Judul: Petualangan Si Kembar Tiga
Judul Asli: Muller Hoch Drei
Penulis: Burkhard Spinnen (2009)
Alih Bahasa: Hendarto Setiadi
Desain Sampul: Martin Dima
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012
Paul Muller adalah seorang anak lelaki yang berumur belum genap empat belas tahun. Suatu hari, ia ditinggal oleh orang tuanya. Menurutnya, ia ditelantarkan, walaupun ia masih memiliki rumah di kota serbatanggung di Jerman, Neustadt. Tahu-tahu, ia dikirimi seekor anak anjing oleh orang tuanya dan ia harus bertanggung jawab atas anjing itu. Karena tidak punya uang dan tidak tahu dimana orang tuanya menyimpan uang untuknya, ia memutuskan untuk menemui kerabat terdekatnya -- tantenya, Tante Elke -- untuk meminjam uang, paling tidak sampai ia dapat menemukan uang itu. Tapi, di tengah jalan ia bertemu dengan anak perempuan, yang ternyata adalah saudari kembarnya. Dari cerita anak itu -- yang serba pink dan mengaku bernama Paula -- yang menurutnya sulit dipercaya, Paul akhirnya membiarkan anak itu membuntutinya sampai ke tempat Tante Elke. Tidak disangkanya bahwa ia akan memperoleh cerita yang tidak kalah heboh dari sang tante.
Paul Muller sulit percaya bahwa ternyata cerita Paula benar tentang ia adalah saudari kembarnya dan ternyata dia punya dua saudari kembar. Paula ternyata diadopsi keluarga yang bermasalah sehingga ia kabur dan mencari pertolongan keluarga saudara kembarnya, Paul. Padahal Paul sendiri ditinggalkan keluarganya. Jadi, mereka memutuskan untuk mencari saudari kembar mereka dan mencari pertolongan dari keluarganya.
Mereka berkeliling Jerman untuk menemukan saudari kembar satu lagi, yaitu Pauline. Mereka meminta bantuan seorang 'detektif' yang pernah membantu Paula menemukan Paul, bernama Bruno Hochsmidt yang sebetulnya adalah hacker. Dengan sisa-sisa uang yang ada, mereka melakukan perjalanan, tak lupa dengan mengajak anjing hitam Paul. Beberapa kali mereka kehabisan uang dan harus memutar otak bagaimana agar mereka bisa memperoleh uang. Mereka juga sering menemui kesulitan di tengah jalan dan hanya bisa bergantung dari kreativitas dan akal mereka untuk mengecoh dan mengatasi kesulitan itu.
Ternyata kesulitan itu belum juga usai, bahkan ketika menemui keluarga saudarinya yang ternyata juga berantakan. Mau tak mau, mereka melakukan perjalanan lagi untuk mencari keluarga baru. Mereka mencari sang penolong, 'detektif' gadungan itu dan ketika menemukannya mereka memperoleh ide bagus. Karena satu-satunya kerabat yang bisa mereka percaya hanya Tante Elke dan Bruno memiliki 'obat' pernapasan untuk Tante Elke, mereka mencoba kembali ke Neustadt untuk membujuk Tante Elke menerima mereka dan membentuk keluarga baru dengan mereka bertiga dan Bruno. Berhasilkah mereka menjalin keluarga baru setelah terpisah selama hampir empat belas tahun?
Membaca buku ini merupakan hiburan tersendiri, setelah sekian lama tidak membaca buku yang bisa membuatku benar-benar tertawa. Kisah si kembar tiga Muller sungguh mengocok perut. Gaya bahasa metafora dan ironi walau terkadang sarkastik dikemas dan diterjemahkan dengan lucu. Khayalannya khas anak-anak yang penuh daya khayal. Walaupun banyak hal yang tidak masuk akal dalam kisah ini, seperti kisah sinetron (kata Paul, hahahaa...) tapi perjalanan anak umur empat belas tahun dan seekor anjing mengelilingi Jerman patut disimak. Cerita keluarga broken home juga menarik, dan kita bisa mengetahui harapan dan khayalan anak kembar tiga yang terpisah yang mendambakan keluarga utuh yang normal.
About the Author:
Burkhard Spinnen tumbuh sebagai satu-satunya anak Willy dan Cornelia Spinnen di Moenchengladbach. Setelah lulus dan dinas militer, ia belajar sastra Jerman, jurnalistik dan sosiologi di Universitas Münster di Münster pada tahun 1976. Pada tahun 1984 dinyatakan lulus. Pada tahun 1989 Spinnen menerima gelar doktor di Fakultas Filsafat. Selanjutnya, ia bekerja di sana sampai tahun 1995 sebagai asisten peneliti. Sejak itu ia bekerja sebagai penulis lepas di Munster. Ia menikah dan memiliki dua anak.
Burkhard Spinnen adalah anggota PEN Pusat Jerman. Dari 1997 sampai 2000 ia memegang jabatan guru tamu di Jerman Sastra Institute di Leipzig. Dari tahun 2000 hingga 2006 ia menjadi juri dari Bachmann Prize Ingeborg di Festival sastra Jerman di Klagenfurt. Sejak 2008 ia telah menjadi ketua dewan juri. Burkhard Spinnen menyelenggarakan workshop untuk menulis sastra, termasuk di Akademi Federal untuk Pendidikan Budaya di Wolfenbüttel. Selain menulis karya sastra dan teks essay Burkhard Spinner menulis ulasan dan komentar untuk surat kabar dan radio. Sejak 2011 Burkhard Spinner memiliki kelas seni di Rhine-Westphalia Academy of Sciences and Arts.
Judul Asli: Muller Hoch Drei
Penulis: Burkhard Spinnen (2009)
Alih Bahasa: Hendarto Setiadi
Desain Sampul: Martin Dima
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012
"Kalau tidak dicatat, berarti tidak bisa hilang."
- Paul Muller (sambil menunjuk kening) -
Paul Muller adalah seorang anak lelaki yang berumur belum genap empat belas tahun. Suatu hari, ia ditinggal oleh orang tuanya. Menurutnya, ia ditelantarkan, walaupun ia masih memiliki rumah di kota serbatanggung di Jerman, Neustadt. Tahu-tahu, ia dikirimi seekor anak anjing oleh orang tuanya dan ia harus bertanggung jawab atas anjing itu. Karena tidak punya uang dan tidak tahu dimana orang tuanya menyimpan uang untuknya, ia memutuskan untuk menemui kerabat terdekatnya -- tantenya, Tante Elke -- untuk meminjam uang, paling tidak sampai ia dapat menemukan uang itu. Tapi, di tengah jalan ia bertemu dengan anak perempuan, yang ternyata adalah saudari kembarnya. Dari cerita anak itu -- yang serba pink dan mengaku bernama Paula -- yang menurutnya sulit dipercaya, Paul akhirnya membiarkan anak itu membuntutinya sampai ke tempat Tante Elke. Tidak disangkanya bahwa ia akan memperoleh cerita yang tidak kalah heboh dari sang tante.
Paul Muller sulit percaya bahwa ternyata cerita Paula benar tentang ia adalah saudari kembarnya dan ternyata dia punya dua saudari kembar. Paula ternyata diadopsi keluarga yang bermasalah sehingga ia kabur dan mencari pertolongan keluarga saudara kembarnya, Paul. Padahal Paul sendiri ditinggalkan keluarganya. Jadi, mereka memutuskan untuk mencari saudari kembar mereka dan mencari pertolongan dari keluarganya.
Mereka berkeliling Jerman untuk menemukan saudari kembar satu lagi, yaitu Pauline. Mereka meminta bantuan seorang 'detektif' yang pernah membantu Paula menemukan Paul, bernama Bruno Hochsmidt yang sebetulnya adalah hacker. Dengan sisa-sisa uang yang ada, mereka melakukan perjalanan, tak lupa dengan mengajak anjing hitam Paul. Beberapa kali mereka kehabisan uang dan harus memutar otak bagaimana agar mereka bisa memperoleh uang. Mereka juga sering menemui kesulitan di tengah jalan dan hanya bisa bergantung dari kreativitas dan akal mereka untuk mengecoh dan mengatasi kesulitan itu.
Ternyata kesulitan itu belum juga usai, bahkan ketika menemui keluarga saudarinya yang ternyata juga berantakan. Mau tak mau, mereka melakukan perjalanan lagi untuk mencari keluarga baru. Mereka mencari sang penolong, 'detektif' gadungan itu dan ketika menemukannya mereka memperoleh ide bagus. Karena satu-satunya kerabat yang bisa mereka percaya hanya Tante Elke dan Bruno memiliki 'obat' pernapasan untuk Tante Elke, mereka mencoba kembali ke Neustadt untuk membujuk Tante Elke menerima mereka dan membentuk keluarga baru dengan mereka bertiga dan Bruno. Berhasilkah mereka menjalin keluarga baru setelah terpisah selama hampir empat belas tahun?
Membaca buku ini merupakan hiburan tersendiri, setelah sekian lama tidak membaca buku yang bisa membuatku benar-benar tertawa. Kisah si kembar tiga Muller sungguh mengocok perut. Gaya bahasa metafora dan ironi walau terkadang sarkastik dikemas dan diterjemahkan dengan lucu. Khayalannya khas anak-anak yang penuh daya khayal. Walaupun banyak hal yang tidak masuk akal dalam kisah ini, seperti kisah sinetron (kata Paul, hahahaa...) tapi perjalanan anak umur empat belas tahun dan seekor anjing mengelilingi Jerman patut disimak. Cerita keluarga broken home juga menarik, dan kita bisa mengetahui harapan dan khayalan anak kembar tiga yang terpisah yang mendambakan keluarga utuh yang normal.
About the Author:
Burkhard Spinnen tumbuh sebagai satu-satunya anak Willy dan Cornelia Spinnen di Moenchengladbach. Setelah lulus dan dinas militer, ia belajar sastra Jerman, jurnalistik dan sosiologi di Universitas Münster di Münster pada tahun 1976. Pada tahun 1984 dinyatakan lulus. Pada tahun 1989 Spinnen menerima gelar doktor di Fakultas Filsafat. Selanjutnya, ia bekerja di sana sampai tahun 1995 sebagai asisten peneliti. Sejak itu ia bekerja sebagai penulis lepas di Munster. Ia menikah dan memiliki dua anak.
Burkhard Spinnen adalah anggota PEN Pusat Jerman. Dari 1997 sampai 2000 ia memegang jabatan guru tamu di Jerman Sastra Institute di Leipzig. Dari tahun 2000 hingga 2006 ia menjadi juri dari Bachmann Prize Ingeborg di Festival sastra Jerman di Klagenfurt. Sejak 2008 ia telah menjadi ketua dewan juri. Burkhard Spinnen menyelenggarakan workshop untuk menulis sastra, termasuk di Akademi Federal untuk Pendidikan Budaya di Wolfenbüttel. Selain menulis karya sastra dan teks essay Burkhard Spinner menulis ulasan dan komentar untuk surat kabar dan radio. Sejak 2011 Burkhard Spinner memiliki kelas seni di Rhine-Westphalia Academy of Sciences and Arts.
Judul:
Mawar Tak Berduri
Judul Asli: Sad Cypress
Penulis: Agatha Christie (1940)
Alih Bahasa: Ny. Suwarni A.S.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2013
"Bibi Laura, tolong katakan dengan jujur, apakah menurut Bibi cinta itu
harus selalu berarti kebahagiaan?"
- Elinor Carlisle -
Ada dua kematian. Satu, seorang wanita tua kaya yang sakit-sakitan. Dua, seorang gadis muda cantik yang miskin. Kedua kematian itu, berhubungan atau tidak berhubungan? Alami karena sakit atau disengaja, dengan kata lain, dibunuh? Orang-orang semula menganggap kematian yang pertama bukan merupakan masalah, wanita tua itu memang telah lama sakit dan kematiannya wajar. Namun, kematian gadis muda cantik yang sehat, apakah itu wajar? Pengadilan memutuskan bahwa kematian si gadis adalah karena pembunuhan yang dilakukan oleh salah seorang gadis lain, Elinor Carlisle. Tapi, apakah dia benar bersalah?
Judul: Rahasia Keluarga Shackleton
Judul asli: Double Cross
Penulis: Norah McClintock (2000)
Penerjemah: Lala Herawati Dharma
Penyunting: Rika Iffati Farikhah
Penerbit: Kaifa
Tahun: 2006
Genre: Misteri, Petualangan, Young-Adult
Genre: Misteri, Petualangan, Young-Adult
"Manusia tidak selamanya sama, setiap manusia bisa berbeda jika berhadapan dengan orang yang berbeda."
- Levesque -
Kesan pertama Chloe ketika bertemu dengan Jonah Shackleton di sekolah membuatnya tidak ingin mengenalnya lebih jauh. Cowok itu selalu bersikap memusuhi dan kasar pada siapa saja. Bisa ditebak kalau dia tidak punya teman. Namun siapa sangka kalau ternyata sikap memusuhinya itu berakar dari kasus lima tahun yang lalu. Hampir semua orang di East Hastings, kota kecil di Kanada, menganggap bahwa (berdasarkan keputusan pengadilan) ayahnya yang membunuh ibunya. Ia tidak percaya, bahkan merasa sangat yakin kalau ayahnya sama sekali bukan pelakunya. Chloe sendiri merasa heran kenapa ia menaruh minat pada hidup dan permasalahan Jonah, bahkan sampai bisa dibilang ingin membantu, padahal dengan gigih ia sendiri dimusuhi Jonah karena dianggap terlalu ikut campur. Bagi Chloe, Jonah sungguh orang yang aneh karena orang yang ingin membantunya justru ingin diusirnya jauh-jauh. Namun demikian, Chloe tak bisa melepaskan kasus itu begitu saja. Bagaimana Jonah bisa begitu yakin kalau ayahnya tidak bersalah? Pasti ada alasannya.
Judul: The Boy Sherlock Holmes: Death in The Air
Penulis: Shane Peacock (2009)
Penerjemah: Maria Lubis
Penerbit: Qanita
Tahun: 2012
Seri ke-2 dari The Boy Sherlock Holmes
Genre: Misteri-Anak, Petualangan
Saat mengembuskan napas terakhir, Rose Holmes telah berkata kepada Sherlock bahwa begitu banyak yang harus dia lakukan dalam hidupnya.
Seperti apa rasanya melihat seseorang tewas tepat di hadapanmu? Sherlock Holmes akan segera mengetahuinya. Ia melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan. Polisi telah meminta para penonton untuk menjaga jarak dari aksi pertunjukan amphiteater, tetapi anak itu tidak dapat menahan godaan untuk bisa melihat lebih jelas. Dia menyelinap keluar dari kerumunan yang sangat padat, melewati polisi, dan berjalan pelan-pelan di lantai berlapis papan itu. Semua orang menengadah. Dia bergerak ke tempat terbuka, kedua matanya membelalak kaget melihat manusia-manusia yang terbang. Namun, tiba-tiba manusia sirkus yang terbang itu jatuh dan ia akan segera kehilangan nyawanya. Orang itu jatuh di dekat Sherlock, namun ternyata orang itu masih bernapas ketika menghantam lantai kayu yang keras. Sherlock mendekatkan kepalanya di dekat mulut laki-laki itu yang berusaha mengatakan sesuatu, dan ia mendengarnya bergumam dengan suara tersengal: "Bungkam...aku."
Manga Title: REC - Kimi ga Naita Hi
Released: 2010
Artist/Author: Makino Aoi
Genre: Drama, Romance, Shoujo, Tragedy
Blurb:
Released: 2010
Artist/Author: Makino Aoi
Genre: Drama, Romance, Shoujo, Tragedy
Blurb:
Aizawa Minami is a girl who has never cried in her life. She's awkward with her feelings, and she carries a camcorder to film everything she likes. Because of her quirks, she's labeled as a freak and alienated by her classmates. Satoru is her classmate and a recently retired teen actor who understands her. They quickly become friends, but what Minami doesn't know is that Satoru is hiding his secret from the world...
Review:
I just read this manga and I cried in the end. Just like the genre, tragedy, the story start in sad ways and end in sad ways too. Not to mention, the art is also very good! Typical of shoujo manga, but still good.
This story is about Aizawa Minami, a high school girl that is never shed a tear and an ex-actor, Satoru Wakabayashi who is also going to the same school as her. The story started with the rumor going around the school that Aizawa likes to film things and always carry camcorder anywhere. Because she is known as a cold girl in school, a junk mail about a dead cat film was rumored to be filmed by her. Satoru Wakabayashi saved her when boys are trying to pick a fight with her just because she cut the computer lines at school. Aizawa felt anxoius about him, yet she never show any expression. From that on, they become friends.
Aizawa said that she never filmed human, because she hate them. But, she started to film Satoru and said that she would not film things that she don't like. One day, she discovered that Satoru never smile like he meant it. She was getting mad at him, and asked him to show her the real smile to film it. Satoru said that he was smiling all the time. Because she got really mad, she left him and the camcorder. Satoru took the camcorder and saw the content. They were all film about him smiling. But when he saw it, his expression was getting really sad.
Review:
I just read this manga and I cried in the end. Just like the genre, tragedy, the story start in sad ways and end in sad ways too. Not to mention, the art is also very good! Typical of shoujo manga, but still good.
This story is about Aizawa Minami, a high school girl that is never shed a tear and an ex-actor, Satoru Wakabayashi who is also going to the same school as her. The story started with the rumor going around the school that Aizawa likes to film things and always carry camcorder anywhere. Because she is known as a cold girl in school, a junk mail about a dead cat film was rumored to be filmed by her. Satoru Wakabayashi saved her when boys are trying to pick a fight with her just because she cut the computer lines at school. Aizawa felt anxoius about him, yet she never show any expression. From that on, they become friends.
Aizawa said that she never filmed human, because she hate them. But, she started to film Satoru and said that she would not film things that she don't like. One day, she discovered that Satoru never smile like he meant it. She was getting mad at him, and asked him to show her the real smile to film it. Satoru said that he was smiling all the time. Because she got really mad, she left him and the camcorder. Satoru took the camcorder and saw the content. They were all film about him smiling. But when he saw it, his expression was getting really sad.
The day after, Satoru didn't go to school for about a week. Aizawa thought that it may be her fault. But suddenly, she got a phone call from him at school. Satoru said he wants to see her. She dashed at the place where Satoru firstly approached her. Satoru had waited for her there. He gave her the camcorder she left the past days. That way, she discovered the real reason why he absent, why he always give fake smiles, and why he quit acting. But the facts that make her cried a lot in the end was about what he feels. And, that's 'REC' about: 'the day you cried'.
I really cried in the climax and the of the story. The advice I could give you is: prepare some tissues..
http://simple2ringo.wordpress.com/2012/02/17/rec-teary-story/
I really cried in the climax and the of the story. The advice I could give you is: prepare some tissues..
http://simple2ringo.wordpress.com/2012/02/17/rec-teary-story/
About Me
Hani Mahdiyanti
Scientist in Training | Book Blogger
More of me here | Privacy policy | Ratings | My site
Translate
Diberdayakan oleh Blogger.