Ada Apa Dengan Cinta? by Silvarani
My rating: 3 of 5 stars
E-book (iPusnas), edisi Bahasa Indonesia, 192 pages
Published April 2016 by Gramedia Pustaka Utama
Buku ini juga sukses bikin baper. Bukan karena puisi-puisi Rangga sih, tapi karena ceritanya yang Indonesia banget bikin saya homesick. Rasanya beda dengan teenlit pada jaman itu yang biasanya suka mengacu ke budaya 'barat'.
Saya jadi mengerti kenapa Cinta yang menyukai sastra Indonesia dan puisi jadi menyukai Rangga karena memiliki ketertarikan yang sama. Pada jaman itu, kalau nggak update sama hal-hal yang hits, seperti boyband dan gosip artis luar negeri, bakal dianggap ketinggalan jaman. Anak-anak seperti Cinta atau Rangga bakal dianggap 'sok' nyastra dan aneh. Tapi ada rasa yang aneh dan nyeleneh walaupun tipenya nyeleneh yang baik, kalau Cinta ternyata populer dan nggak dianggap aneh kalau nyastra. Hehehee...
Padahal, jaman itu saya nggak paham dengan maksud puisi-puisi Rangga walaupun hafal. Hahahaa... Tapi dengan membaca buku ini, setidaknya saya memiliki gambaran. Saya memang orangnya lemot, susah peka, dan nggak romantis. Kayak Milly. Hahahaa..
Ada beberapa hal yang mengganjal karena ada dialog yang nggak persis sama di film. Misalnya puisi Rangga sepertinya ada kata yang letaknya tertukar, urutan kejadian yang sedikit berbeda dengan filmnya, dan beberapa dialog yang juga kadang berbeda.
Tapi ada juga hal-hal yang nggak ada di film. Misalnya surat dari Cinta yang bikin Rangga marah. Penasaran kan? Lalu pas adegan Rangga nggak sengaja lihat Cinta semobil dengan Borne. Tahu nggak, apa yang Rangga pikir? Silakan dibaca kalau penasaran.
Keseluruhan oke, ditulis dengan mengalir dan tidak bertele-tele. Sepanjang membaca, saya terbayang adegan filmnya. Ceritanya oke pada jamannya, dan sampai sekarang pun saya masih menikmatinya.
Saya malah dibuat baper dengan pidato Pak Taufik, kepala sekolah di sekolah Cinta dan Rangga:
Mungkin kalau saya nggak di sini, kata-kata itu nggak bakal bikin saya sebaper ini...
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
E-book (iPusnas), edisi Bahasa Indonesia, 192 pages
Published April 2016 by Gramedia Pustaka Utama
Blurb:
Apa lagi yang kurang dalam hidup Cinta? Ia punya keluarga yang bahagia, popularitas di sekolah, banyak pengagum, dan yang paling penting, ia punya sahabat-sahabatnya. Alya, Maura, Milly, dan Karmen membuat hari-harinya selalu berwarna. Mereka adalah pusat dunia Cinta.
Sampai suatu hari, ia berkenalan dengan Rangga, cowok jutek dan penyendiri yang lebih suka berteman dengan buku daripada manusia. Ternyata mereka sama-sama menyukai puisi, minat yang tak bisa Cinta bagi dengan keempat sahabatnya. Dan perlahan hal itu membawa perubahan pada dirinya, membuat orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya, ada apa dengan Cinta.
Ketika Cinta sendiri pun ikut mempertanyakan dirinya dan persahabatannya menjadi taruhan, apa yang sebaiknya ia lakukan?
Ulasan:
Karena belum juga dapet giliran baca buku Dilan, akhirnya baca buku ini dulu. Toh setting-nya sama, tahun 90-an. Walaupun udah lama nonton film-nya, ditonton ulang pun kayaknya saya nggak bakal bosen. Nostalgic banget soalnya. Sampai hafal adegan dan dialognya.Buku ini juga sukses bikin baper. Bukan karena puisi-puisi Rangga sih, tapi karena ceritanya yang Indonesia banget bikin saya homesick. Rasanya beda dengan teenlit pada jaman itu yang biasanya suka mengacu ke budaya 'barat'.
Saya jadi mengerti kenapa Cinta yang menyukai sastra Indonesia dan puisi jadi menyukai Rangga karena memiliki ketertarikan yang sama. Pada jaman itu, kalau nggak update sama hal-hal yang hits, seperti boyband dan gosip artis luar negeri, bakal dianggap ketinggalan jaman. Anak-anak seperti Cinta atau Rangga bakal dianggap 'sok' nyastra dan aneh. Tapi ada rasa yang aneh dan nyeleneh walaupun tipenya nyeleneh yang baik, kalau Cinta ternyata populer dan nggak dianggap aneh kalau nyastra. Hehehee...
Padahal, jaman itu saya nggak paham dengan maksud puisi-puisi Rangga walaupun hafal. Hahahaa... Tapi dengan membaca buku ini, setidaknya saya memiliki gambaran. Saya memang orangnya lemot, susah peka, dan nggak romantis. Kayak Milly. Hahahaa..
Ada beberapa hal yang mengganjal karena ada dialog yang nggak persis sama di film. Misalnya puisi Rangga sepertinya ada kata yang letaknya tertukar, urutan kejadian yang sedikit berbeda dengan filmnya, dan beberapa dialog yang juga kadang berbeda.
Tapi ada juga hal-hal yang nggak ada di film. Misalnya surat dari Cinta yang bikin Rangga marah. Penasaran kan? Lalu pas adegan Rangga nggak sengaja lihat Cinta semobil dengan Borne. Tahu nggak, apa yang Rangga pikir? Silakan dibaca kalau penasaran.
Keseluruhan oke, ditulis dengan mengalir dan tidak bertele-tele. Sepanjang membaca, saya terbayang adegan filmnya. Ceritanya oke pada jamannya, dan sampai sekarang pun saya masih menikmatinya.
Saya malah dibuat baper dengan pidato Pak Taufik, kepala sekolah di sekolah Cinta dan Rangga:
"Indonesia yang bersatu, jangan sampai cuma jadi masa lalu. Indonesia yang berbudi luhur, jangan sampai tercemar dan hancur. Indonesia yang berbahasa indah, jangan sampai kelak mencari-cari keindahan bahasanya di perpustakaan-perpustakaan di Leiden dan Harvard. ... kita memiliki satu kekayaan yang tak ternilai harganya, yaitu Bahasa Indonesia."
Mungkin kalau saya nggak di sini, kata-kata itu nggak bakal bikin saya sebaper ini...
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar