
Paperback, Edisi Bahasa Indonesia, 320 pages
Published January 3rd 2013 by Gramedia Pustaka Utama
(first published November
9th 1953)
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆
Blurb:
Janda pria yang terbunuh itu cantik sekali. Menurut penglihatan Jane Marple, tidak akan kurang laki-laki pengagumnya. Itukah sebabnya perempuan itu tersenyum di balik air matanya ataukah uang almarhum suaminya yang membuatnya tersenyum?
Ulasan:
Cerita karya Agatha Christie ini melibatkan Miss Marple. Dan betapa sebalnya aku karena tidak bisa menebak pelaku, motif, dan triknya. Sepertinya dua kali menebak dengan benar membuatku sombong dan tidak teliti. Tapi pelaku kasus ini memang benar-benar licik dan kejam.
My rating: 4 of 5 stars
E-book, English edition, 373 pages
Published October 29th 2013 by Avon (first published May 28th 2013)
Blurb:
He thinks she's an annoying know-it-all...
Hugh Prentice has never had patience for dramatic females, and if Lady Sarah Pleinsworth has ever been acquainted with the words shy or retiring, she's long since tossed them out the window. Besides, a reckless duel has left this brilliant mathematician with a ruined leg, and now he could never court a woman like Sarah, much less dream of marrying her.
She thinks he's just plain mad...
Sarah has never forgiven Hugh for the duel he fought that nearly destroyed her family. But even if she could find a way to forgive him, it wouldn't matter. She doesn't care that his leg is less than perfect, it's his personality she can't abide. But forced to spend a week in close company they discover that first impressions are not always reliable. And when one kiss leads to two, three, and four, the mathematician may lose count, and the lady may, for the first time, find herself speechless ...
Ulasan:
Formula hate jadi love tidak akan pernah basi kalau cara meramunya pas. AADC anyone? Yah, entah bagaimana kisah ini sedikit mengingatkan saya pada kisah Cinta dan Rangga yang terkenal itu.
My rating: 4 of 5 stars
Published September 30th 1999 by Scholastic, Inc. (first published August 30th 1999)
E-book, 192 pages
Blurb:
Dear Reader,
If you have picked up this book with the hope of finding a simple and cheery tale, I'm afraid you have picked up the wrong book altogether. The story may seem cheery at first, when the Baudelaire children spend time in the company of some interesting reptiles and a giddy uncle, but don't be fooled. If you know anything at all about the unlucky Baudelaire children, you already know that even pleasant events lead down the same road to misery.
In fact, within the pages you now hold in your hands, the three siblings endure a car accident, a terrible odor, a deadly serpent, a long knife, a large brass reading lamp, and the appearance of a person they'd hoped never to see again.
I am bound to record these tragic events, but you are free to put this book back on the shelf and seek something lighter.
With all due respect,
Lemony Snicket
Ulasan:
Buku ini lebih bagus daripada buku pertamanya. Akhirnya Baudelaire bersaudara dapat bernafas lega karena sudah terlepas dari Count Olaf. Mereka juga mendapatkan 'guardian' baru.
by Jia Effendie, Moemoe Rizal, Prisca Primasari, Guntur Alam, Eve Shi
My rating: 4 of 5 stars
Published June 7th 2016 by Pastel Books
E-book (iPusnas), 164 pages
Blurb:
Aku mendengar bisik-bisik dari ruang keuangan. Tidak jelas mereka membicarakan apa. Lega karena ternyata masih ada karyawan yang bekerja di lantai ini, aku bermaksud menyapa. Namun, pintu ruangan terkunci.
Tunggu… itu nyanyian. Dan ketika kuintip ke dalam dari balik jendela kaca, seseorang sedang menari di atas salah satu meja. Memunggungiku. Perempuan dengan tangan bergerak lentik seperti penari Bali. Sesekali dia melompat ke setiap meja sambil mendecakkan, “Cah… cah… cah…” Lalu, kepalanya meliuk-liuk cantik, dan rambut panjangnya berayun. Beberapa saat kemudian, dia menoleh...
_________________________
Setelah semua lampu dan komputer dimatikan, semua karyawan pulang, kantor menjadi lebih senyap daripada pekuburan. Tapi tak jarang satu-dua orang memberanikan diri bekerja lembur, menutup telinga dari suara-suara tanpa wujud, mengabaikan bayangan putih yang melintas di sudut mata. Mungkin kau pun pernah mengalaminya.
Ulasan:
Dasar saya memang masokis. Padahal saya hampir setiap hari lembur, pernah juga 'dikerjain' di lab pas hari sudah gelap. Masih saja membaca kisah seram. Habis, kisah seram memang seperti sambal, sih. Pedas, tapi nagih.

Published October 23rd 2017 by Gramedia Pustaka Utama
E-book (iPusnas), 280 pages
Blurb:
Ini bukan kisah Cinderella dan sang pangeran. Ini kisah tentang Cinder-Ana dan artis ganteng yang menyebalkan. Bermula ketika Ana terjebak di lift mal yang ngadat bersama seorang cowok arogan, sok ngatur, dan sok tampan yang ternyata adalah Kent Adrian, artis FTV yang sedang naik daun dan dipuja para remaja. Beberapa minggu kemudian, sekolah Ana terpilih menjadi lokasi shooting acara reality show "Back To School" yang dibintangi oleh Kent.
Karena suatu insiden, Ana terseret masalah dan terpaksa menerima kontrak untuk menjadi asisten Kent selama menjalani shooting. Dan... neraka kehidupan Ana pun dimulai. Ini memang bukan cerita Cinderella bersepatu kaca, karena Cinder-Ana lebih suka mengenakan sneaker. Tapi bagaimana jika artis menyebalkan seganteng pangeran itu diam-diam menyukainya?
My rating: 4 of 5 stars
★ ★ ★ ★ ☆
Ulasan:
Ini baru hiburan berkualitas. Buku ini menjadi buku pertama yang saya baca di tahun 2018. Saya capek dan pusing membaca buku berbahasa Inggris terus. Karena tugas saya yang memang harus membaca banyak manuskrip bahasa Inggris, kemudian jika ingin melepas penat sebentar membaca buku berbahasa Inggris, saya jadi kebingungan. Maka dari itu, saya memilih untuk membaca buku berbahasa Indonesia.About Me

Hani Mahdiyanti
Scientist in Training | Book Blogger
More of me here | Privacy policy | Ratings | My site
Translate
Diberdayakan oleh Blogger.