[Book Review] Pembunuhan di Wisma Pendeta oleh Agatha Christie

The Murder at The Vicarage (Pembunuhan di Wisma Pendeta)Pembunuhan di Wisma Pendeta - The Murder at The Vicarage by Agatha Christie
Alih Bahasa: Budijanto T. Pramono
Paperback391 pages
Published 1989 by Gramedia Pustaka Utama (first published October 1930)

Blurb: 

Tak ada yang kaget waktu Kolonel Protheroe ditemukan mati tertembak di Wisma Pendeta. Kolonel itu memang dibenci semua penduduk St. Mary Mead. Tapi pertanyaannya: Siapa yang berani membunuhnya? Polisi merasa lega ketika orang yang sangat mereka curigai datang mengaku dan menyerahkan diri. Tapi mereka menjadi resah ketika datang orang kedua menyatakan diri sebagai pembunuhnya. Dan... ketika ada orang ketiga yang mengaku sebagai pembunuh, mereka benar-benar bingung. Hanya berkat Miss Marple - yang membuat analisis yang tepat atas fakta-fakta yang ruwet itu - maka pembunuhan yang menggemparkan St. Mary Mead itu berhasil dibongkar.
My rating: 4 of 5 stars
★★★★☆

Ulasan:

Begitu membacanya dan tahu kalau buku ini diceritakan dari sudut pandang orang pertama, aku merasa kuatir. Imajinasiku langsung tertuju ke kisah Pembunuhan Atas Roger Acroyd. Apalagi buku ini adalah buku pertama yang menyebutkan kemunculan Miss Marple. Tapi kalau diingat-ingat lagi, sepertinya aku juga pernah membaca kisah lain yang diceritakan serupa dan menyebutkan Miss Marple. Pena Beracun judulnya, kalau tidak salah.

Sudut pandang orang pertama di novel detektif menyulitkanku untuk berpikir objektif dalam mengikuti kasus, terutama jika tokoh utamanya bukan detektif. Sebab, hal itu akan sangat mengecoh pada akhirnya. Aku sudah mewaspadai akhir dramatis yang mengejutkan. Dan memang, aku terkejut. Tapi kesannya sama sekali lain dari yang kupikirkan semula.

Jadi tokoh utama kisah ini adalah Pendeta Leonard Clement dan keseluruhan kisahnya diceritakan dari sudut pandang pertama si Pak Pendeta. Korbannya adalah Kolonel Protheroe, orang yang tidak disukai seluruh penduduk desa St. Mary Mead. Aku mencurigai semua orang, tak terkecuali si Pak Pendeta itu sendiri, walaupun ia yang menarasikan seluruh kasus. Yah, mungkin kecuali Miss Marple.

Sebetulnya, narasi Pak Pendeta cukup teliti. Aku bisa menduga dan menebak latar belakang dari tiap kejadian. Banyak yang benar, walaupun tidak berhubungan dengan kasus. Sayangnya, yang berhubungan dengan kasus malah sebagian besar tidak benar. Hahaha... Tapi, di suatu bagian cerita, aku bahkan yakin kalau bisa menebak dengan benar, dan akan merasa sangat heran kalau ternyata tebakanku benar-benar benar. Mimpi kau, Han!

Tebakanku meleset. Jauh. Penyelesaian kasus yang kubayangkan, yang agak dramatis dan fantastis, tidak terjadi. Memang ada unsur sensasional dalam kasus ini. Cukup sensasional untuk ukuran kejadian di sebuah desa. Tapi penutupnya cukup manis dan romantis. Ternyata masih ada hal yang penuh pengharapan di desa St. Mary Mead.

Setelah selesai membacanya, aku jadi ingat, sepertinya aku pernah membaca kasus yang agak mirip di cerita pendek. Di cerita berjudul Detektif-Detektif Cinta di kumpulan cerita pendek Masalah di Teluk Pollensa. Kisah yang menyebutkan duo Mr. Satterthwaite dan Mr. Harley Quin. Karena itulah aku agak terkejut kasus serupa diceritakan sepanjang sebuah novel.

Tapi memang hal itu perlu. Sebab, pemecahan kasus ini banyak sekali melibatkan kejadian-kejadian yang terjadi bahkan jauh sebelum pembunuhan itu. Apalagi jika melibatkan banyak sekali tokoh, dan metode pemecahan kasus Miss Marple yang berasal dari gosip para tetangga. Hal itu tentu akan memerlukan dialog yang panjang. Aku sangat senang dengan penceritaan yang jelas dan teliti di sini. Akhir cerita ini juga menimbulkan kesan yang menarik. Aku menutupnya dengan perasaan puas.

View all my reviews



About the author:

Agatha Christie
Agatha Mary Clarissa Miller was born in Torquay, Devon, England, U.K., as the youngest of three. The Millers had two other children: Margaret Frary Miller (1879–1950), called Madge, who was eleven years Agatha's senior, and Louis Montant Miller (1880–1929), called Monty, ten years older than Agatha.

Agatha Christie also wrote romance novels under the pseudonym Mary Westmacott, and was occasionally published under the name Agatha Christie Mallowan.

To honour her many literary works, she was appointed Commander of the Order of the British Empire in the 1956 New Year Honours. The next year, she became the President of the Detection Club. In the 1971 New Year Honours she was promoted Dame Commander of the Order of the British Empire, three years after her husband had been knighted for his archaeological work in 1968.

http://us.macmillan.com/author/agatha

2 komentar:

  1. baru aja selesai baca pembunuhan atas roger ackroyd, novel pertama Agatha Christie yang saya baca.
    keliling-keliling, akhirnya mampir di sini.Pengen move on ke novel yg lain, dan rupanya bukan cuma saya yang masih trauma sama sudut pandang pertama akibat buku itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Pembunuhan Atas Roger Acroyd memang berkesan banget sampai kebayang terus. Hahahaa... Terima kasih sudah mampir!

      Hapus