Format: 320 pages, Paperback
Terbit: March 1, 2010 oleh Gramedia Pustaka Utama
Pertama kali terbit: August 1, 1911
Penerjemah: Barokah Ruziati
Ilustrator: Ratu Lakhsmita Indira
Audiobook by Storytel dibacakan oleh Siska Tola (Bahasa Indonesia, 7 jam) dan Michael Ward (Bahasa Inggris, 8 jam)
My rating: 5 of 5 stars
★★★★★
Audiobook Bahasa Inggrisnya dibacakan sama British dan aku kesulitan memahaminya ðŸ˜
Harus baca ulang versi terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sih ini.
Update 2/09/2022
Pertama kali aku baca buku ini adalah versi terjemahannya waktu SMA pinjam di perpus. Tapi sampai waktunya dikembalikan, aku belum juga selesai membacanya, jadi waktu kuliah aku mencoba baca ulang versi aslinya yang berbahasa Inggris dalam format ebook. Karena ini adalah buku klasik, versi aslinya sudah menjadi public domain jadi mudah diakses melalui Guttenberg. Sayangnya lagi, aku juga tidak bisa dengan cepat membacanya jadi tidak juga selesai. Hahahaa...
Sebetulnya kalau aku tidak mengetahui ceritanya, mungkin aku akan bisa cepat membacanya karena setelah dibaca ulang lagi sekarang, ceritanya sangatlah menarik. Yah, pengalaman pertamaku dengan cerita ini bukan dari membaca bukunya, tapi dari filmnya.
Dulu sewaktu aku masih SD, film ini pernah diputar di televisi dan kebetulan sekali aku menontonnya. Lengkap, dari awal sampai akhir. Tapi karena saat itu aku masih SD, aku tidak telalu memahami ceritanya. Aku hanya mengetahui bahwa cerita ini adalah tentang persahabatan aneh 4 orang, seorang anak perempuan yatim piatu, dua bocah lelaki yang sangat berbeda karena yang satunya sehat dan periang sedangkan satunya lagi penyakitan, serta seorang tukang kebun tua yang pemarah. Padahal setelah membacanya, banyak hal yang ternyata membuat cerita ini lebih dari yang kubayangkan dulu.
Dalam film, aku mengingat banyak sekali adegan, dan yang berkesan dari awal sampai akhir di antaranya adalah:
Saking banyaknya detail yang kuingat, tentu hal ini menjadi spoiler ketika aku tidak bisa membacanya secepat pace filmnya yang hanya berdurasi 2 jam. Untungnya, ada audiobook yang bisa kupercepat kecepatan baca penuturnya dan aku bisa mendengarkan sambil melakukan hal lain, sehingga bisa menyelesaikan bacaan ini (akhirnya!). Dan setelah selesai membacanya, bacaan ini memberikan kesan yang berbeda dari ketika aku menonton film dan mengetahui ceritanya sewaktu aku masih kecil dulu.
Dulu aku merasa sedikit iri pada Mary karena dia memiliki kebebasan penuh untuk bermain. Rasanya dulu waktu SD aku tidak bisa bermain sebebas Mary karena ada PR lah, pramuka lah, tugas kelompok lah, dan lain-lain, sampai terlalu lelah untuk bermain. Sekarang kalau dipikir-pikir aku kasihan pada Mary karena sudah tidak punya keluarga dan orang-orang dewasa di tempat ia tinggal tidak mempedulikannya, kecuali Martha. Dulu aku menganggap Martha bodoh, tapi dia baik.
Tokoh antagonisnya menurutku dulu adalah Mrs. Medlock karena sangat galak kepada Mary dan Colin (dialah yang memberikan instruksi untuk mencemplungkan Colin ke dalam bak es sewaktu dia demam!), tapi sekarang menurutku yang sangat jahat adalah Paman Craven. Dulu aku mengira Colin hantu, tapi aku sangat kasihan pada Colin. Aku dulu juga mengasihani Pak Tua Ben yang selalu sendirian. Makanya aku memahami bagaimana keempat orang aneh itu malah jadi berteman.
Sewaktu dulu aku menonton filmnya, cerita ini memberi kesan kalau anak-anak itu bisa sangat kuat dan lebih cerdas dari yang orang dewasa kira. Mereka bisa melalui berbagai kesulitan dan akhirnya berhasil dan berbahagia. Kalau diringkas menjadi satu kata, mungkin wholesome adalah kata yang cukup sesuai. Selain itu juga the innocence of the main characters is cute. Tapi sekarang, aku mengetahui kalau sebetulnya cerita ini memiliki problem berlapis yang cukup gelap dan awalnya dimulai semenjak dahulu kala.
Menurutku, Paman Craven adalah orang yang amat sangat kejam, walaupun tidak secara eksplisit diceritakan demikian dalam buku. Berbagai isu pelik dalam kisah ini bermula dari dia. Abandonment, yang kemudian membesar menjadi silent abuse, dan bahkan pre-mediated murder! Orang-orang dewasa di sini sangat toxic!
★★★★★
Blurb:
Setelah kematian orangtuanya, Mary Lennox si gadis manja dan pemarah datang dari India untuk tinggal di rumah pamannya, Mr. Archibald Craven. Dia merasa kesepian di rumah besar dan sunyi itu. Namun suatu hari dia menemukan jalan menuju taman rahasia yang sudah bertahun-tahun dikunci. Dengan bantuan Dickon, anak lelaki yang bisa "berbicara" dengan binatang, dia menghidupkan kembali taman itu dan membuatnya indah. Kegiatan mengurus taman perlahan-lahan membuat sifat Mary berubah, dan pada akhirnya bukan hanya Mary yang menjadi bahagia karena taman rahasia itu...
Ulasan:
★★★☆☆
Audiobook Bahasa Inggrisnya dibacakan sama British dan aku kesulitan memahaminya ðŸ˜
Harus baca ulang versi terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sih ini.
Update 2/09/2022
Pertama kali aku baca buku ini adalah versi terjemahannya waktu SMA pinjam di perpus. Tapi sampai waktunya dikembalikan, aku belum juga selesai membacanya, jadi waktu kuliah aku mencoba baca ulang versi aslinya yang berbahasa Inggris dalam format ebook. Karena ini adalah buku klasik, versi aslinya sudah menjadi public domain jadi mudah diakses melalui Guttenberg. Sayangnya lagi, aku juga tidak bisa dengan cepat membacanya jadi tidak juga selesai. Hahahaa...
Sebetulnya kalau aku tidak mengetahui ceritanya, mungkin aku akan bisa cepat membacanya karena setelah dibaca ulang lagi sekarang, ceritanya sangatlah menarik. Yah, pengalaman pertamaku dengan cerita ini bukan dari membaca bukunya, tapi dari filmnya.
Dulu sewaktu aku masih SD, film ini pernah diputar di televisi dan kebetulan sekali aku menontonnya. Lengkap, dari awal sampai akhir. Tapi karena saat itu aku masih SD, aku tidak telalu memahami ceritanya. Aku hanya mengetahui bahwa cerita ini adalah tentang persahabatan aneh 4 orang, seorang anak perempuan yatim piatu, dua bocah lelaki yang sangat berbeda karena yang satunya sehat dan periang sedangkan satunya lagi penyakitan, serta seorang tukang kebun tua yang pemarah. Padahal setelah membacanya, banyak hal yang ternyata membuat cerita ini lebih dari yang kubayangkan dulu.
Dalam film, aku mengingat banyak sekali adegan, dan yang berkesan dari awal sampai akhir di antaranya adalah:
- Pertemuan Mary dengan si Pak Tua Ben,
- Penemuan Taman Rahasia,
- Pertemuan Mary dengan si anak alam Dickon,
- Pertemuan Mary dengan si bocah penyakitan Colin,
- Colin cemburu pada Dickon karena Mary
- Treatment penyembuhan Colin (yang bagiku saat itu sangat aneh karena Colin yang demam dimasukkan ke dalam bak mandi berisi es! Orang-orang dewasa itu gila, pikirku saat itu. Tapi adegan ini tidak ada dalam bukunya)
- Ending yang sangat epic (aku menangis terharu sewaktu menontonnya)
Saking banyaknya detail yang kuingat, tentu hal ini menjadi spoiler ketika aku tidak bisa membacanya secepat pace filmnya yang hanya berdurasi 2 jam. Untungnya, ada audiobook yang bisa kupercepat kecepatan baca penuturnya dan aku bisa mendengarkan sambil melakukan hal lain, sehingga bisa menyelesaikan bacaan ini (akhirnya!). Dan setelah selesai membacanya, bacaan ini memberikan kesan yang berbeda dari ketika aku menonton film dan mengetahui ceritanya sewaktu aku masih kecil dulu.
Dulu aku merasa sedikit iri pada Mary karena dia memiliki kebebasan penuh untuk bermain. Rasanya dulu waktu SD aku tidak bisa bermain sebebas Mary karena ada PR lah, pramuka lah, tugas kelompok lah, dan lain-lain, sampai terlalu lelah untuk bermain. Sekarang kalau dipikir-pikir aku kasihan pada Mary karena sudah tidak punya keluarga dan orang-orang dewasa di tempat ia tinggal tidak mempedulikannya, kecuali Martha. Dulu aku menganggap Martha bodoh, tapi dia baik.
Tokoh antagonisnya menurutku dulu adalah Mrs. Medlock karena sangat galak kepada Mary dan Colin (dialah yang memberikan instruksi untuk mencemplungkan Colin ke dalam bak es sewaktu dia demam!), tapi sekarang menurutku yang sangat jahat adalah Paman Craven. Dulu aku mengira Colin hantu, tapi aku sangat kasihan pada Colin. Aku dulu juga mengasihani Pak Tua Ben yang selalu sendirian. Makanya aku memahami bagaimana keempat orang aneh itu malah jadi berteman.
Sewaktu dulu aku menonton filmnya, cerita ini memberi kesan kalau anak-anak itu bisa sangat kuat dan lebih cerdas dari yang orang dewasa kira. Mereka bisa melalui berbagai kesulitan dan akhirnya berhasil dan berbahagia. Kalau diringkas menjadi satu kata, mungkin wholesome adalah kata yang cukup sesuai. Selain itu juga the innocence of the main characters is cute. Tapi sekarang, aku mengetahui kalau sebetulnya cerita ini memiliki problem berlapis yang cukup gelap dan awalnya dimulai semenjak dahulu kala.
Menurutku, Paman Craven adalah orang yang amat sangat kejam, walaupun tidak secara eksplisit diceritakan demikian dalam buku. Berbagai isu pelik dalam kisah ini bermula dari dia. Abandonment, yang kemudian membesar menjadi silent abuse, dan bahkan pre-mediated murder! Orang-orang dewasa di sini sangat toxic!
Hal yang paling membuatku kesal adalah bahwa Paman Craven
tidak mendapatkan "hukuman" yang setimpal atas apa yang dia lakukan. Para orang
dewasa lain malah terkesan memaklumi. Sangat menyebalkan. Tapi bisa jadi juga
karena Paman Craven itu bangsawan atau keturunan ningrat kali ya, jadi
orang-orang dewasa lain di kisah ini yang kebanyakan adalah para pekerja rumah
tangga, tidak ada yang berani membantah. Huh, tetap saja, hal ini sangat
menyebalkan bagiku.
Tapi yah, namanya juga kisah klasik, mungkin jaman dulu hal ini bukan "kejahatan". Malah bisa jadi, orang-orang pada jaman itu tidak memiliki pengetahuan untuk menghadapi gangguan mental atau peduli pada kesehatan jiwa, terutama pada anak-anak. Walaupun cerita ini adalah cerita anak-anak, aku mendapat kesan kalau cerita ini mengandung unsur sastra yang cukup kental. Hal inilah yang membuatnya unik. Aku merasa penggambaran berbagai hal dalam kisah ini mengandung banyak arti yang berbeda, tergantung pemahaman si pembaca. Jadi, menurutku kisah ini bukanlah kisah yang straightforward. Seperti dongeng.
Audiobook versi Bahasa Inggrisnya sulit sekali kupahami, karena aku tidak terbiasa dengan cara membaca si penuturnya yang sepertinya orang Inggris asli. Atau mungkin malah dari Yorkshire. Dalam cerita, orang Yorkshire memiliki logat khas yang seringkali sulit dipahami, bahkan oleh penutur asli Bahasa Inggris. Tapi dalam pembacaannya, si penutur menyanyi di bagian nyanyian! Karena itulah aku juga jadi tahu lagu yang menjadi ejekan Mary, yang sebetulnya merupakan lagu anak-anak (nursery rhymes): Mary, Mary quite contrary, how does your garden grow? Sangat cocok dengan judul dan isi ceritanya.
Singkat kata: anak-anak adalah makhluk luar biasa.
View all my reviews
Tapi yah, namanya juga kisah klasik, mungkin jaman dulu hal ini bukan "kejahatan". Malah bisa jadi, orang-orang pada jaman itu tidak memiliki pengetahuan untuk menghadapi gangguan mental atau peduli pada kesehatan jiwa, terutama pada anak-anak. Walaupun cerita ini adalah cerita anak-anak, aku mendapat kesan kalau cerita ini mengandung unsur sastra yang cukup kental. Hal inilah yang membuatnya unik. Aku merasa penggambaran berbagai hal dalam kisah ini mengandung banyak arti yang berbeda, tergantung pemahaman si pembaca. Jadi, menurutku kisah ini bukanlah kisah yang straightforward. Seperti dongeng.
Audiobook versi Bahasa Inggrisnya sulit sekali kupahami, karena aku tidak terbiasa dengan cara membaca si penuturnya yang sepertinya orang Inggris asli. Atau mungkin malah dari Yorkshire. Dalam cerita, orang Yorkshire memiliki logat khas yang seringkali sulit dipahami, bahkan oleh penutur asli Bahasa Inggris. Tapi dalam pembacaannya, si penutur menyanyi di bagian nyanyian! Karena itulah aku juga jadi tahu lagu yang menjadi ejekan Mary, yang sebetulnya merupakan lagu anak-anak (nursery rhymes): Mary, Mary quite contrary, how does your garden grow? Sangat cocok dengan judul dan isi ceritanya.
Singkat kata: anak-anak adalah makhluk luar biasa.
View all my reviews
Tentang Penulis:
Frances Hodgson Burnett
Born
in Cheetham Hill, Manchester, England, The United Kingdom November 24, 1849
Died
October 29, 1924
Genre
Frances Eliza Hodgson was the daughter of ironmonger Edwin Hodgson, who died three years after her birth, and his wife Eliza Boond. She was educated at The Select Seminary for Young Ladies and Gentleman until the age of fifteen, at which point the family ironmongery, then being run by her mother, failed, and the family emigrated to Knoxville, Tennessee. Here Hodgson began to write, in order to supplement the family income, assuming full responsibility for the family upon the death of her mother, in 1870. In 1872 she married Dr. Swan Burnett, with whom she had two sons, Lionel and Vivian. The marriage was dissolved in 1898. In 1900 Burnett married actor Stephen Townsend until 1902 when they got divorced. Following her great success as a novelist, playwright, and children's author, Burnett maintained homes in both England and America, traveling back and forth quite frequently. She died in her Long Island, New York home, in 1924.
Primarily remembered today for her trio of classic children's novels - Little Lord Fauntleroy (1886), A Little Princess (1905), and The Secret Garden (1911) - Burnett was also a popular adult novelist, in her own day, publishing romantic stories such as The Making of a Marchioness (1901) for older readers.
Primarily remembered today for her trio of classic children's novels - Little Lord Fauntleroy (1886), A Little Princess (1905), and The Secret Garden (1911) - Burnett was also a popular adult novelist, in her own day, publishing romantic stories such as The Making of a Marchioness (1901) for older readers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar