[Book Review] Career of Evil - Titian Kejahatan (Cormoran Strike #3) oleh Robert Galbraith

Career of Evil - Titian Kejahatan (Cormoran Strike, #3)
Career of Evil - Titian Kejahatan (Cormoran Strike #3) by Robert Galbraith
Translator: Siska Yuanita
Paperback552 pages
Published April 4th 2016 by Gramedia Pustaka Utama
(first published October 20th 2015)

Blurb:

Sebuah paket misterius dikirim kepada Robin Ellacott, dan betapa terkejutnya dia ketika menemukan potongan tungkai wanita di dalamnya.

Atasan Robin, detektif partikelir Cormoran Strike, mencurigai empat orang dari masa lalunya yang mungkin bertanggung jawab atas kiriman mengerikan itu—empat orang yang sanggup melakukan tindakan brutal.

Tatkala polisi mengejar satu tersangka pelaku yang menurut Strike justru paling kecil kemungkinannya, dia dan Robin melakukan penyelidikan sendiri dan terjun ke dunia kelam tempat ketiga tersangka yang lain berada. Namun, waktu kian memburu mereka, sementara si pembunuh kejam kembali melakukan aksi-aksi yang mengerikan…

Career of Evil adalah kisah misteri yang cerdas dengan pelintiran-pelintiran tak terduga, dan menceritakan bagaimana kedua tokohnya, Cormoran Strike dan Robin Ellacott, berada pada persimpangan penting dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.

My rating:  4 of 5 stars
★★★

Trigger warning : explicit description of murder, mutilation, sexual assaults, and necrophilia
Peringatan : deskripsi eksplisit pembunuhan, mutilasi, kekerasan seksual, dan nekrofilia

Review:

Sulit sekali untuk memulai membaca buku ini lagi setelah berhenti sekian lama. Aku langsung menutup dan melempar buku ini setelah membaca beberapa kalimat di bab pertamanya. Deskripsi mengerikan di kalimat-kalimat itu sampai terbawa dalam mimpi. Setelah mengumpulkan keberanian untuk membacanya lagi pun, aku masih ragu untuk melanjutkannya karena sikap problematik penulisnya dan aku tidak ingin mendukung atau membelanya dengan membaca karyanya. Perlu waktu bagiku untuk menentukan sikap, tapi aku berusaha untuk tidak mengacuhkan penulisnya dan fokus membaca karyanya.

Setelah bab pertamanya membuatku terguncang, aku mencoba untuk membuka bab berikutnya. Ternyata memang pola penulisan di buku ini berbeda dengan buku sebelumnya. Beberapa bab diselingi penceritaan dan sudut pandang si pembunuh. Bab pertamanya yang menjadi kejutan itu adalah salah satunya. Aku membaca ulang bab pertamanya dengan cepat, sambil mengerjap-ngerjapkan mata agar beberapa kata terlewat dengan sengaja. Bukan merupakan cara baca yang baik untuk buku bertema misteri atau detektif, sih, karena pasti aku akan melewatkan petunjuk. Tapi aku lebih mementingkan diriku sendiri. Yah, memang aku ini penakut.

Aku merindukan penyelidikan dan sepak terjang Strike dan Robin. Senang sekali membaca Robin lebih banyak diceritakan di sini. Walaupun aku sudah tahu pola bab mana yang isinya deskripsi pembunuh, aku masih tidak berani membaca buku ini malam hari, dan sebelum tidur. Aku berusaha membaca buku ini pada siang hari dan menghentikan baca begitu hari menggelap walaupun saat itu aku membaca bagian yang sedang seru-serunya. Semenakutkan itulah deskripsi pembunuhannya bagiku. Karena itulah buku ini jadi cukup lama untuk diselesaikan. Aku membaca cepat bagian deskripsi pembunuhnya, tapi bagian lain aku berusaha untuk membacanya dengan teliti dan hati-hati. Aku terkejut sewaktu tebakanku atas pelakunya ternyata benar, walaupun aku tidak bisa menunjukkan bukti dan alasannya.

Tak usah diragukan lagi kalau si pembunuh adalah seorang psikopat. Ia mengirimi Robin tungkai wanita, yang artinya si pembunuh memutilasi korbannya. Tersangkanya ada 4, menurut Strike. Ia dan Robin menyelidiki tiga di antaranya walaupun tanpa bayaran karena publikasi negatif dari kejadian itu membuat bisnis detektifnya seret. Banyak sekali kejadian yang diceritakan dalam buku ini selain dari kasus utamanya. Pernikahan Robin, pertengkaran, penyelidikan kasus-kasus lain, dendam, semuanya tumpah ruah dan njelimet. Aku dibuat sangat jengkel dengan Matthew, tunangan Robin. Tapi aku menyukai hubungan profesional yang inosen dan platonis Strike dan Robin, dan selalu ingin tetap begitu. Kalau tidak, rasanya menyebalkan sekali membiarkan Matthew menang.

Dan akhirnya, seperti kebiasaan para penulis cerita berseri lainnya, penulis selalu meninggalkan bagian akhir yang menggelitik rasa penasaran. Tentu saja agar pembaca selalu menantikan kelanjutan ceritanya. Tapi jangan khawatir, kasusnya selesai kok. Kalau pembaca menyukai cerita detektif dengan akhir dramatis dan tidak keberatan dengan deskripsi gory maka buku ini sangat layak dibaca. Baca semua buku dalam serinya biar nggak bingung. Aku termakan kata-kata akhir buku ini dan menantikan untuk membaca buku selanjutnya. Tapi nggak pada saat ini juga. Selain bukunya belum punya, aku juga ingin mengistirahatkan otakku dari ancaman deskripsi mengerikan cerita-cerita serupa.

Oiya, biasanya dua buku sebelumnya menggunakan judul sebagai petunjuk dalam kasus. Pada buku ini, Carrier of Evil yang diterjemahkan menjadi Titian Kejahatan sepertinya tidak menyembunyikan apapun. Tidak seperti The Cuckoos Calling atau Dekut Burung Kukuk yang bisa menunjukkan titik terang di jalinan kasus kalau pembaca mengetahui sifat asli burung kukuk, atau The Silkworm yang diterjemahkan menjadi Ulat Sutra yang menunjukkan bagaimana korban dibunuh seperti ulat sutra. Mungkin hanya kejadian masa lalu Robin yang terjadi di tangga (titian) atau masa lalu karir Strike yang pernah bersilangan jalan dengan pembunuh? Yang jelas buku ini membuat sarafku tegang.

Eh, lupa mau bilang. Terima kasih banyak untuk teman-teman BBI yang telah membelikan buku ini! Ini adalah buku hadiah arisan ulang tahun BBI Joglosemar 5 tahun yang lalu. Kalau nggak salah. Lupa. Saking lamanya buku ini terpajang di rak. Tapi akhirnya aku bisa mencoret satu tantangan baca tahun ini. Terima kasih, semuanya! Tetap semangat untuk membaca!

View all my reviews


Tentang Penulis:
Robert Galbraith / J.K. Rowling (goodreads)

This is a pseudonym for J.K. Rowling, the author of the Harry Potter series and The Casual Vacancy.

Website: http://www.robert-galbraith.com/ 

Rowling was born to Peter James Rowling, a Rolls-Royce aircraft engineer, and Anne Rowling (née Volant), on 31 July 1965 in Yate, Gloucestershire, England, 10 miles (16 km) northeast of Bristol. Her mother Anne was half-French and half-Scottish. Her parents first met on a train departing from King's Cross Station bound for Arbroath in 1964. They married on 14 March 1965. Her mother's maternal grandfather, Dugald Campbell, was born in Lamlash on the Isle of Arran. Her mother's paternal grandfather, Louis Volant, was awarded the Croix de Guerre for exceptional bravery in defending the village of Courcelles-le-Comte during the First World War.

Rowling has said of her teenage years, in an interview with The New Yorker, "I wasn’t particularly happy. I think it’s a dreadful time of life." She had a difficult homelife; her mother was ill and she had a difficult relationship with her father (she is no longer on speaking terms with him). She attended secondary school at Wyedean School and College, where her mother had worked as a technician in the science department. Rowling said of her adolescence, "Hermione [a bookish, know-it-all Harry Potter character] is loosely based on me. She's a caricature of me when I was eleven, which I'm not particularly proud of." Steve Eddy, who taught Rowling English when she first arrived, remembers her as "not exceptional" but "one of a group of girls who were bright, and quite good at English." Sean Harris, her best friend in the Upper Sixth owned a turquoise Ford Anglia, which she says inspired the one in her books.

(goodreads)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar