[Book Review] Pembunuhan di Orient Express oleh Agatha Christie

Murder on the Orient Express: Pembunuhan di Orient Express
Murder on the Orient Express: Pembunuhan di Orient Express by Agatha Christie
Paperback, Cetak Ulang Cover Film, 287 pages
Published October 2nd 2017 by Gramedia Pustaka Utama (first published 1934)

Blurb:

Tepat setelah tengah malam, gumpalan salju menghentikan kereta Orient Express. Padahal saat itu kereta mewah tersebut sangat dipadati penumpang. Tetapi, begitu pagi tiba, mereka kekurangan satu penumpang. Dia tewas di dalam kompartemen, dengan belasan luka tusuk, dan pintunya terkunci dari dalam. Sebagai salah satu penumpang, Poirot berlomba dengan waktu untuk menemukan pelaku pembunuhan itu.


My rating: 5 of 5 stars
★★★★★

Ulasan:

Pelaku dan akhir cerita kasus ini sama sekali tidak terduga. Kasus ini memiliki akhir cerita yang berbeda dengan kasus Hercule Poirot lain yang pernah kubaca. Nilainya beberapa tingkat lebih tinggi daripada Pembunuhan di Sungai Nil (Death on the Nile). Sepertinya sampai saat ini akhir cerita yang serupa dengan kasus ini belum pernah kutemukan di cerita yang ditulis oleh Agatha Christie yang lain, atau bahkan kisah misteri lainnya.

Sebetulnya sudah lama sekali ingin membaca buku ini, tapi sulit sekali menemukannya di toko buku. Ternyata kasus ini dicetak dalam edisi khusus yang dibendel dengan kasus lain. Apalagi ketika ternyata kasus ini difilmkan, rasanya membaca buku ini seperti sebuah kebutuhan sebelum terpapar oleh spoiler filmnya. Untungnya, aku bisa membaca buku ini sebelum menonton filmnya. Rasanya sangat memuaskan.

Hercule Poirot menempuh perjalanan jauh dengan kereta yang di dalamnya terjadi sebuah pembunuhan. Petunjuk bertebaran di mana-mana, tapi Poirot harus memilah, mana petunjuk sungguhan dan mana petunjuk setting-an. Para penumpang menjadi tersangka yang harus diwawancara satu per satu. Poirot menanyakan satu hal penting kepada tiap-tiap tersangka, yaitu: kasus yang terjadi di masa silam, tentang kisah pilu sebuah keluarga harmonis yang berakhir tragis. Seluruh tersangka memperlihatkan gelagat yang berbeda-beda ketika mendengarnya.

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, akhir kisah ini adalah nilai lebih buku ini. Sangat tidak terduga dan tidak biasa. Aku sama sekali tidak bisa menebak pelakunya. Sangat pantas untuk mendapatkan nilai maksimal.

Aku sudah membaca buku dan menonton filmnya. Menurutku, keduanya sama-sama bagus. Filmnya menangkap dengan baik penceritaan di bukunya dan digambarkan dengan apik. Hanya bagian awal filmnya yang agak-agak misleading. Penceritaan akhir kisahnya dibuat dramatis tapi menyentuh. Ditambah dengan detail desain keretanya yang cantik, filmnya sangat memanjakan mata. Baca bukunya dan tonton filmnya. Keduanya bagus. Aku tim baca bukunya dulu sebelum nonton filmnya karena aku tak suka spoiler.

View all my reviews

About the Author:

Agatha Christie
Agatha Mary Clarissa Miller was born in Torquay, Devon, England, U.K., as the youngest of three. The Millers had two other children: Margaret Frary Miller (1879–1950), called Madge, who was eleven years Agatha's senior, and Louis Montant Miller (1880–1929), called Monty, ten years older than Agatha.

Agatha Christie also wrote romance novels under the pseudonym Mary Westmacott, and was occasionally published under the name Agatha Christie Mallowan.

To honour her many literary works, she was appointed Commander of the Order of the British Empire in the 1956 New Year Honours. The next year, she became the President of the Detection Club. In the 1971 New Year Honours she was promoted Dame Commander of the Order of the British Empire, three years after her husband had been knighted for his archaeological work in 1968.

http://us.macmillan.com/author/agatha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar