jadi nyoba dengerin dulu yang ini. Ternyata bagus banget! 😭Versi Bahasa Inggris pun bisa dimengerti dengan jelas dan baik. Baru tahu juga kalau versi Bahasa Inggris pun ternyata terjemahan. Penulisnya sendiri berkebangsaan Austria. Walaupun begitu, masih kepingin dengerin versi Bahasa Indonesia biar lebih paham lagi. Tapi kayaknya bakalan siap-siap nangis deh 😢
Update setelah dengerin versi Bahasa Indonesia:
Pertama kali aku tahu tentang Bambi adalah dari film kartun yang diproduksi oleh Disney. Siapa sangka ternyata film ini diangkat dari buku klasik karangan penulis asal Austria dalam Bahasa Jerman yang kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dan menjadi populer. Aku mendengarkan audiobook buku ini dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dan keduanya sama-sama indah.
Buku ini menunjukkan bahwa fiksi pun didasari oleh fakta dan pengetahuan dasar yang membuatnya masuk akal. Seperti misalnya spesies rusa Bambi adalah roe deer (Capreolus capreolus) yang hidup di sebagian besar daratan Eropa. Kemudian ada rusa yang spesiesnya merupakan sepupu jauh roe deer, yaitu rusa elk (Cervus canadensis).
Aku sempat keliru mengira Bambi adalah rusa merah (Cervus elaphus) karena bulunya yang kemerahan, padahal bulu merah pada roe deer akan menggelap ketika beranjak dewasa, bintiknya menghilang, dan ketika semakin menua, akan menjadi agak kelabu. Ini diceritakan dalam buku sih, emang nggak nyimak dengan benar, nih. Tapi Bambi versi film Disney adalah rusa ekor putih atau white-tailed deer (Odocoileus virgianus). Hehehe... gomen ne... 🦌🦌
Hutan di iklim temperate juga digambarkan dengan baik dengan adanya pepohonan khas seperti ek/oak (Genus: Quercus, ada spesies ek asli Indonesia–disebut pohon kayu pasang, spesiesnya Quercus sundaica), sikamor/sycamore (Acer pseudoplatanis, sejenis pohon maple tapi bukan yang bergetah manis), dogwood (Cornus florida, hanamizuki dalam Bahasa Jepang), hazelnut (Corylus avellana, pohon kacang hazelnut Eropa), dan sebagainya. Aku sampai hampir bisa mencium bau segar hutan karena saking seringnya digambarkan dalam buku. Imajinasi yang sangat menyenangkan.
Tapi sayangnya kehidupan alam liar tidak selalu menyenangkan. Penulis juga menceritakan siklus hidup para makhluk hutan, bagaimana mereka makan, tidur, bertahan saat musim dingin, berinteraksi dengan makhluk hutan yang lain, musim kawin, hingga menghadapi ancaman yang mengerikan: manusia. Sebagai manusia yang membaca cerita ini, segala hal yang diceritakan merupakan bagian dari kehidupan alam liar, tapi bagi para makhluk hutan, terutama dari mata Bambi, kisah ini nyaris bergenre thriller. Film Bambi versi Disney bahkan tidak segelap ini. Tapi memang cerita buku ini awalnya ditujukan untuk pembaca dewasa, walaupun kemudian banyak adaptasinya yang mengubah banyak isinya karena ditujukan untuk anak-anak.
Hal yang berbeda dari film Bambi dan buku ini adalah dari ada/tidak adanya beberapa makhluk hutan yang diceritakan. Selain spesies rusa yang berbeda, dalam film diceritakan bahwa salah satu teman Bambi adalah seekor sigung (Mephitis mephitis). Spesies ini tidak ada di daratan Eropa, sehingga hal ini menunjukkan dengan jelas untuk siapa ceritanya disuguhkan. Selain itu, dalam buku diceritakan adanya saudara Faline, Gono si rusa jantan pemalu yang lemah, dan banyak karakter rusa lain yang tidak diceritakan dalam film. Dalam buku tidak diceritakan adanya Thumper si terwelu (kelinci liar, Lepus timidus), hanya ada seekor yang disebut dengan "Friend Hare" (Lepus europanus). Padahal dalam film, aku sangat menyukai Thumper.
Karakter yang paling kusukai adalah the elder atau the old prince atau si pangeran hutan yang berwibawa dan bijaksana. Awalnya aku tidak menyukainya, karena di mata Bambi kecil (sudut pandangnya orang ketiga, tapi center-nya adalah Bambi), rusa itu sangat besar dan galak. Tapi semakin beranjak dewasa, Bambi sangat mengaguminya.
Oiya, Bambi adalah rusa jantan, yang jika sudah dewasa disebut "stag". Anak rusa disebut dengan "fawn", sedangkan rusa jantan muda disebut "buck" atau "roebuck". Rusa betina disebut "doe". Mendengarkan versi Bahasa Inggris sekaligus Bahasa Indonesia membuatku belajar berbagai istilah baru. Seperti misalnya kawanan roe deer yang disebut "herd", namun rusa elk disebut "gang", dan berbeda dengan kawanan singa yang disebut "pride" (karena tetiba ingat Lion King).
Selain itu juga tanduk yang sebelumnya dalam Bahasa Inggris kuketahui sebagai "antler", dalam buku ini disebut dengan "crown" yang juga berarti mahkota dalam Bahasa Indonesia. Sebetulnya "crown" ini lebih mengacu pada ujung tanduk rusa dari 4 hingga 5 kali percabangan. Mendengar kata "crown" membuat titel pangeran hutan menjadi sangat sesuai disematkan pada rusa jantan bijaksana yang menjadi tetua.
Dalam versi Bahasa Inggris, aku keliru menganggap kalung pada leher salah satu rusa yang pernah tertangkap adalah penanda GPS. Tentu saja aku kaget, karena GPS ditemukan tahun 1973 sedangkan kisah ini ditulis tahun 1923 dan diterjemahkan dalam Bahasa Inggris tahun 1928. Kemudian aku mengira mungkin kalung itu diberi pemancar radio, mengingat ditemukannya radio pertama kali adalah di tahun 1890. Tapi setelah mendengarkan versi Bahasa Indonesia, ternyata itu hanya kalung dari rambut kuda dan bukan kalung penanda khusus dengan pemancar. Hahaha.. ternyata aku salah dengar.
Saat ini, penelitian dan monitoring pergerakan hewan liar salah satunya adalah menggunakan kalung dengan pemancar GPS. Walaupun kisah ini ditulis bertahun-tahun sebelum ditemukannya GPS, penulisnya berimajinasi menggambarkan anggapan rusa-rusa lain ketika salah satunya mengenakan kalung. Bagaimana si rusa sendiri kebingungan menjelaskannya, sedangkan rusa-rusa lain ada yang memuji keberanian, mengagumi, atau malah mencemooh dan mengasihani.
Para hewan sendiri juga mengalami bagaimana merespon keberadaan manusia, dengan reaksi yang berbeda-beda. Tentu secara alamiah, hewan liar takut pada manusia. Namun, hewan liar yang kemudian berinteraksi dekat dengan manusia, lama-lama akan menjadi jinak dan kehilangan naluri alamiahnya. Beberapa rusa di cerita ini heran dan bingung ketika salah satu dari mereka menunjukkan perilaku yang tidak seharusnya dilakukan pada kondisi tertentu.
Dari serial Netflix: Snowflake Mountain aku juga mengetahui kalau dari sisi manusia, "hunters can ethically hunt deers that's separated from the herd and susceptible to disease and bring disease to the herd, so the hunters hunt them to prevent the disease to spread". Nah, berburu itu juga ada etikanya ya. Begitu juga dengan membuka lahan dengan menebang pohon, tentu tidak bisa sembarangan. Mungkin rusa tua dan pesakitan telah mengetahui akhir hidupnya sehingga memisahkan diri dan bisa jadi berakhir di tangan pemburu. Mengingat penulisnya sendiri adalah pemburu, penggambaran detail kehidupan alam liar dalam buku ini diceritakan cukup adil dari sudut pandang si hewan.
"You have to stay alone. If you're going to preserve your life, if you want to understand existence, if you want to become wise, YOU. HAVE. TO. STAY. ALONE."Itulah pesan yang selalu Bambi ingat. Ini juga mungkin menggambarkan perilaku hidup roe deer jantan dewasa yang lebih sering sendirian. Roe deer kebanyakan bersama-sama ketika musim kawin, dan yang membentuk kawanan seringnya adalah rusa betina bersama anak-anaknya, atau bersama beberapa rusa jantan muda. Selain itu, baik rusa jantan maupun betina bersifat teritorial, dan rusa jantan biasanya hanya menerima rusa jantan yang merupakan anak-anaknya dalam kelompok.
"Kau harus hidup sendirian. Kalau kau ingin bertahan, kalau kau ingin memahami eksistensimu, kalau kau ingin memperoleh kebijaksanaan, Kau. Harus. Hidup. Sendirian."
Buku ini menggambarkan bahwa hukum alam yang berlaku mungkin terkesan ganas, kejam dan berbuah pilu, namun bisa terasa sangat puitis dan filosofis. Penulisnya juga sangat piawai menjelaskan kehidupan rusa liar dan perilakunya dengan bahasa yang cantik. Hal ini menunjukkan bahwa pengamatan dan penelitian mengenai perilaku roe deer sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1920-an dan mengingat relevansinya, masih berlanjut sampai sekarang.
View all my review
Tentang penulis:
Felix Salten was an Austrian writer. He was born Siegmund Salzmann in Budapest, Hungary. When he was three weeks old, his family moved to Vienna, Austria. Many Jews were immigrating into the city in the late 19th century because Vienna had finally granted full citizenship to Jews in 1867.When his father went bankrupt, Felix had to quit school and begin working in an insurance agency. He also began submitting poems and book reviews to journals. He became part of the Young Vienna movement (Jung Wien) and soon received work as a full-time art and theater critic in the Vienna press. In 1901 he founded Vienna's first, short-lived literary cabaret. In 1900 he published his first collection of short stories. He was soon publishing, on an average, one book a year, of plays, short stories, novels, travel books, and essay collections. He also wrote for nearly all the major newspapers of Vienna. He wrote film scripts and librettos for operettas. In 1927 he became president of the Austrian P.E.N. club.
His most famous work is Bambi, which he wrote in 1923. It was translated into English in 1928 and became a Book-of-the-Month Club hit. In 1933, he sold the film rights to Sidney Franklin for $1,000, who later transferred the rights to the Walt Disney studios. Disney released its movie based on Bambi in 1942.
Life in Austria became perilous for a prominent Jew in the 1930s. Adolf Hitler had Salten's books banned in 1936. Two years later (1938), after Austria had become part of Germany, Salten moved to Zurich, Switzerland, where he lived until his death.
He was married to the actress Ottilie Metzl, and had two children: Paul and Anna-Katherina. He wrote another book based on the character Bambi, titled Bambi's Children: The Story of a Forest Family, 1939. His stories "Perri" and "The Hound of Florence" inspired the Disney films Perri and The Shaggy Dog.
Salten is considered to be the author of the erotic novel Josephine Mutzenbacher, the fictional autobiography of a Vienna prostitute, which was published in 1906.
Tentang penerjemah:
The Project Gutenberg eBook, Bambi, by Felix Salten, Translated by David
Wyllie
Release Date: November 22, 2020 [eBook #63849]