Judul: Titik Nol
Judul Asli: Zero Moment
Penulis: M.G. Harris (2010)
Alih Bahasa: Nina Andiana
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
(2011)
Edisi Bahasa Indonesia, Softcover, 368
hlm.
Blurb:
“Ini
belum selesai.” Itulah kata-kata terakhir ayah Josh sebelum tewas di gunung
bersalju. Tapi bagi Josh, semuanya sudah berakhir. Ia sudah menemukan Codex Ix
– buku kuno bangsa Maya yang memuat cara menyelamatkan umat manusia dari
supergelombang galaksi pada tahun 2012. Ia juga berhasil mendapatkan Gelang
Itzamna – alat yang semestinya berfungsi sebagai mesin waktu.
Jadi
Josh berusaha menjalani hidup normal. Tetapi sepertinya bahaya memang tak
pernah meninggalkan Josh. Ketika berada di Brasil untuk mengikuti kejuaraan
capoeira, Josh sadar musuh-musuhnya masih terus membuntuti. Dan kali ini,
mereka juga mengancam keselamatan ibu serta teman-temannya.
Josh
harus bertindak, dan mungkin saja ini akan menjadi titik nol baginya, awal baru
dalam petualangannya mencari kebenaran.
Setelah
dibuat terpesona oleh keindahan piramida Maya dan peradaban kuno bangsa Maya di
Meksiko, di buku ketiga ini aku dibuat terpesona oleh capoeira.
Yep,
Josh dan Tyler mewakili Inggris di kejuaraan dunia capoeira di tanah kelahiran
olahraga beladiri itu, Brasil. Apakah aku perlu memasukkan negara itu dalam
‘daftar negara yang ingin kukunjungi’? Itu sudah pasti! Kupikir Brasil bakal
mirip Meksiko, tapi ternyata tidak. Brasil punya keindahannya sendiri.
Pantainya, ombaknya, selancarnya, capoeira-nya… detail tentang itu benar-benar
bikin ngiler. Bahasa pengantarnya juga beda, Portugis, di mana bahasa pengantar
di Meksiko adalah Spanyol. Kayaknya enak honeymoon
di sini. *eh*
Josh
agak terbawa emosi di buku ketiga ini. Dan hal itu diceritakan dengan… wow…
wajar banget. Cara menjelaskan di cerita itu lho, terasa remaja banget tapi
nggak terlalu lebay. Jadi, Josh berteman baik dengan Ixchel dan Tyler. Ia
sering berkirim e-mail dengan Ixchel, karena Ixchel ada di Ek Naab, dan ia di
Oxford. Tapi waktu ke Brasil bersama ibunya dan Tyler, Josh bertemu Ixchel dan
Montoyo di sana. Dan saat melihat Ixchel, Josh merasa… ‘duar’! Padahal sebelumnya
ia merasa biasa saja dengan Ixchel. Persis itulah yang diceritakannya ke Tyler,
dan Tyler ternyata paham. Tapi Ixchel ternyata berpacaran dengan Benicio,
sepupu Josh yang bertugas mengawasi Josh di Oxford dengan kuliah di sana.
Rasanya pasti berantakan banget sampai Josh nggak bisa konsentrasi di kejuaraan
capoeira.
Nggak
hanya sampai di situ saja, ibu Josh, Ixchel dan Tyler kemudian diculik! Josh
harus berbuat sesuatu. Ketika penyelamatan dilakukan, hanya Tyler yang bisa
diselamatkan dari penculik-penculik itu walaupun Tyler harus menderita luka
tembak di bagian samping perut. Duh, anak-anak ini masih empat belas tahun,
tapi petualangannya serem abis.
Yang
kusuka di sini adalah kerja sama antara Josh dan Tyler. Di buku-buku awal,
Tyler kelihatan nggak terlalu peduli dengan peradaban Maya walaupun Josh sudah
banyak bercerita padanya. Tyler lebih fokus ke kejuaraan capoeira. Tapi setelah
kejuaraan itu, ia benar-benar tulus membantu Josh dengan capoeira-nya sampai
luka tembaknya terbuka lagi. Mungkin karena ia sudah satu tingkat di atas Josh
dan meraih juara kali ya? Bisa jadi…
Di
tengah kekacauan penculikan itu, Josh menemukan rahasia bangsa Maya lagi, yang
ditemukannya secara tak sengaja. Ia juga merasa telah menemukan titik nol
hidupnya. Tapi apakah ia bisa mengubah alurnya setelah ia mencapai titik nol
itu? Penemuannya itu akan membawanya ke petualangan di buku berikutnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar