Girls in the Dark oleh Akiyoshi Rikako
Judul Asli: Ankoku Joshi
Alih bahasa: Andry Setiawan
Penerbit: Haru (2014)
My rating: 4 of 5 stars
Paperback, edisi Bahasa Indonesia, 284 hlm.
Blurb:
Buku yang ditulis oleh penulis yang sama, The Dead Returns memiliki kesan yang berbeda dengan buku ini. Karena sudah membaca beberapa ulasan mengenai buku ini dan The Dead Returns, aku jadi memiliki ekspektasi tertentu tentang keduanya. Dan ternyata keduanya sesuai ekspektasi. The Dead Returns lebih mengutarakan masalah sosial dan interaksi pemuda, sedangkan Girls in the Dark menceritakan kisah yang lebih ‘gelap’.
Adalah Shiraishi Itsumi, ketua klub sastra di suatu sekolah putri di Jepang, ditemukan tewas si sekolah. Ada yang beranggapan ia bunuh diri, tapi ada kecurigaan bahwa ia dibunuh. Wakil ketua klub sastra mengadakan acara yang unik tapi bikin merinding untuk mengenang mendiang ketua, yaitu pertemuan dalam ruang klub yang sengaja digelapkan dengan semua anggota klub. Masing-masing anggota diberi tugas untuk membuat sebuah karangan tentang sang ketua dan dalam pertemuan itu, masing-masing membacakan karyanya.
Cerita kemudian menjadi berpindah-pindah tokoh, walaupun tetap dalam bentuk sudut pandang orang pertama. Dari masing-masing karangan, aku jadi bisa membayangkan seperti apa Shiraishi Itsumi yang meninggal itu. Tapi tetap saja dibuat bingung, karena beberapa karangan bertolak belakang satu sama lain. Dan aku juga dibuat penasaran, bagaimana ia bisa tewas.
Plotnya rapi. Beberapa karangan agak membosankan dan terkesan mengada-ada, tapi hal itu malah membuatnya khas karangan anak SMA yang menjadi tokohnya. Karena plotnya yang rapi, aku jadi terkejut ketika penulis menaruh twist di saat-saat yang tidak terduga. Sepanjang tiap akhir bab membuatku selalu bertanya-tanya, siapa yang mengungkapkan hal yang tidak benar? Suspense-nya baru terasa kental menjelang akhir cerita, dan cukup nendang juga kesannya.
Terjemahannya keren, khas Jepang-nya kentara sekali. Banyak kata yang sengaja menggunakan kata aslinya agar suasana Jepang-nya terasa. Akiyoshi Rikako jadi penulis favoritku sekarang, dan buku-buku terjemahannya sedang kukumpulkan. Good job, Akiyoshi-san!
View all my reviews
Judul Asli: Ankoku Joshi
Alih bahasa: Andry Setiawan
Penerbit: Haru (2014)
My rating: 4 of 5 stars
Paperback, edisi Bahasa Indonesia, 284 hlm.
Blurb:
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu...?
Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily.
Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu.
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi....
Kau... pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
Ulasan:
Buku ini tulisannya unik. Ditulis dalam bentuk pidato salah satu tokohnya dan tiap bab-nya adalah cerita yang ditulis tokoh-tokoh yang berbeda. Tapi tetap dapat terbentuk menjadi suatu cerita utuh yang keren. Sekarang aku mengerti mengapa buku ini begitu disukai penggemar misteri-suspense.Buku yang ditulis oleh penulis yang sama, The Dead Returns memiliki kesan yang berbeda dengan buku ini. Karena sudah membaca beberapa ulasan mengenai buku ini dan The Dead Returns, aku jadi memiliki ekspektasi tertentu tentang keduanya. Dan ternyata keduanya sesuai ekspektasi. The Dead Returns lebih mengutarakan masalah sosial dan interaksi pemuda, sedangkan Girls in the Dark menceritakan kisah yang lebih ‘gelap’.
Adalah Shiraishi Itsumi, ketua klub sastra di suatu sekolah putri di Jepang, ditemukan tewas si sekolah. Ada yang beranggapan ia bunuh diri, tapi ada kecurigaan bahwa ia dibunuh. Wakil ketua klub sastra mengadakan acara yang unik tapi bikin merinding untuk mengenang mendiang ketua, yaitu pertemuan dalam ruang klub yang sengaja digelapkan dengan semua anggota klub. Masing-masing anggota diberi tugas untuk membuat sebuah karangan tentang sang ketua dan dalam pertemuan itu, masing-masing membacakan karyanya.
Cerita kemudian menjadi berpindah-pindah tokoh, walaupun tetap dalam bentuk sudut pandang orang pertama. Dari masing-masing karangan, aku jadi bisa membayangkan seperti apa Shiraishi Itsumi yang meninggal itu. Tapi tetap saja dibuat bingung, karena beberapa karangan bertolak belakang satu sama lain. Dan aku juga dibuat penasaran, bagaimana ia bisa tewas.
Plotnya rapi. Beberapa karangan agak membosankan dan terkesan mengada-ada, tapi hal itu malah membuatnya khas karangan anak SMA yang menjadi tokohnya. Karena plotnya yang rapi, aku jadi terkejut ketika penulis menaruh twist di saat-saat yang tidak terduga. Sepanjang tiap akhir bab membuatku selalu bertanya-tanya, siapa yang mengungkapkan hal yang tidak benar? Suspense-nya baru terasa kental menjelang akhir cerita, dan cukup nendang juga kesannya.
Terjemahannya keren, khas Jepang-nya kentara sekali. Banyak kata yang sengaja menggunakan kata aslinya agar suasana Jepang-nya terasa. Akiyoshi Rikako jadi penulis favoritku sekarang, dan buku-buku terjemahannya sedang kukumpulkan. Good job, Akiyoshi-san!
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar