Judul: Kota Yang Hilang
Judul Asli: The Invisible City
Penulis: M.G. Harris (2008)
Alih Bahasa: Nina Andiana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
(2009)
Edisi Bahasa Indonesia, Softcover, 368
hlm.
Blurb:
kau
memasuki zona teori konspirasi
Blog ini milik:
Josh Garcia
Tentang aku:
Aku anak laki-laki arkeolog Meksiko (Dad)
dan dosen sejarah Inggris (Mum)
ENTRI BLOG:
Beberapa minggu lalu, aku hanyalah cowok biasa. Cowok yang suka mendengarkan Green Day, Arctic Monkeys, dan Nirvana. Cowok yang ikut kelas capoeira dan lumayan jago melancarkan tendangan putar.
Tapi suatu hari Dad dilaporkan meninggal dalam kecelakaan pesawat, dalam salah satu perjalanannya untuk meneliti reruntuhan Maya di Meksiko. Benarkah itu kecelakaan? Kenapa email-email terakhir Dad sepertinya menunjukkan sebaliknya?
Blog ini milik:
Josh Garcia
Tentang aku:
Aku anak laki-laki arkeolog Meksiko (Dad)
dan dosen sejarah Inggris (Mum)
ENTRI BLOG:
Beberapa minggu lalu, aku hanyalah cowok biasa. Cowok yang suka mendengarkan Green Day, Arctic Monkeys, dan Nirvana. Cowok yang ikut kelas capoeira dan lumayan jago melancarkan tendangan putar.
Tapi suatu hari Dad dilaporkan meninggal dalam kecelakaan pesawat, dalam salah satu perjalanannya untuk meneliti reruntuhan Maya di Meksiko. Benarkah itu kecelakaan? Kenapa email-email terakhir Dad sepertinya menunjukkan sebaliknya?
Meksiko!
Aku harus masukin negara ini di ‘daftar negara yang ingin kukunjungi’, setelah
Arab Saudi dan Inggris. Baru Jepang yang bisa dicoret dari daftar, dan
daftarnya malah tambah panjang :P.
Ada
tiga peradaban kuno di daratan Amerika Selatan, yaitu Inca, Aztec, dan Maya.
Tapi ada satu peradaban yang terkenal karena kalender panjangnya yang berakhir
pada tahun 2012, yaitu peradaban Maya. Itulah yang menjadi pertanyaan besar di
sini, kenapa kalender Maya berakhir pada tahun 2012? Dan apa yang akan terjadi
setelah itu?
Joshua
Garcia adalah anak laki-laki yang tinggalnya ratusan kilometer dari tanah
kelahiran peradaban Maya, yaitu di Oxford, Inggris. Tapi ayahnya adalah
arkeolog dan peneliti peradaban Maya. Selain itu, ia juga berlatih capoeira,
olahraga beladiri khas Brazil itu. Ia juga bisa berbahasa Spanyol, yang jadi
bahasa pengantar di beberapa negara Amerika Selatan, seperti Meksiko. Jadi bisa
dibilang ia punya kaitan tipis dengan Amerika Selatan. Sampai sesuatu terjadi
dan mengubah drastis hidup Josh.
Siapa
yang menyangka ayah Josh memiliki darah Maya? Selain itu Josh juga mewarisi gen
spesial ayahnya yang kebal terhadap racun tertentu. Tapi berita itu ia dengar
setelah ia menerima kabar buruk bahwa ayahnya meninggal dalam kecelakaan
pesawat. Karena gen spesial itulah, Josh harus meneruskan misi ayahnya, bahkan
kakeknya, yang belum sempat terlaksana. Dan di situlah ia menemukan bahwa
peradaban Maya tidak punah seluruhnya. Justru malah peradaban itu berkembang
lebih canggih daripada yang dilihat orang-orang bukan Maya. Bagaimana Josh
menerima kenyataan itu?
Cerita
ini sangat keren! Tidak kusangka, piramida Maya bisa membuatku terpesona.
Penggambaran di cerita ini sangat detail sampai-sampai aku merasa berada di
lokasi yang sebenarnya. Petualangan yang disusun juga luar biasa. Banyak banget
kejutan-kejutan yang bertebaran, terutama karena banyak yang tidak aku tahu
mengenai peradaban Maya. Josh juga sama awamnya sepertiku, jadi di buku ini
juga dijelaskan dengan sederhana agar yang membaca juga paham walaupun awam.
Penulis benar-benar menguasai bidangnya. Terjemahannya oke punya. Rasanya
benar-benar nikmat dibaca mulai dari kata pertama sampai terakhir.
Karakter
Josh juga dibangun rapi. Walaupun aku merasa Josh kok kayak bersikap terlalu
tua untuk umurnya ya? Di sini diceritakan bahwa ia baru tiga belas tahun, tapi
aku merasa Josh seperti berusia lima belas tahunan. Dan setelah aku mengunjungi
website M.G. Harris, aku juga baru tahu bahwa dalam draft awal cerita ini, Josh
dibuat berusia lima belas tahun, tapi aku nggak tahu kenapa akhirnya umur Josh
diubah. Lalu Ollie dan Tyler, di buku ini mereka berdua masih terasa seperti
tempelan. Tapi ini kan buku berseri, jadi mungkin mereka berkembang di seri
berikutnya.
Tapi
aku sudah terlanjur suka dengan seri ini. Padahal aku pertama baca dari buku
#2. Buku itu nemu di obralan, dan walaupun enggan karena adanya buku #2, aku
ambil juga buku itu (kayaknya tergoda diskon yang waktu itu murah banget).
Begitu baca, komentarku adalah: buku ini keren! Sampulnya juga kece abis! Aku
harus punya semuanya. Akhirnya, setiap ke obralan, seri ini selalu kucari-cari,
sampai terkumpul buku #2, #3, dan #4 yang belum mau kubaca kalau buku #1 belum
punya. Buku #1 kudapat dari obralan juga, tapi titip Mas Tezar (http://kumembaca.blogspot.com/) (hehehee,
makasih Mas Tez!). Setelah buku #1 terbaca, buku #2 kubaca ulang. Tapi aku
belum puas, sampai buku #3 dan buku #4 terlahap juga. Masih kurang buku #5 nih.
Agak nyesel karena nggak sekalian beli buku #5 pas ada obral buku #1 juga. Tapi
nggak pa-pa, aku belum menyerah. Siapa tahu ada yang mau hibahkan padaku?
*ngarepdotcom*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar