Appointment with Death - Perjanjian Dengan Maut by Agatha Christie
Alih bahasa: Indri K. Hidayat
Alih bahasa: Indri K. Hidayat
Paperback, 272 pages
Published 2007 by Gramedia Pustaka Utama(first published May 2nd 1938)
Published 2007 by Gramedia Pustaka Utama
Blurb:
Mengenal Mrs. Boynton sama saja dengan membencinya. Impian cinta seorang pemuda telah dihancurkannya menjadi mimpi buruk dan kepedihan... Seorang gadis cantik jelita dibuatnya hampir gila... Dua kakak-beradik belia dikurungnya dalam jerat mengerikan. Tak puas-puasnya ia memenuhi nafsunya untuk membinasakan. Kini Mrs. Boynton telah tiada. Belum pernah Hercule Poirot merasakan simpati semacam itu terhadap seorang pembunuh. Dan belum pernah pula ia dibuat sebingung dalam kasus ini... Setiap orang mencurigakan, sementara setiap geraknya dibayangi cemooh licik si penjahat...
★★★☆☆
Ulasan:
Ini sebetulnya baca ulang, karena sudah pernah dibaca sebelumnya. Belum di-review, tapi sudah agak lupa ceritanya, jadi harus baca ulang.
Hal yang menarik dari kasus Hercule Poirot yang ini adalah: ada salah satu tokoh yang menyinggung kasus tentang Pembunuhan di Orient Ekspres (Murder on the Orient Express) langsung kepada Hercule Poirot. Sang detektif diminta agar ia melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan dalam kasus di Orient Express, tapi Poirot menolak. Ia berpendapat kalau kasus ini tidak sama dengan kejadian di Orient Express. Cerita ini kubaca sebelum aku membaca Pembunuhan di Orient Ekspres, jadi pada waktu itu aku mendapat kesan kalau kasus Pembunuhan di Orient Ekspres pastilah sangat menarik, sampai-sampai banyak orang sudah mendengar tentangnya. Akan tetapi, setelah aku membaca Pembunuhan di Orient Ekspress, aku sependapat dengan Hercule Poirot. Kedua kasus tersebut berbeda.
Korban di kasus ini adalah orang yang tidak disukai oleh semua orang. Terutama oleh keluarganya sendiri. Mungkin hal ini hampir sama dengan kasus di Orient Ekspres, tapi percayalah, kedua kasus ini sangat berbeda. Hal yang membedakan adalah pelakunya.
Sangat sulit untuk menebak pelakunya karena semua orang memiliki motif untuk melakukannya. Sejak awal, sudah diketahui bahwa para tersangka (yang kebanyakan adalah kerabat dekat korban) mengenal korban (tentu saja). Semua tersangka memiliki motif. Jadi, kebanyakan pembaca pasti berpikir bahwa pembunuhnya ada di antara kerabat dekat korban, kan? Iya, kan?
Silakan coba cermati sendiri. Aku sendiri sebetulnya tidak berhasil menebak dengan benar. Petunjuknya amat sangat samar. Kemungkinan untuk menebak dengan benar sangat kecil, kecuali kalau kalian adalah pembaca yang super teliti. Plot twist-nya adalah tebakan pelaku yang keliru, karena pelakunya adalah orang yang sangat tidak terduga.
View all my reviews
Agatha Mary Clarissa Miller was born in Torquay, Devon, England, U.K., as the youngest of three. The Millers had two other children: Margaret Frary Miller (1879–1950), called Madge, who was eleven years Agatha's senior, and Louis Montant Miller (1880–1929), called Monty, ten years older than Agatha.
Agatha Christie also wrote romance novels under the pseudonym Mary Westmacott, and was occasionally published under the name Agatha Christie Mallowan.
To honour her many literary works, she was appointed Commander of the Order of the British Empire in the 1956 New Year Honours. The next year, she became the President of the Detection Club. In the 1971 New Year Honours she was promoted Dame Commander of the Order of the British Empire, three years after her husband had been knighted for his archaeological work in 1968.
http://us.macmillan.com/author/agatha
Hal yang menarik dari kasus Hercule Poirot yang ini adalah: ada salah satu tokoh yang menyinggung kasus tentang Pembunuhan di Orient Ekspres (Murder on the Orient Express) langsung kepada Hercule Poirot. Sang detektif diminta agar ia melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan dalam kasus di Orient Express, tapi Poirot menolak. Ia berpendapat kalau kasus ini tidak sama dengan kejadian di Orient Express. Cerita ini kubaca sebelum aku membaca Pembunuhan di Orient Ekspres, jadi pada waktu itu aku mendapat kesan kalau kasus Pembunuhan di Orient Ekspres pastilah sangat menarik, sampai-sampai banyak orang sudah mendengar tentangnya. Akan tetapi, setelah aku membaca Pembunuhan di Orient Ekspress, aku sependapat dengan Hercule Poirot. Kedua kasus tersebut berbeda.
Korban di kasus ini adalah orang yang tidak disukai oleh semua orang. Terutama oleh keluarganya sendiri. Mungkin hal ini hampir sama dengan kasus di Orient Ekspres, tapi percayalah, kedua kasus ini sangat berbeda. Hal yang membedakan adalah pelakunya.
Sangat sulit untuk menebak pelakunya karena semua orang memiliki motif untuk melakukannya. Sejak awal, sudah diketahui bahwa para tersangka (yang kebanyakan adalah kerabat dekat korban) mengenal korban (tentu saja). Semua tersangka memiliki motif. Jadi, kebanyakan pembaca pasti berpikir bahwa pembunuhnya ada di antara kerabat dekat korban, kan? Iya, kan?
Silakan coba cermati sendiri. Aku sendiri sebetulnya tidak berhasil menebak dengan benar. Petunjuknya amat sangat samar. Kemungkinan untuk menebak dengan benar sangat kecil, kecuali kalau kalian adalah pembaca yang super teliti. Plot twist-nya adalah tebakan pelaku yang keliru, karena pelakunya adalah orang yang sangat tidak terduga.
View all my reviews
About the Author:
Agatha Christie
|
Agatha Christie also wrote romance novels under the pseudonym Mary Westmacott, and was occasionally published under the name Agatha Christie Mallowan.
To honour her many literary works, she was appointed Commander of the Order of the British Empire in the 1956 New Year Honours. The next year, she became the President of the Detection Club. In the 1971 New Year Honours she was promoted Dame Commander of the Order of the British Empire, three years after her husband had been knighted for his archaeological work in 1968.
http://us.macmillan.com/author/agatha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar