[Book Review] The Girl with the Dragon Tattoo (Millenium #1) oleh Stieg Larsson

The Girl with the Dragon TattooThe Girl with the Dragon Tattoo (Millenium #1) by Stieg Larsson
Translator: Nurul Agustina
Audiobook oleh Storytel
Narator: Fitra Hartono
Edisi terjemahan Bahasa Indonesia
My rating: 4 of 5 stars

Blurb:

Harriet Vanger, putri salah satu keluarga paling berpengaruh di Swedia, hilang 40 tahun yang lalu. Kasusnya tak terpecahkan. Tak ada mayat. Tak ada saksi. Tak ada bukti. Semua petunjuk mengarah ke jalan buntu. 

Henrik Vanger, sang paman, yakin keponakannya itu dibunuh dan pelakunya adalah salah seorang anggota keluarga Vanger. Ia menyewa Mikael Blomkvist, seorang jurnalis investigatif sekaligus pemilik majalah Millenium, untuk menyelidiki kasus Harriet. 

Dalam investigasinya, Blomkvist mendapat bantuan dari Lisbeth Salander, gadis punk asosial yang jenius dan memiliki memori fotografis dan keahlian hacking. 

Mereka menemukan kaitan antara hilangnya Harriet dengan sejumlah kasus pembunuhan berantai yang tak terpecahkan. Berdua mereka berupaya menguak rahasia kelam keluarga Vanger yang hampir membuat nyawa Blomkvist hilang. 

Trigger warning explicit description of sexual assault
Peringatan deskripsi eksplisit tentang kekerasan seksual

Review: 

Akhirnya sembuh dari slump yang sudah menghantui selama setahun ini. 

Buku ini adalah buku pertama dalam versi audio yang kuselesaikan. Sedangkan buku versi audio pertama yang "kubaca" adalah Harry Potter and the Philosopher's Stone yang dibacakan oleh aktor dan aktris franchise Harry Potter secara keroyokan dalam event yang diselenggarakan oleh Pottermore. Sayangnya, belum sempat kuselesaikan, buku audio ini hilang dari peredaran. Sepertinya memang buku tersebut hanya disediakan selama event yang terbatas jangka waktunya. 

Ketika mendengarkan dua bab pertama buku ini, rasanya aku seperti pernah membacanya dalam versi Bahasa Inggrisnya. Tapi saat itu aku merasa tidak mampu menyelesaikannya karena jemu dengan topik panjang tentang ekonomi, birokrasi, dan skandal. Kupikir skandalnya bakalan seru, tapi ternyata baru terkuak di akhir cerita. 

Ada beberapa alur cerita yang berjalan bersamaan dari beberapa karakternya. Membacanya memang diperlukan kesabaran, tapi untungnya "membaca" versi audio bisa "disambi" melakukan hal lain sehingga bisa melatih kemampuan multitasking.. hahahaa.. Tapi aku paham mengapa diperlukan banyak deskripsi panjang terutama mengenai karakter-karakternya karena buku ini adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Karena itulah karakternya harus tergambar jelas sehingga pembaca bisa mengingatnya sampai buku terakhir. 

Dari semua karakter yang diceritakan, tidak ada satupun yang kusukai. Si Jurnalis, Blomkvist, menurutku terlalu idealis dan klise. Si Penyelidik, Salander, juga tidak kusukai karena menurutku terlalu "sempurna" dan seperti robot, padahal biasanya aku menyukai karakter jenius teknologi dan hacker. Kombinasi kedua karakter tersebut jadi terasa overpower, dan membuat kasus orang hilang yang belum terpecahkan selama 40 tahun itu menjadi tidak terlalu mustahil untuk dipecahkan. Oiya, faktor keberuntungan juga banyak berperan di sini. 

Sebetulnya aku akan lebih menyukai karakternya kalau relasi antara Blomkvist dan Salander adalah relasi profesional berdasarkan pekerjaan masing-masing. Karakter yang bertolak-belakang di antara keduanya namun harus bekerja sama satu sama lain untuk memecahkan misteri sudah cukup menarik, tanpa harus dibumbui drama. Tapi penulisnya memang memilih untuk menuliskan berbagai adegan dramatis di dalamnya. 

Trus, kok bisa lanjut terus mendengarkan kalau bab awalnya menjemukan dan karakternya sulit disukai? Tak lain tak bukan adalah naratornya yang luar biasa. Sungguh, kalau bukan karena naratornya, aku tidak mungkin bisa menyelesaikan buku ini secepat ini. Intonasinya jelas dan enak didengar. Warna suaranya juga sengaja diubah ketika membacakan dialog dari karakter yang berbeda sehingga mudah diidentifikasi. 

Ceritanya sendiri sebetulnya menarik, terutama untuk idenya. Persoalan yang dibahas memang sengaja dibuat berlapis, sehingga terkesan sangat pelik. Memang betul-betul pelik sih, tak bisa ditebak arahnya ke mana, walaupun ada sedikit tebakanku yang benar mengenai kasus orang hilang tersebut. Bagi yang tidak menyukai kekerasan, mungkin perlu diperhatikan karena terdapat cukup banyak deskripsi eksplisit mengenai kekerasan, terutama kekerasan seksual. 

Tone atau "warna" keseluruhan cerita ini juga berkesan sangat maskulin. Judulnya yang berbahasa Inggris, walaupun terkesan menarik, menurutku agak misleading dan hanya menggambarkan "sedikit" inti ceritanya yang membuatku agak heran karena rasanya tidak cocok. Judul aslinya dalam Bahasa Swedia menurutku sangat cocok dengan isinya, walaupun kalau diterjemahkan dalam Bahasa Inggris mungkin jadi tidak menarik. Cerita yang penuh kejutan ini menjadi lebih istimewa karena terjemahan Bahasa Indonesianya yang sangat baik dan naratornya yang luar biasa. 



Tentang Penulis:


Stieg Larsson
 (born as Karl Stig-Erland Larsson) was a Swedish journalist and writer who passed away in 2004.

As a journalist and editor of the magazine Expo , Larsson was active in documenting and exposing Swedish extreme right and racist organisations. When he died at the age of 50, Larsson left three unpublished thrillers and unfinished manuscripts for more. The first three books ( The Girl With the Dragon Tattoo The Girl Who Played With Fire and The Girl Who Kicked the Hornets' Nest ) have since been printed as the Millenium series. These books are all bestsellers in Sweden and in several other countries, including the United States and Canada.

Witnessed a rape when he was 15, and was helpless to stop it. This event haunted him for the rest of his life. The girl being raped was named Lisbeth, which he later used as the name of the heroine on his Millenium trilogy. Sexual violence against women is also a recurring theme in his work.

Personal quote:
To exact revenge for yourself or your friends is not only a right, it's an absolute duty.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar