Judul: Pengepungan Terakhir
Judul Asli: The Last Siege
Penulis: Jonathan Stroud (2006)
Alih Bahasa: Ribkah Sukito
Editor: Primadona Angela
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
(2011)
Edisi Bahasa Indonesia, Softcover,
288 hlm.
Sinopsis:
Suatu
hari di bukit bersalju dekat parit kastil kuno, tiga remaja kesepian: Emily,
Simon, dan Marcus yang misterius dan sangat imajinatif bertemu secara tak
sengaja.
Pada mulanya, reruntuhan kastil itu tak lebih dari bangunan biasa. Namun sewaktu mereka bertiga menerobos masuk ke kastil terlarang itu dan mengetahui sejarah di baliknya, pandangan mereka terhadap bangunan itu pun berubah. Kastil itu tampak berbeda, lebih bermakna. Dan meskipun cuaca luar biasa dingin, mereka memutuskan untuk menginap di sana, demi mengalami seperti apa rasanya menduduki kastil.
Siapa sangka keisengan itu berkembang di luar kendali dan malah melibatkan pengepungan sungguhan? Lengkap dengan polisi, pemadam kebakaran––rasanya seperti mengalami sejarah kastil itu secara nyata!
Pada mulanya, reruntuhan kastil itu tak lebih dari bangunan biasa. Namun sewaktu mereka bertiga menerobos masuk ke kastil terlarang itu dan mengetahui sejarah di baliknya, pandangan mereka terhadap bangunan itu pun berubah. Kastil itu tampak berbeda, lebih bermakna. Dan meskipun cuaca luar biasa dingin, mereka memutuskan untuk menginap di sana, demi mengalami seperti apa rasanya menduduki kastil.
Siapa sangka keisengan itu berkembang di luar kendali dan malah melibatkan pengepungan sungguhan? Lengkap dengan polisi, pemadam kebakaran––rasanya seperti mengalami sejarah kastil itu secara nyata!
Komentar:
There is always deeper
meaning behind anything.
There is always different
viewpoint of every event.
Tema dasar kisah ini adalah: kenakalan remaja. Kita diajak untuk memahami tiga remaja, Emily, Simon, dan Marcus. Emily berasal dari keluarga ‘normal’, tinggal bersama ayah dan ibu yang bekerja dan tidak punya saudara. Simon berasal dari keluarga besar, dengan saudara-saudara ‘trouble maker’ dan ‘bossy’. Marcus? Dia yang paling sulit ditebak, tapi yang paling antusias untuk ‘menduduki’ kastil.
Akhirnya
Marcus berhasil membujuk Emily dan Simon untuk masuk ke kastil walaupun saat
itu kastil tutup. Yah, tingkah mereka untuk ‘breaking rules’ jadi poin kenakalan remaja di sini. Tapi kalau
dibaca lebih lanjut, ada yang ‘lebih’ dalam lagi. Sebetulnya aku membayangkan
ketiga anak itu bisa kembali ke masa kejayaan kastil itu. Kukira bakal ada unsur
fantasi dan ‘time travel’ yang bakal menambah nilai petualangan mereka, tapi
ternyata nggak ada, jadi rasa petualangannya tidak terlalu fantastis. Dan yaah, nggak bisa dipungkiri aku baca cerita ini karena terpesona dengan Lockwood & Co. (Undakan Menjerit) dan kupikir karya-karya Jonathan Stroud beraliran sama. Tapi cerita ini beda.
Suasana yang cepat ditangkap adalah
kondisi cuaca bersalju yang dingin. Yup, aku sudah pernah mengalaminya dan
waktu membacanya, rasanya seperti dikembalikan ke peron tempat aku nunggu
kereta dari Yamagata ke Tsuruoka selama 1 jam! Petugas keretanya sampe heran
liatin aku jalan-jalan mondar-mandir. Habis, jam 8 pagi dan suhunya -7, belum
sarapan dan duduk-duduk aja? Bisa kaku kedinginan aku. Brrrr... ((eh tapi,
pemandangan pegunungan bersalju yang kulihat di peron selama semenit pertama
bikin aku mangap karena takjub)). Kalau kepingin juga merasakan, silakan masuk
kulkas selama 1 jam. (Wkwkwkwk :D).
Pertempuran dalam mempertahankan kastil berlangsung cukup seru, walaupun sejak awal sudah bisa diduga siapa yang bakal menang. Tapi bumbu-bumbu seperti pertengkaran, kebingungan dan hampir mengarah ke perpecahan antar-teman membuat ketegangan jadi naik. Pada akhirnya, penulis meninggalkan kesan terakhir kepada pembaca untuk membuat sendiri akhir ceritanya...
-__________-"
Pertempuran dalam mempertahankan kastil berlangsung cukup seru, walaupun sejak awal sudah bisa diduga siapa yang bakal menang. Tapi bumbu-bumbu seperti pertengkaran, kebingungan dan hampir mengarah ke perpecahan antar-teman membuat ketegangan jadi naik. Pada akhirnya, penulis meninggalkan kesan terakhir kepada pembaca untuk membuat sendiri akhir ceritanya...
-__________-"
Tentang Penulis:
Jonathan
Anthony Stroud adalah
seorang penulis buku fantasi, terutama untuk anak-anak dan remaja. Stroud
dibesarkan di St Albans di mana ia menikmati membaca buku, menggambar, dan
menulis cerita. Antara usia tujuh dan sembilan dia sering sakit, sehingga ia
menghabiskan sebagian besar hari-harinya di rumah sakit atau di tempat tidurnya
di rumah. Untuk menghindari kebosanan ia akan menyibukkan diri dengan buku-buku
dan cerita. Setelah ia menyelesaikan studinya sastra Inggris di University of
York, ia bekerja di London sebagai editor untuk toko Walker Books. Dia bekerja
dengan berbagai jenis buku di sana dan ini langsung mengarah ke penulisan
buku-bukunya sendiri. Selama tahun 1990, ia mulai menerbitkan karya-karyanya
sendiri dan cepat mendapatkan kesuksesan.
Pada bulan Mei 1999, Stroud menerbitkan novel anak-anak pertamanya, Buried Fire, yang adalah yang pertama dari garis buku anak-anak fantasi / mitologi ini. Di antara karya yang paling menonjol adalah laris Bartimeus Trilogy. Sebuah fitur khusus dari novel ini dibandingkan dengan orang lain dari genre mereka adalah bahwa Stroud meneliti stereotip dan etika dari kelas penyihir dan setan-setan diperbudak. Hal ini dilakukan dengan memeriksa perspektif sarkastik dan sedikit egomaniacal jin Bartimaeus. Buku-buku dalam seri ini adalah The Amulet of Samarkand, The Golem Eye, dan Gerbang Ptolemy, buku pertamanya yang akan diterbitkan di Amerika Serikat.
Stroud tinggal di St Albans, Hertfordshire, bersama dua anaknya, Isabelle dan Arthur, dan istrinya Gina, ilustrator buku anak-anak.
Pada bulan Mei 1999, Stroud menerbitkan novel anak-anak pertamanya, Buried Fire, yang adalah yang pertama dari garis buku anak-anak fantasi / mitologi ini. Di antara karya yang paling menonjol adalah laris Bartimeus Trilogy. Sebuah fitur khusus dari novel ini dibandingkan dengan orang lain dari genre mereka adalah bahwa Stroud meneliti stereotip dan etika dari kelas penyihir dan setan-setan diperbudak. Hal ini dilakukan dengan memeriksa perspektif sarkastik dan sedikit egomaniacal jin Bartimaeus. Buku-buku dalam seri ini adalah The Amulet of Samarkand, The Golem Eye, dan Gerbang Ptolemy, buku pertamanya yang akan diterbitkan di Amerika Serikat.
Stroud tinggal di St Albans, Hertfordshire, bersama dua anaknya, Isabelle dan Arthur, dan istrinya Gina, ilustrator buku anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar