Red Queen by Victoria Aveyard
Published: 2015
My rating: 4 of 5 stars
E-book, English Edition, 383 pages
Bagian awal kisahnya nggak menunjukkan dunia distopia yang benar-benar berbeda. Maksudku, dunia distopia yang dibangun agak mirip dengan dunia superheroes. Superheroes seharusnya melindungi yang lemah di dunia yang lain. Sedangkan di sini, superheroes atau Silver menindas yang lemah, alias Red.
Kisah berlanjut dengan tidak terburu-buru. Penulis menjelaskan sedikit demi sedikit dunia yang dibangunnya. Aku merasa sedikit mengantuk membaca beberapa bab awalnya. Kemudian, kisah berkembang menjadi klise. Dan cheesy. Yah, tipikal young-adult. Penggemar YA pasti suka.
Ceritanya mungkin standar, tapi perkembangan karakternya luar biasa. Dan aku senang Mare adalah tipikal heroine yang nggak emosional. Dia cukup mampu berpikir logis, walaupun hatinya kadang galau. Kemudian ada Cal yang merupakan tipe cowok alfa, sedangkan Maven adalah tipe sidekick. Walaupun demikian, karakter masing-masing tokoh berubah ketika cerita semakin berkembang.
Sampai pertengahan cerita, situasinya masih cenderung datar. Tapi kemudian muncul peristiwa-peristiwa yang menunjukkan awal naiknya tempo cerita menuju konflik. Mendekati akhir, konflik naik dengan cepat menjadi klimaks. Dan twist-nya...
Oh my God...
Aku sampai nyaris banting hape. Penulisnya super tega sama pembacanya. Dan brilian. Ngga ada celah untuk curiga. Atau aku yang nggak sadar dan digiring dengan gampang oleh penulisnya untuk dihancurkan harapannya. Duh, sakit...
Belum apa-apa, cerita berakhir. Penulis meninggalkanku dengan book hangover yang cukup parah. Untungnya buku selanjutnya sudah dalam genggaman, jadi aku bisa melanjutkannya. Tapi setelah kupikir lagi sekarang, itu keputusan bodoh. Karena awalnya kupikir seri ini hanya terdiri dari dua buku, aku merasa tenang karena sudah memiliki keduanya. Ternyata masih ada buku ketiganya.
Jika ada yang ingin membaca buku ini sebelum semua serinya terbit, lebih baik berhati-hati terhadap kemungkinan akan terkena book hangover. Kalau cukup tangguh menanggungnya, silakan baca. Buku ini mungkin juga nggak cocok untuk orang-orang yang sedang menderita kegalauan dan patah hati, karena bakal terasa seperti menabur garam di luka.
Tapi untuk para masokis, silakan baca. Buku ini juaranya bikin sakit hati.
View all my reviews
Published: 2015
My rating: 4 of 5 stars
E-book, English Edition, 383 pages
Blurb:
This is a world divided by blood – red or silver.
The Reds are commoners, ruled by a Silver elite in possession of god-like superpowers. And to Mare Barrow, a seventeen-year-old Red girl from the poverty-stricken Stilts, it seems like nothing will ever change.
That is, until she finds herself working in the Silver Palace. Here, surrounded by the people she hates the most, Mare discovers that, despite her red blood, she possesses a deadly power of her own. One that threatens to destroy the balance of power.
Fearful of Mare’s potential, the Silvers hide her in plain view, declaring her a long-lost Silver princess, now engaged to a Silver prince. Despite knowing that one misstep would mean her death, Mare works silently to help the Red Guard, a militant resistance group, and bring down the Silver regime.
But this is a world of betrayal and lies, and Mare has entered a dangerous dance – Reds against Silvers, prince against prince, and Mare against her own heart.
Review:
Aaarrrggghhhh!!! Brutal. Twist-nya amat sangat brutal.Bagian awal kisahnya nggak menunjukkan dunia distopia yang benar-benar berbeda. Maksudku, dunia distopia yang dibangun agak mirip dengan dunia superheroes. Superheroes seharusnya melindungi yang lemah di dunia yang lain. Sedangkan di sini, superheroes atau Silver menindas yang lemah, alias Red.
Kisah berlanjut dengan tidak terburu-buru. Penulis menjelaskan sedikit demi sedikit dunia yang dibangunnya. Aku merasa sedikit mengantuk membaca beberapa bab awalnya. Kemudian, kisah berkembang menjadi klise. Dan cheesy. Yah, tipikal young-adult. Penggemar YA pasti suka.
Ceritanya mungkin standar, tapi perkembangan karakternya luar biasa. Dan aku senang Mare adalah tipikal heroine yang nggak emosional. Dia cukup mampu berpikir logis, walaupun hatinya kadang galau. Kemudian ada Cal yang merupakan tipe cowok alfa, sedangkan Maven adalah tipe sidekick. Walaupun demikian, karakter masing-masing tokoh berubah ketika cerita semakin berkembang.
Sampai pertengahan cerita, situasinya masih cenderung datar. Tapi kemudian muncul peristiwa-peristiwa yang menunjukkan awal naiknya tempo cerita menuju konflik. Mendekati akhir, konflik naik dengan cepat menjadi klimaks. Dan twist-nya...
Oh my God...
Aku sampai nyaris banting hape. Penulisnya super tega sama pembacanya. Dan brilian. Ngga ada celah untuk curiga. Atau aku yang nggak sadar dan digiring dengan gampang oleh penulisnya untuk dihancurkan harapannya. Duh, sakit...
Belum apa-apa, cerita berakhir. Penulis meninggalkanku dengan book hangover yang cukup parah. Untungnya buku selanjutnya sudah dalam genggaman, jadi aku bisa melanjutkannya. Tapi setelah kupikir lagi sekarang, itu keputusan bodoh. Karena awalnya kupikir seri ini hanya terdiri dari dua buku, aku merasa tenang karena sudah memiliki keduanya. Ternyata masih ada buku ketiganya.
Jika ada yang ingin membaca buku ini sebelum semua serinya terbit, lebih baik berhati-hati terhadap kemungkinan akan terkena book hangover. Kalau cukup tangguh menanggungnya, silakan baca. Buku ini mungkin juga nggak cocok untuk orang-orang yang sedang menderita kegalauan dan patah hati, karena bakal terasa seperti menabur garam di luka.
Tapi untuk para masokis, silakan baca. Buku ini juaranya bikin sakit hati.
View all my reviews
Tentang Penulis:
Born
in The United States
Website
Twitter
Genre
Influences
JRR Tolkien, George RR Martin, Steven Spielberg, George Lucas, and Peter Jackson have probably had the most affect on my creative works. I also draw a lot of inspiration from history and myth. (less)
Member Since
March 2011
URL
https://www.goodreads.com/victoria_aveyard
Tidak ada komentar:
Posting Komentar