Bukan anak-anak namanya kalau nggak nakal. Tapi kadang orang dewasa melabeli anak nakal juga suka sembarangan. Padahal wajar kalau anak-anak suka semaunya sendiri karena rasa ingin tahunya sangat tinggi. Bisa jadi bagi anak-anak kalau nggak dicoba belum bakalan percaya, walaupun sudah bekali-kali diberi tahu akibatnya. Kayak aku ini, waktu kecil belum percaya kalau api itu panas, trus pas pegang api lilin baru percaya. Wkwkwk...
Pada kesempatan ini, ada dua review dari dua buah buku yang mau kubagi berkaitan dengan tema Baca Bareng BBI Bulan Juli 2015, yaitu Kenakalan Anak-Anak. Check it out...
Judul: Kembali ke St.Claire
(St.Claire #2)
Penulis: Enid Blyton (1941)
Alih Bahasa: Agus Setiadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
(1999)
Edisi Bahasa Indonesia, Softcover,
252 hlm.
Liburan
telah usai. Betapa senangnya kembali ke St. Clare! Bertemu teman-teman lama,
berkenalan dengan teman-teman baru, mengadakan pesta tengah malam, iseng mengganggu
guru… dan tentu saja tak ketinggalan kerja keras untuk mendapat nilai yang
tinggi. Semua itu memang mereka alami.
Dan lebih lagi! Karena anak-anak baru lebih meramaikan suasana. Terutama Margery, yang ternyata sama sekali lain dari yang semula diduga anak-anak.
Dan lebih lagi! Karena anak-anak baru lebih meramaikan suasana. Terutama Margery, yang ternyata sama sekali lain dari yang semula diduga anak-anak.
Komentar:
Suka
sama seri-nya Enid Blyton tentang sekolah putri berasrama. Tapi karena lebih
dulu baca Malory Towers baru St.Claire, jadi suka membanding-bandingkan
keduanya. Kalau suruh milih mau sekolah di St.Claire atau Malory Towers, aku
lebih milih di Malory Towers, sih.
Sayang
ya kalau lebih banyak bandingin buku ini sama buku lain. Sebetulnya buku ini
bagus juga kok. Janet berasa kayak gabungan karakter Darell dan Alicia di
Malory Towers. Si Kembar juga seru orangnya. Suasana sekolahnya juga
berseberangan, dimana Malory Towers di pedesaan pinggir laut, sedangkan
St.Claire di tengah kota. Duh, jadi banding-banding lagi kan...Trus sayang juga
awal baca udah buku kedua. Kalau tahu buku pertamanya mungkin feel-nya bisa
lebih dapet.
Kisah
si Kembar di St.Claire pada buku ini mengisahkan mereka masih kelas 1 (padahal
ini udah buku #2). Di kelas yang sama, beberapa anak sudah naik kelas, tapi ada
juga beberapa anak baru, salah satunya Margery. Margery ini sangat misterius,
karena kelihatan terlalu tua untuk kelas 1. Tapi ada suatu kejadian yang
membuat Margery benar-benar berubah. Penasaran kan? Baca aja seri ini…
Karena
penasaran sama lanjutannya dan karakter-karakter lain (disini karakter
anak-anaknya lebih beragam) dan mumpung ada buku lanjutannya nangkring di rak,
yaa lanjut aja deh.. hehehehee..
~~~~~~~~~~
Judul: Musim Panas di St.Claire
(St.Claire #3)
Penulis: Enid Blyton (1943)
Alih Bahasa: Agus Setiadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
(1999)
Edisi Bahasa Indonesia, Softcover,
252 hlm.
Setelah
terlambat seminggu untuk kembali ke St. Clare, kini betapa gembiranya si kembar
O'Sullivan dapat berkumpul kembali dengan teman-teman mereka Hillary, Doris,
Janet dan lain-lain di sekolah yang mereka cintai itu. Di samping itu, dalam
semester ini kelas mereka akan semakin ramai dengan adanya beberapa murid baru
yang sifat dan tingkah lakunya berbeda-beda : Sadie Greene si Pesolek yang
perhatiannya hanya tertuju pada tata rambut dan kuku yang dipoles; Prudence
Arnold si Sok Baik yang selalu mengecam tingkah laku teman-temannya yang suka
iseng dan mengadukannya kepada para guru; Pamela Boardman si Kutu Buku yang
menjadi murid termuda dalam kelas mereka; Bobby si Bandel yang keisengannnya
dalam mempermainkan para guru melebihi Janet; serta Carlotta si Misterius yang
tingkahnya memang aneh karena ia berasal dari lingkungan yang berbeda dari
teman-temannya sekelas.
Komentar:
Si Kembar
terlambat balik ke St.Claire gara-gara sakit. Begitu datang, ternyata ada
banyak murid baru. Ada Sadie si pesolek, Carlotta yang setengah Spanyol,
Prudence yang sok suci, Pamela yang termuda dan jenius, Bobby si tomboy dan
cuek..
Buku ini lebih menyenangkan dan seru daripada buku sebelumnya. Karakter-karakternya makin berkembang. Kocak banget baca tingkahnya Carlotta yang blak-blakan tapi misterius (nah loh!), nggak suka banget sama Prudence yang suka nyari-nyari kesalahan Carlotta cuma karena dia nggak suka sama Carlotta. Agak nggak suka juga sama Pamela yang nggak bisa ngomong terus terang waktu tahu tingkah temennya nggak bener, tapi bisa jadi karena dia termuda jadi agak segan sama yang lebih tua sih. Pokoknya khas anak sekolahan asrama banget! Tapi asramanya di kota besar, sampai Sadie yang anak artis dan pesolek banget bisa diculik!
Si Kembar dan teman-teman dari buku sebelumnya (nomor 2 karena aku mulai baca dari nomor 2) juga ikut pertandingan lhoh! Yah, pengen baca lanjutannya, tapi blum punya.. >.< (padahal yang ke 5 udah punya.. tapi blum baca yang pertama.. wkwkwk)
Buku ini lebih menyenangkan dan seru daripada buku sebelumnya. Karakter-karakternya makin berkembang. Kocak banget baca tingkahnya Carlotta yang blak-blakan tapi misterius (nah loh!), nggak suka banget sama Prudence yang suka nyari-nyari kesalahan Carlotta cuma karena dia nggak suka sama Carlotta. Agak nggak suka juga sama Pamela yang nggak bisa ngomong terus terang waktu tahu tingkah temennya nggak bener, tapi bisa jadi karena dia termuda jadi agak segan sama yang lebih tua sih. Pokoknya khas anak sekolahan asrama banget! Tapi asramanya di kota besar, sampai Sadie yang anak artis dan pesolek banget bisa diculik!
Si Kembar dan teman-teman dari buku sebelumnya (nomor 2 karena aku mulai baca dari nomor 2) juga ikut pertandingan lhoh! Yah, pengen baca lanjutannya, tapi blum punya.. >.< (padahal yang ke 5 udah punya.. tapi blum baca yang pertama.. wkwkwk)
Kedua
buku ini diikutkan Baca Bareng BBI Bulan Juli 2015. Setelah lama vakum
me-review, rasanya jadi susah mau mulai me-review lagi. Jadi merasa beberapa
review terakhir ini kurang baik. Review kedua buku ini untungnya sudah kutulis
kisi-kisinya di Goodreads. Malah, karena saking kacaunya lama nggak me-review,
review kedua buku ini di Goodreads sampai tertukar! ~_~
Aku belum baca Malory Towers dan St. Claire padahal sering lihat di perpus. Enid Blyton yang kubaca baru Lima Sekawan dan kumpulan cerpen.
BalasHapusHalo Afifah... sebetulnya selera masing-masing sih mau baca karyanya Enid Blyton yg manapun :D klo aku sendiri baca Malory Towers, St. Claire dan Lima Sekawan semuanya punya kenikmatan tersendiri... sila dieksplor sendiri selera baca Afifah dengan banyak membaca :D
Hapus